Pedagang Duku Kucing-Kucingan dengan Aparat
A
A
A
PALEMBANG - Melimpahnya buah duku asal Sumsel membuat warga banyak beralih menjadi pedagang duku dadakan di pinggir jalan. Parahnya tak hanya berdagang didalam lorong, banyak juga pedagang nekat berjualan di ruasjalanpro tokol.
Berdasarkan pantauan, KORANSINDO PALEMBANG, peda gang-pedagang nekat ini banyak terlihat di sepanjang Jalan Kol H Burlian, hingga KM 9 Palembang. Bukan meng gunakan motor roda dua melainkan kendaraan roda empat, sehingga praktis memakan satu ruas badan jalan. Saat jam-jam sibuk, keberadaan pedagang liar ini tak ayal membuat arus lalu lintas terganggu.
Priyanto, warga Kampus misalnya yang sehari-harinya melintas di jalan tersebut me nuturkan, keberadaan pedagang tersebut jelas sangat mengganggu pengguna jalan. Karena jalan padat kendaraan akhirnya hanya bisa dipakai dua jalur. “Belum lagi sampahnya. Dibuang begitu saja, jadi kotor jalanan.
Mereka itu buka satu dua mobil kadang ada 4,” ujarnya. Walaupun sifatnya musiman, dia berharap pedagang tidak menggelar dagangan seenaknya di ruas jalan protokol. Karena bagaimana pun jelas menganggu kenyamanan pengendara. “Kalau sudah begitu, terpaksa kita yang mengalah. Belum lagi kalau ada mobil yang beli dan setop. Tambah parah,” jelas dia.
Agar ini tidak semakin merugikan, diapun berharap segera diantisipasi aparat terkait. Karena meski sudah sering dirazia, besoknya pedagang-pedagang bandel ini kembaliber munculan. Salah seorang pedagang, Usman menuturkan sudah ham pir dua bulan ini dirinya dan keluarga menjajakan duku asli dari Komering di samping trotoar Jalan Kol H Burlian tersebut.
Ia mengungkapkan, tidak ada jalan lain untuk menjual duku yang ia datangkan dari Komering ini selain menggunakan badan jalan tersebut. “Kami awalnya sempat diberi peringatan dan teguran dari pihak Kecamatan di sini, kalau kami jangan berjualan di sepanjang jalan ini jika jam kerja.
Kami pun menurut saja, dan sekitar pukul 16.30 kami pun sudah mulai siap-siap menjual buah duku ini menggunakan mobil agar lebih mudah,” kata Usman. Tak jauh dari lapak Usman, sekitar 50 M ada juga Ali (38) yang menjual buah duku asli Muara Enim yang ia beli dari pemilik kebun sana dengan harga Rp2000-2500 perkilonya.
Menggunakan mobil jenis Kijang, Ali juga mulai menjual buah duku miliknya sekitar pu kul 16.00 WIB dengan harga Rp3 .000 untuk ukuran kecil dan Rp 4.000 untuk dukuuku ranbesar. “Sempat ada tawaran dari pihak perangkat pemerintahan setempat yang menyuruh berjualan di pasar-pasar, tetapi ia tidak mau sebab ada sewa lapak yang diminta petugas tersebut dengan harga yang tinggi.
Jadi, saya putuskan tetap berjualan di sini saja dengan harga murah dan pembelipun lumayan ramai. Tapi itu dia harus kucing-kucingan denganaparat” kataAli.
CR-1
Berdasarkan pantauan, KORANSINDO PALEMBANG, peda gang-pedagang nekat ini banyak terlihat di sepanjang Jalan Kol H Burlian, hingga KM 9 Palembang. Bukan meng gunakan motor roda dua melainkan kendaraan roda empat, sehingga praktis memakan satu ruas badan jalan. Saat jam-jam sibuk, keberadaan pedagang liar ini tak ayal membuat arus lalu lintas terganggu.
Priyanto, warga Kampus misalnya yang sehari-harinya melintas di jalan tersebut me nuturkan, keberadaan pedagang tersebut jelas sangat mengganggu pengguna jalan. Karena jalan padat kendaraan akhirnya hanya bisa dipakai dua jalur. “Belum lagi sampahnya. Dibuang begitu saja, jadi kotor jalanan.
Mereka itu buka satu dua mobil kadang ada 4,” ujarnya. Walaupun sifatnya musiman, dia berharap pedagang tidak menggelar dagangan seenaknya di ruas jalan protokol. Karena bagaimana pun jelas menganggu kenyamanan pengendara. “Kalau sudah begitu, terpaksa kita yang mengalah. Belum lagi kalau ada mobil yang beli dan setop. Tambah parah,” jelas dia.
Agar ini tidak semakin merugikan, diapun berharap segera diantisipasi aparat terkait. Karena meski sudah sering dirazia, besoknya pedagang-pedagang bandel ini kembaliber munculan. Salah seorang pedagang, Usman menuturkan sudah ham pir dua bulan ini dirinya dan keluarga menjajakan duku asli dari Komering di samping trotoar Jalan Kol H Burlian tersebut.
Ia mengungkapkan, tidak ada jalan lain untuk menjual duku yang ia datangkan dari Komering ini selain menggunakan badan jalan tersebut. “Kami awalnya sempat diberi peringatan dan teguran dari pihak Kecamatan di sini, kalau kami jangan berjualan di sepanjang jalan ini jika jam kerja.
Kami pun menurut saja, dan sekitar pukul 16.30 kami pun sudah mulai siap-siap menjual buah duku ini menggunakan mobil agar lebih mudah,” kata Usman. Tak jauh dari lapak Usman, sekitar 50 M ada juga Ali (38) yang menjual buah duku asli Muara Enim yang ia beli dari pemilik kebun sana dengan harga Rp2000-2500 perkilonya.
Menggunakan mobil jenis Kijang, Ali juga mulai menjual buah duku miliknya sekitar pu kul 16.00 WIB dengan harga Rp3 .000 untuk ukuran kecil dan Rp 4.000 untuk dukuuku ranbesar. “Sempat ada tawaran dari pihak perangkat pemerintahan setempat yang menyuruh berjualan di pasar-pasar, tetapi ia tidak mau sebab ada sewa lapak yang diminta petugas tersebut dengan harga yang tinggi.
Jadi, saya putuskan tetap berjualan di sini saja dengan harga murah dan pembelipun lumayan ramai. Tapi itu dia harus kucing-kucingan denganaparat” kataAli.
CR-1
(bbg)