Jadi Langganan Negara-negara Tiga Benua

Kamis, 09 April 2015 - 09:47 WIB
Jadi Langganan Negara-negara Tiga Benua
Jadi Langganan Negara-negara Tiga Benua
A A A
Bagi Anda para pencinta kopi, mungkin sudah tidak asing lagi dengan rasa dan aroma kopi luwak. Namun tahu kahAnda bila penghasil kopi luwak berasal dari fermentasi hewan luwak atau musang di pegunungan Malabar tepatnya di Kampung Pasirmulya, Desa Margamulya, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.

Kopi dari hasil olahan budidaya luwak dengan brand Golden Malabar itu, kini telah melanglang buana hingga kemanca negara. Mulai dari Asia (Tai wan, Hongkong, Tiongkok, Korea, Singapura, dan Jepang), Eropa (Jerman dan Republik Ceko), dan benua Amerika (Kanada). Mereka menjadi negara pengimpor kopi yang dikembangkan petani Kabupaten Bandung.

Omset bisnis kopi dari sekitar 100 ekor luwak hasil penangkaran itu pun telah mencapai lebih dari Rp13 miliar pertahunnya. Pemilik Golden Malabar, Supriatna Dinuri menuturkan, sudah hampir lebih dari dua tahun dia mengembangkan usaha kopi luwak ini. Kopi luwak sendiri merupakan jenis kopi yang berasal dari kotoran hewan luwak atau musang. Kopi ini, lanjut dia, memiliki rasa serta aroma yang khas karena diproses melalui saluran pencernaan hewan.

“Kini banyak para pecinta kopi yang mulai tertarik untuk merasakan dan menikmati kopi yang saya kembangkan. Bahkan, sudah memiliki pasar sendiri,” ujar Supriatna. Dia menjelaskan, proses mendapatkan biji kopi luwak yang dibudidayakannya memang perlu ketelaten dan kesabaran. Mulai dari merawat hewan yang biasa hidup di alam bebas itu, kebersihan tempat penangkaran, hingga pemberian makanan yang harus terjaga.

Di sisi lain, demi meng hasilkan buah kopi yang berkualitas, pencernaan luwak harus baik dan agar bisa diolah menjadi kopi lezat harus pula diberikan buah kopi yang berkualitas. “Luwak itu kan mengkonsumsi buah kopi, nah hasil pencernaannya itu kami ambil,” ucapnya. Ditambahkan Supriatna, saat musim panen, dia bisa menghasilkan sekitar 400 kilogram hingga 900 kilogram kopi mentah yang siap untuk disangrai (green bean).

Satu ekor luwak dari total kurang lebih 100 ekor dalam penangkaran, perharinya bisa memproduksi 15 gram biji kopi yang bila diakumulasikan dalam setahunnya bisa mencapai lima puluh ton. “Kopi luwak green beandijual dengan harga Rp800.000 perkilogram. Sementara biji kopi luwak yang sudah di haluskan Rp1 juta perkilorgram,” tuturnya.

Lebih lanjut, kata dia, hasil dari usahanya ini sekitar 90% telah di ekspor dan di pasarkan ke beberapa negara, berkat kualitasnya. Sementara untuk pemasaran dalam negeri, pihaknya juga telah menerima permintaan hampir dari seluruh Indonesia. Supriatna juga berharap, ke depan bisnis yang kini dikembangan dapat mengangkat nama daerahnya. “Kalau di Bandung kami juga ikut memasok ke sejumlah komunitas-komunitas pecinta kopi dan beberapa kafe,” tandasnya.

Dila Nashear
Kabupaten Bandung
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4537 seconds (0.1#10.140)