Tapak Tilas Semangat Pemuda di Medan Area

Senin, 06 April 2015 - 10:39 WIB
Tapak Tilas Semangat Pemuda di Medan Area
Tapak Tilas Semangat Pemuda di Medan Area
A A A
Mendengar nama Medan Area, pikiran langsung kembali pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Di sana, pernah terjadi pertempuran hebat melawan penjajah yang tidak rela atas kemerdekaan yang sudah diproklamasikan. Perang ini menjadi awal tapak tilas semangat pemuda mempertahankan negara. Kecamatan Medan Area merupakan salah satu kawasan pertempuran Medan Area yang sempat memakan korban, baik dari pihak pemuda dan pejuang Indonesia maupun dari tentara Belanda dan Inggris (NICA).

“Saya rasa nama Kecamatan Medan Area ada hubungan dengan pertempuran Medan Area. Selain Medan Timur dan Medan Perjuangan, Medan Area juga merupakan salah satu kawasan pertempuran waktu itu,” kata Sejawaran Sumut, Muhammad TWH, kemarin. Pertempuran juga menjadi bagian penting dari lahirnya provinsi Sumut. Pertempuran Medan Area bermula ketika tentara NICA yang diboncengi Belanda masuk ke Medan.

Mereka bermaksud membebaskan tawanan Jepang dan orang Belanda, dan untuk melucuti senjata-senjata Jepang. Ternyata, Belanda sendiri sudah mempersiapkan tentaranya di Jalan Bali, atau sekarang disebut dengan Jalan Veteran. Pada 13 Oktober 1945, seorang pemuda Indonesia yang sehari-hari berjualan pakaian bekas di Jalan Bali, memakai lencana merah putih di dadanya.

Serdadu NICA memanggil pemuda tersebut dan memarahinya. Tidak hanya itu, pemuda tersebut disuruh memakan lencana yang terbuat dari seng tersebut. Namun karena ada perlawanan, lencana jatuh ke tanah dan diinjakinjak tentara NICA. Tidak terima dengan perlakuan tentara NICA, pemuda tersebut naik darah kemudian menghampiri pedagang lain dan tentara Indonesia yang masih berada di seputaran Jalan Bali.

Tentara Indonesia dan pedagang lain yang tidak terima dengan penghinaan lencana merah putih itu pun langsung mendatangi toko-toko di sekitar Jalan Bali untuk membeli peralatan pisau, parang, martil, dan lainnya untuk menyerang tentara NICA. Saat itu, terjadi pertengkaran yang memakan korban dari kedua kubu. Perjuangan tersebut juga dikatakan tragedi Jalan Bali yang diabadikan dengan adanya tugu Pahlawan Medan Area (Apolo). Inilah yang disebut salah satu sebagai pemicu Perang Medan Area.

“Semangat pemuda kala itu memang patut ditiru. Pemuda yang mengawal kemerdekaan,” kata Muhammad TWH. Selain pertempuran Jalan Bali, banyak juga terjadi pertempuran lain di Medan. Bahkan, sekutu dan NICA semakin melancarkan serangan besar-besaran di Medan. Sekutu juga terus menyerang pejuang rakyat Medan. Menurut Teuku Abdullah Sulaiman, dalam tulisannya “Perjuangan Para Pendiri Negara Republik Indonesia di Medan Area (1946 - 1949)”, dalam momentum ini, pasukan asal Aceh yang berjuang di Medan Area semakin bertambah jumlahnya karena terus-menerus mendapat tambahan pasukan.

Kehadiran laskar rakyat dari Aceh ke Medan Area pada mulanya atas inisiatif sendiri. Selain untuk membantu perjuangan rakyat di Sumatera Timur melawan Belanda, juga bermaksud mencegah serdadu Belanda memasuki daerah Aceh. Gagasan awal meminta bantuan ke Aceh berasal dari dua orang ulama terkenal di Sumatera Timur yang mengirim surat kepada sahabatnya di Aceh, yaitu Haji Abdul Halim dan Haji Zainal Arifin Abbas.

Mereka menulis surat dan mengirim utusan khusus menjumpai Tgk Muhammad Daud Beureueh di Kutaraja. Ramainya pertempuran di Medan menyebabkan sekutu berhasil menduduki Kota Medan. Akibatnya, pusat perjuangan rakyat Sumut kemudian dipindahkan ke Pematangsiantar pada Maret l946. Muhammad TWH menyebutkan, Gubernur Muda Sumatera Timur Mr SM Amin Nasution dilantik pada 14 April 1947 di Pematangsiantar. SM Amin mendapat perintah langsung dari Presiden Soekarno untuk memimpin Sumatera Timur.

“Hari tersebut tentunya hari bersejarah bagi Sumut sebagai tanggal lahir Sumut. Namun, selama ini kita masih memperingati lahirnya Sumut pada 14 April 1948,” katanya. Pertempuran Medan Area selesai setelah Konferensi Meja Bundar, dengan menyerahkan kekuasaan ke Indonesia pada 29 Desember 1949, dan penyerahan kedaulatan di Sumut. Pertempuran Medan Area merupakan perang terbuka pertama yang terjadi di Kota Medan.

“Itu menjadi bagian dari sejarah panjang perjuangan dan upaya kita mempertahankan kemerdekaan,” kata pria yang juga menyandang status Legiun Veteran Republik Indonesia ini. Menurut Muhammad TWH, semangat pemuda saat pertempuran Medan Area untuk membela Tanah Air sudah seharusnya diteladani. Semangat mempertahankan kemerdekaan tersebut hanya bermodal seadanya dan tanpa pamrih. Para pemuda kala itu tidak takut kepada musuh yang memiliki peralatan perang lengkap dan canggih.

“Tantangan serupa terus kita dapatkan saat ini dalam bentuk yang berbeda. Pesan yang bisa diambil dari Perang Medan Area adalah semangat membela Tanah Air yang tak pernah padam. Perang itu menjadi awal tapak tilas semangat pemuda dalam berjuang,” ujarnya. Dalam referensi lain soal Medan Area disebutkan, pasukan NICA yang mendapat perlawanan dari rakyat Medan dan Sumatera Timur membuat strategi dalam menghadapi perlawanan rakyat tersebut.

Pihak Inggris membagi tanggung jawab menjaga keamanan di Sumatera Timur kepada tentara Jepang dan pihak Inggris sendiri. Tentara Inggris bertanggung jawab di Kota Medan dan sekitarnya, sedangkan pasukan Jepang menjaga ketertiban dan keamanan di luar batas wilayah itu. Sehubungan dengan pembagian tugas itu, sejak 1 Desember 1945, Inggris memasang patok-patok di sekeliling Kota Medan yang bertuliskan Fixed Boundaries of Protected Medan Area, yaitu wilayah yang menjadi tanggung jawab Inggris.

Sementara area atau wilayah di luarnya menjadi tanggung jawab Jepang. Tulisan di patok-patok itulah yang memopulerkan sebutan Medan Area untuk wilayah tersebut. Front Medan Area amat luas. Wilayahnya membujur dari utara ke selatan dan melintang dari timur ke barat dengan Kota Medan sebagai pusatnya. Pada Oktober 1991, Medan Area menjadi salah satu nama kecamatan di Kota Medan yang dipimpin Camat Maulana Hutagalung dengan luas wilayah 422 hektare (ha).

Kecamatan ini berbatasan dengan Medan perjuangan di sebelah utara; Medan Kota di sebelah selatan dan barat; serta Medan Denai di sebelah Timur. Kini, kecamatan yang menyimpan kenangan sejarah perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan ini memiliki 12 kelurahan dengan jumlah penduduk 135.639 jiwa, dipimpin oleh Camat M Ali Sapahutar.

irwan siregar/fakhrur rozi
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.7984 seconds (0.1#10.140)