Gua Watu Joglo, Misteri Berkah Warga Sekitar
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Pemandangan sungai dipenuhi bebatuan dengan berbagai ukuran nampak terpampang jelas ketika pengunjung masuk sungai di kawasan Kampung Emas Plumbungan, Desa Putat, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
Aliran air yang tak begitu deras menambah rasa penasaran menyusuri jejak para pejuang kemerdekaan kala bersembunyi dari invasi penjajahan Belanda maupun Jepang.
Gemericik air jernih dari sumber air pegunungan yang tak pernah mati meskipun kemarau panjang sekalipun, menjadi titik tolak pengembaraan susur sungai menuju Gua Watu Joglo.
Gua yang diklaim oleh warga setempat menjadi persembunyian ideal para pejuang ketika diserang oleh penjajah, juga diyakini ada ular putih yang menjaga kehidupan mereka selama ini.
Untuk menuju kawasan Gua Watu Joglo memang bukan persoalan yang mudah. Pengunjung harus merasakan dinginnya air sungai dengan kedalaman bervariasi, paling dalam setinggi dada.
Bebatuan yang banyak berserakan di sungai sepanjang 1 kilometer tersebut juga menyimpan berbagai misteri. Bahkan oleh sebagian warga, bebatuan tersebut banyak diambil untuk dijadikan batu akik.
"Batunya sangat bagus, biasanya kami mengirimnya ke Bali," ujar Sumino, warga setempat yang kebetulan ditemui tengah mencari batu di kawasan tersebut.
Di sungai ini, warga juga mengklaim banyak tersimpan butiran-butiran emas, meskipun belum terbukti apakah emas atau bukan.
Namun banyak warga yang sudah menyimpan bongkahan-bongkahan batu yang ada bintik-bintik menyala seperti emas. Mereka berharap suatu saat nanti keyakinan akan emas tersebut terbukti.
Bagi wisatawan yang tertarik ingin mencari batu-batu mulia ataupun batu akik, warga sekitar sudah menyediakan tambir (nampan dari anyaman bambu) dan alat pahat batu sederhana.
Namun, di area-area tertentu saja pengunjung dapat mengambil bebatuan. Sebab, warga di Kampung Emas Plumbungan sangat menjaga kelestarian bebatuan di sungai tersebut.
"Ya tidak boleh sembarangan, kami khawatir nanti akan rusak lingkungan jika tidak dikendalikan," tegas Ketua Kelompok Sadar Wisata Kampung Emas Plumbungan, Andri Purwanto.
Sampai di akhir pengembaraan sungai tersebut, terpampang bebatuan cukup besar menjulang tinggi. Di dalamnya nampak air terjun mini yang mengalir deras. Gua kecil nampak lebih indah dengan gemericik air.
Sesampai di mulut gua, wisatawan tentu tertarik untuk langsung merasakan dinginnya air pegunungan yang masih belum terkontaminasi pencemaran.
Jika tak ingin susah-susah menyusuri sungai, pengunjung bisa langsung masuk melalui pintu di Dusun sebelah Kampung Emas Plumbungan, tepatnya melalui Dusun Kepil.
Dari pintu masuk Dusun Kepil, pengunjung sudah disuguhi ratusan anak tangga menuju ke dasar Watu Joglo. Namun jangan khawatir kecapaian, para pengunjung bisa memanfaatkan beberapa Gazebo yang bisa dimanfaatkan untuk beristirahat.
Selain itu, ketika memasuki area di atas Watu Joglo, pengunjung juga bisa menikmati ranumnya buah jambu tak berbiji. Jambu Kristal, menjadi daya tarik tersendiri Gua persembunyian para pejuang tersebut.
Jambu yang mudah ditanam ini bisa dinikmati oleh para pengunjung langsung dari pohonnya jika kebetulan sedang beruntung."Jambu Kristal menjadi ikon Dusun Kepil. Tak hanya di Watu Joglo, di setiap halaman rumah warga Dusun ini juga ada Jambu Kristal," tutur Kepala Dukuh Kepil, Mardiyanto.
Setidaknya ada sekitar 1.000 pohon Jambu Kristal yang ada di Dusun Kepil ini. Semuanya bisa dinikmati oleh para pengunjung yang penasaran merasakan jambu tanpa biji ini.
Jika tertarik menanamnya karena hanya dalam usia sekitar 3 bulan jambu ini berbuah, pengunjung juga bisa membeli bibit yang warga sediakan untuk dibawa pulang.
Aliran air yang tak begitu deras menambah rasa penasaran menyusuri jejak para pejuang kemerdekaan kala bersembunyi dari invasi penjajahan Belanda maupun Jepang.
Gemericik air jernih dari sumber air pegunungan yang tak pernah mati meskipun kemarau panjang sekalipun, menjadi titik tolak pengembaraan susur sungai menuju Gua Watu Joglo.
Gua yang diklaim oleh warga setempat menjadi persembunyian ideal para pejuang ketika diserang oleh penjajah, juga diyakini ada ular putih yang menjaga kehidupan mereka selama ini.
Untuk menuju kawasan Gua Watu Joglo memang bukan persoalan yang mudah. Pengunjung harus merasakan dinginnya air sungai dengan kedalaman bervariasi, paling dalam setinggi dada.
Bebatuan yang banyak berserakan di sungai sepanjang 1 kilometer tersebut juga menyimpan berbagai misteri. Bahkan oleh sebagian warga, bebatuan tersebut banyak diambil untuk dijadikan batu akik.
"Batunya sangat bagus, biasanya kami mengirimnya ke Bali," ujar Sumino, warga setempat yang kebetulan ditemui tengah mencari batu di kawasan tersebut.
Di sungai ini, warga juga mengklaim banyak tersimpan butiran-butiran emas, meskipun belum terbukti apakah emas atau bukan.
Namun banyak warga yang sudah menyimpan bongkahan-bongkahan batu yang ada bintik-bintik menyala seperti emas. Mereka berharap suatu saat nanti keyakinan akan emas tersebut terbukti.
Bagi wisatawan yang tertarik ingin mencari batu-batu mulia ataupun batu akik, warga sekitar sudah menyediakan tambir (nampan dari anyaman bambu) dan alat pahat batu sederhana.
Namun, di area-area tertentu saja pengunjung dapat mengambil bebatuan. Sebab, warga di Kampung Emas Plumbungan sangat menjaga kelestarian bebatuan di sungai tersebut.
"Ya tidak boleh sembarangan, kami khawatir nanti akan rusak lingkungan jika tidak dikendalikan," tegas Ketua Kelompok Sadar Wisata Kampung Emas Plumbungan, Andri Purwanto.
Sampai di akhir pengembaraan sungai tersebut, terpampang bebatuan cukup besar menjulang tinggi. Di dalamnya nampak air terjun mini yang mengalir deras. Gua kecil nampak lebih indah dengan gemericik air.
Sesampai di mulut gua, wisatawan tentu tertarik untuk langsung merasakan dinginnya air pegunungan yang masih belum terkontaminasi pencemaran.
Jika tak ingin susah-susah menyusuri sungai, pengunjung bisa langsung masuk melalui pintu di Dusun sebelah Kampung Emas Plumbungan, tepatnya melalui Dusun Kepil.
Dari pintu masuk Dusun Kepil, pengunjung sudah disuguhi ratusan anak tangga menuju ke dasar Watu Joglo. Namun jangan khawatir kecapaian, para pengunjung bisa memanfaatkan beberapa Gazebo yang bisa dimanfaatkan untuk beristirahat.
Selain itu, ketika memasuki area di atas Watu Joglo, pengunjung juga bisa menikmati ranumnya buah jambu tak berbiji. Jambu Kristal, menjadi daya tarik tersendiri Gua persembunyian para pejuang tersebut.
Jambu yang mudah ditanam ini bisa dinikmati oleh para pengunjung langsung dari pohonnya jika kebetulan sedang beruntung."Jambu Kristal menjadi ikon Dusun Kepil. Tak hanya di Watu Joglo, di setiap halaman rumah warga Dusun ini juga ada Jambu Kristal," tutur Kepala Dukuh Kepil, Mardiyanto.
Setidaknya ada sekitar 1.000 pohon Jambu Kristal yang ada di Dusun Kepil ini. Semuanya bisa dinikmati oleh para pengunjung yang penasaran merasakan jambu tanpa biji ini.
Jika tertarik menanamnya karena hanya dalam usia sekitar 3 bulan jambu ini berbuah, pengunjung juga bisa membeli bibit yang warga sediakan untuk dibawa pulang.
(nag)