IAIN Resmi Menjadi UIN
A
A
A
SEMARANG - Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang resmi berganti nama menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo setelah diresmikan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin kemarin di Aula II Kampus III.
Peresmian IAIN menjadi UIN Walisongo, yang juga sekaligus peringatan ulang tahun ke-45 kampus tersebut, ditandai dengan pemukulan beduk yang dilakukan oleh menteri agama. “Sebagai perguruan tinggi Islam yang sudah berdiri lama, sudah sepantasnya IAIN berubah menjadi UIN. Perubahan itu dimaksudkanagarmampusetaraseperti perguruan-perguruan tinggi lain.
Duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi,” kata Lukman. Dengan bertransformasinya IAIN menjadi UIN akan ada perpaduan antara ilmu umum dan ilmu agama. “Jika sudah berpadu dan perguruan-perguruan tinggi Islam mampu mengembangkan kedua ilmu tersebut secara tinggi, niscaya Indonesia akan mampu memiliki peran dalam pengembangan peradaban Islam modern di dunia,” katanya.
Indonesia memiliki jumlah perguruan tinggi agama Islam terbanyak di dunia. Jumlah perguruan tinggi agama Islam itu terdiri atas 55 perguruan tinggi agama Islam negeri dan 631 perguruan tinggi agama Islam swasta. “Jumlah itu ada STAIN (sekolah tinggi ilmu agama Islam) dan lainnya, kemudian ditambah 11 UIN dan 25 IAIN.
Saya kira Indonesia bisa menjadi pusat pengembangan peradaban Islam yang lebih modern,” papar Lukman. Terkait dengan usia UIN Walisongo yang sejak berdiri pertama kali sebagai IAIN hingga kini menginjak usia 45 tahun, Lukman berharap akan semakin memberikan manfaat bagi masyarakat secara luas.
“Peringatan hari kelahiran bukan hanya tambah usia saja, tapi harus lebih progresif berkarya, meningkatkan prestasi, dan semakin memberikan manfaatnya melalui pengabdian masyarakat,” katanya. Sementara itu, Rektor UIN Walisongo Prof Muhibbin Noor menyampaikan upaya transformasi IAIN Walisongo menjadi UIN sebenarnya sudah dirintis sejak lama.
Jalan terang baru ditemui ketika akhir 2014 kampus tersebut bisa bertransformasi. Khusus untuk peresmian memang sengaja dibarengkan dengan ulang tahun kampus yang jatuh pada 6 April. “Dengan begitu, baik dari mulai lahirnya IAIN Walisongo pada 6 April 45 tahun lalu, hingga lahirnya UIN Walisongo ke depannya akan sama-sama diperingati pada 6 April,” ungkapnya.
Selain dihadiri oleh Menteri Agama, peresmian itu juga dihadiri oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Ketua Umum PPP M Romahurmuziy, Kapolda Irjen Nur Ali, Pangdam Diponegoro Mayjen Bayu Purwiyono, serta segenap sivitas akademika UIN Walisongo Semarang.
Pelopor Kerukunan Umat
Pada waktu yang sama, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin juga meresmikan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Peresmian tersebut menjadi langkah awal bagi perkembangan perguruan tinggi Islam, salah satunya di Salatiga. Perguruan tinggi ini harus bisa menjadi pelopor dan penyokong kerukunan umat beragama di Indonesia.
“IAIN harus bisa menjadi penyokong kerukunan beragama, khususnya di Salatiga. Kami berharap ke depan mampu berkembang pesat dan ditargetkan pada 10 tahun mendatang bisa berubah menjadi universitas,” kata Menteri Agama saat meresmikan IAIN Salatiga di halaman kampus tersebut kemarin. Selain itu, Lukman berharap mahasiswa IAIN Salatiga menjadi pewaris para seniornya yang mumpuni.
“Setidaknya harus menjaga dan menjadi pewaris seniornya. Terus kembangkan lembaga ini dengan baik,” ucapnya. Lukman mengatakan, IAIN sejak awal didirikan mengusung nilai-nilai keislaman yang bernapaskan semangat keindonesiaan. Hal itu diwujudkan dalam pelaksanaan kurikulum pembelajaran pada setiap program studinya.
Selain itu, IAIN diharapkan menjadi salah satu pilar untuk menyebarkan semangat keislaman antiradikal. “Sejak didirikan, IAIN sebagai lembaga pendidikan Islam sudah mengusung semangat dan nilainilai keindonesiaan, salah satunya menjadi pilar bagi penyebaran ajaran antiradikalisme,” tukasnya.
Terkait pemblokiran situs berbau radikalisme, Lukman berharap ke depan harus lebih hati-hati dan melibatkan sejumlah pihak, termasuk akademisi dan sosiolog. “Semoga ke depan ada hikmahnya,” tandasnya. Sementara itu, Wali Kota Salatiga Yuliyanto mengatakan, keberadaan IAIN bisa menjadi salah satu pilar dalam mewarnai kerukunan beragama di Salatiga. “Ini adalah berkah yang harus disyukuri bersama bahwa di Kota Salatiga sudah berdiri IAIN,” katanya.
Susilo himawan / angga rosa
Peresmian IAIN menjadi UIN Walisongo, yang juga sekaligus peringatan ulang tahun ke-45 kampus tersebut, ditandai dengan pemukulan beduk yang dilakukan oleh menteri agama. “Sebagai perguruan tinggi Islam yang sudah berdiri lama, sudah sepantasnya IAIN berubah menjadi UIN. Perubahan itu dimaksudkanagarmampusetaraseperti perguruan-perguruan tinggi lain.
Duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi,” kata Lukman. Dengan bertransformasinya IAIN menjadi UIN akan ada perpaduan antara ilmu umum dan ilmu agama. “Jika sudah berpadu dan perguruan-perguruan tinggi Islam mampu mengembangkan kedua ilmu tersebut secara tinggi, niscaya Indonesia akan mampu memiliki peran dalam pengembangan peradaban Islam modern di dunia,” katanya.
Indonesia memiliki jumlah perguruan tinggi agama Islam terbanyak di dunia. Jumlah perguruan tinggi agama Islam itu terdiri atas 55 perguruan tinggi agama Islam negeri dan 631 perguruan tinggi agama Islam swasta. “Jumlah itu ada STAIN (sekolah tinggi ilmu agama Islam) dan lainnya, kemudian ditambah 11 UIN dan 25 IAIN.
Saya kira Indonesia bisa menjadi pusat pengembangan peradaban Islam yang lebih modern,” papar Lukman. Terkait dengan usia UIN Walisongo yang sejak berdiri pertama kali sebagai IAIN hingga kini menginjak usia 45 tahun, Lukman berharap akan semakin memberikan manfaat bagi masyarakat secara luas.
“Peringatan hari kelahiran bukan hanya tambah usia saja, tapi harus lebih progresif berkarya, meningkatkan prestasi, dan semakin memberikan manfaatnya melalui pengabdian masyarakat,” katanya. Sementara itu, Rektor UIN Walisongo Prof Muhibbin Noor menyampaikan upaya transformasi IAIN Walisongo menjadi UIN sebenarnya sudah dirintis sejak lama.
Jalan terang baru ditemui ketika akhir 2014 kampus tersebut bisa bertransformasi. Khusus untuk peresmian memang sengaja dibarengkan dengan ulang tahun kampus yang jatuh pada 6 April. “Dengan begitu, baik dari mulai lahirnya IAIN Walisongo pada 6 April 45 tahun lalu, hingga lahirnya UIN Walisongo ke depannya akan sama-sama diperingati pada 6 April,” ungkapnya.
Selain dihadiri oleh Menteri Agama, peresmian itu juga dihadiri oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Ketua Umum PPP M Romahurmuziy, Kapolda Irjen Nur Ali, Pangdam Diponegoro Mayjen Bayu Purwiyono, serta segenap sivitas akademika UIN Walisongo Semarang.
Pelopor Kerukunan Umat
Pada waktu yang sama, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin juga meresmikan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Peresmian tersebut menjadi langkah awal bagi perkembangan perguruan tinggi Islam, salah satunya di Salatiga. Perguruan tinggi ini harus bisa menjadi pelopor dan penyokong kerukunan umat beragama di Indonesia.
“IAIN harus bisa menjadi penyokong kerukunan beragama, khususnya di Salatiga. Kami berharap ke depan mampu berkembang pesat dan ditargetkan pada 10 tahun mendatang bisa berubah menjadi universitas,” kata Menteri Agama saat meresmikan IAIN Salatiga di halaman kampus tersebut kemarin. Selain itu, Lukman berharap mahasiswa IAIN Salatiga menjadi pewaris para seniornya yang mumpuni.
“Setidaknya harus menjaga dan menjadi pewaris seniornya. Terus kembangkan lembaga ini dengan baik,” ucapnya. Lukman mengatakan, IAIN sejak awal didirikan mengusung nilai-nilai keislaman yang bernapaskan semangat keindonesiaan. Hal itu diwujudkan dalam pelaksanaan kurikulum pembelajaran pada setiap program studinya.
Selain itu, IAIN diharapkan menjadi salah satu pilar untuk menyebarkan semangat keislaman antiradikal. “Sejak didirikan, IAIN sebagai lembaga pendidikan Islam sudah mengusung semangat dan nilainilai keindonesiaan, salah satunya menjadi pilar bagi penyebaran ajaran antiradikalisme,” tukasnya.
Terkait pemblokiran situs berbau radikalisme, Lukman berharap ke depan harus lebih hati-hati dan melibatkan sejumlah pihak, termasuk akademisi dan sosiolog. “Semoga ke depan ada hikmahnya,” tandasnya. Sementara itu, Wali Kota Salatiga Yuliyanto mengatakan, keberadaan IAIN bisa menjadi salah satu pilar dalam mewarnai kerukunan beragama di Salatiga. “Ini adalah berkah yang harus disyukuri bersama bahwa di Kota Salatiga sudah berdiri IAIN,” katanya.
Susilo himawan / angga rosa
(bbg)