Batu di Makam Seniman Saptohoedojo Dicuri
A
A
A
BANTUL - Batu hiasan yang ada di atas makam seniman ternama Yogyakarta, Saptohoedojo, hilang dicuri.
Diduga, pelakunya adalah pencinta batu akik.
Jamhari (60), juru kunci Makam Seniman Imogiri sepekan lalu mengaku terkejut. Pagi itu, ketika akan membersihkan kompleks makam seluas 40 hektare ini, Jamhari mengaku merasa aneh. Karena tak seperti biasanya, batu hiasan yang berada di atas makam seniman kenamaan Saptohoedojo tak ada lagi di tempat semula.
"Wong saya itu mau nyapu, lihat batunya sudah tidak ada," ujarnya, Rabu (8/4/2015).
Ia tidak mengetahui apakah batu tersebut berharga atau tidak. Tetapi, batu sebesar kepala bayi umur setahunan tersebut memang indah jika dilihat. Batu tersebut memiliki beragam, warna mulai dari merah hati, hijau, hitam, hingga putih. Permukaannya juga sangat halus, layaknya batu keramik.
Ia tidak mengetahui apakah batu tersebut benar-benar batu atau hanya cetakan. Namun ia menduga orang yang mengambil batu tersebut adalah pencinta batu akik. Kemungkinan besar batu tersebut akan digunakan untuk membuat batu cincin yang kini memiliki nilai jual cukup tinggi. Ia tidak bisa memastikan kapan batu tersebut diambil, apakah malam atau siang hari.
"Tepatnya saya tidak tahu, kalau siang sini ramai tetapi kalau malam sepi sekali," ujar pria asal Dusun Karangkulon, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri ini.
Batu di atas makam seniman Saptohoedojo tersebut baginya tidak memiliki arti karena hanya sebuah hiasan. Batu tersebut dipasang sejak dua hari menjelang gempa bumi tahun 2006 oleh putra-putrri almarhum dari istri Yani Saptohoedojo. Ia tidak mengetahui batu tersebut berasal dari mana, karena memang ia tidak ikut memasangnya.
Jamhari mengakui, kompleks makam 46 pasang suami istri dari seniman berbagai daerah ini tidak ada penjaga resminya. Ia hanya tukang sapu yang melaksanakan tugas setiap hari dari pukul 05.30 hingga pukul 12.00. Setelah itu makam tersebut tidak ada yang menunggui meskipun hampir sepanjang hari selalu dikunjungi masyarakat.
"Pencurian ini sudah saya laporkan ke Bu Yani (istri Sapto Hudoyo), tetapi beliau baru di Jakarta. Kalau ke polisi itu tergantung dari keluarga Bapak (Saptohoedojo)," ungkapnya.
Sokidi (43), warga Nogosari 1, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri yang sering berkunjung ke makam tersebut mengatakan, batu tersebut memang batu akik dan nilai jualnya cukup tinggi. Sebab, batu tersebut memiliki tekstur unik dan corak warna yang banyak dicari oleh para pemburu batu akik yang ia kenal.
"Itu batu akik, kalau tidak mana mungkin ada yang mengambilnya," tandasnya.
Diduga, pelakunya adalah pencinta batu akik.
Jamhari (60), juru kunci Makam Seniman Imogiri sepekan lalu mengaku terkejut. Pagi itu, ketika akan membersihkan kompleks makam seluas 40 hektare ini, Jamhari mengaku merasa aneh. Karena tak seperti biasanya, batu hiasan yang berada di atas makam seniman kenamaan Saptohoedojo tak ada lagi di tempat semula.
"Wong saya itu mau nyapu, lihat batunya sudah tidak ada," ujarnya, Rabu (8/4/2015).
Ia tidak mengetahui apakah batu tersebut berharga atau tidak. Tetapi, batu sebesar kepala bayi umur setahunan tersebut memang indah jika dilihat. Batu tersebut memiliki beragam, warna mulai dari merah hati, hijau, hitam, hingga putih. Permukaannya juga sangat halus, layaknya batu keramik.
Ia tidak mengetahui apakah batu tersebut benar-benar batu atau hanya cetakan. Namun ia menduga orang yang mengambil batu tersebut adalah pencinta batu akik. Kemungkinan besar batu tersebut akan digunakan untuk membuat batu cincin yang kini memiliki nilai jual cukup tinggi. Ia tidak bisa memastikan kapan batu tersebut diambil, apakah malam atau siang hari.
"Tepatnya saya tidak tahu, kalau siang sini ramai tetapi kalau malam sepi sekali," ujar pria asal Dusun Karangkulon, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri ini.
Batu di atas makam seniman Saptohoedojo tersebut baginya tidak memiliki arti karena hanya sebuah hiasan. Batu tersebut dipasang sejak dua hari menjelang gempa bumi tahun 2006 oleh putra-putrri almarhum dari istri Yani Saptohoedojo. Ia tidak mengetahui batu tersebut berasal dari mana, karena memang ia tidak ikut memasangnya.
Jamhari mengakui, kompleks makam 46 pasang suami istri dari seniman berbagai daerah ini tidak ada penjaga resminya. Ia hanya tukang sapu yang melaksanakan tugas setiap hari dari pukul 05.30 hingga pukul 12.00. Setelah itu makam tersebut tidak ada yang menunggui meskipun hampir sepanjang hari selalu dikunjungi masyarakat.
"Pencurian ini sudah saya laporkan ke Bu Yani (istri Sapto Hudoyo), tetapi beliau baru di Jakarta. Kalau ke polisi itu tergantung dari keluarga Bapak (Saptohoedojo)," ungkapnya.
Sokidi (43), warga Nogosari 1, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri yang sering berkunjung ke makam tersebut mengatakan, batu tersebut memang batu akik dan nilai jualnya cukup tinggi. Sebab, batu tersebut memiliki tekstur unik dan corak warna yang banyak dicari oleh para pemburu batu akik yang ia kenal.
"Itu batu akik, kalau tidak mana mungkin ada yang mengambilnya," tandasnya.
(zik)