Perajin Batik Resah Kenaikan Harga
A
A
A
TEGAL - Perajin batik di Kota Tegal resah dengan naiknya harga bahan baku pembuatan batik seiring rupiah yang terus melemah dan kenaikan harga BBM. Mereka terpaksa menaikkan harga batik yang dijual agar tak berhenti berproduksi.
Salah satu perajin batik di Kelurahan Keturen, Kecamatan Tegal Selatan, Sugiarti, 33, mengungkapkan, harga bahan baku batik yang naik di antaranya kain, lilin, dan pewarna. “Semua bahan baku batik harganya sekarang naik,” katanya, kemarin.
Harga kain untuk membatik saat ini mencapai Rp35.000 per lembar dari sebelumnya Rp30.000 per lembar. Kemudian harga lilin naik dari semula Rp32.000 per kilogram menjadi Rp45.000 per kilogram. Adapun harga pewarna saat ini men capai Rp55.000 per ons. Padahal sebelumnya harganya Rp40.000 per ons. Sugiarti yang merupakan anggota Paguyuban Perajin Batik Karisma tak hanya dipusingkan dengan kenaikan harga bahan baku. Namun juga kenaikan upah pekerja yang membantu mewarnai batik yang sudah dibuatnya.
“Dengan naik begini ya pekerja juga minta upahnya dinaikkan. Biasanya Rp8.500 per kain, sekarang minta naik menjadi Rp15.000 per kain,” tutur Sugiarti yang memiliki 22 pekerja. Kenaikan biaya produksi ter sebut memaksa Sugiarti menaikkan harga jual batik yang di - buatnya. Harga batik tulis yang biasanya ditawarkan Rp130.000, sekarang dinaikkan harganya menjadi Rp160.000.
“Untungnya sampai saat ini pembeli tidak keberatan. Asal hasilnya bersih, tidak blentong-blentong , pembeli tetap berani meskipun harganya jadi lebih mahal,” ungkapnya. Hal senada diungkapkan perajin batik di Kelurahan Kalinyamat Kulon, Kecamatan Tegal Selatan, Muniroh, 39. Dia mengatakan, harga bahan baku batik sudah naik sejak Februari lalu.
“Sudah sekitar dua bulan ini harganya naik,” katanya, kemarin. Meski belum sampai mempengaruhi jumlah produksi batik, Muniroh tetap khawatir jika kenaikan harga bahan baku terus terjadi. Terlebih pemerintah kembali menaikkan harga BBM jenis premium dan solar. “Saya belum belanja bahan baku lagi. Mudah-mudahan tidak naik lagi. Maunya ya jangan naik terus karena bisa pengaruh ke produksi,” ujarnya.
Muniroh juga mengaku me - naikkan harga batik yang di - jualnya untuk menyiasati kenaikan harga bahan baku. Sebab jika harga tidak naik, maka hasil penjualan tidak akan menutup biaya produksi yang terus melambung. “Ya bisa dinaikkan har ganya. Sampai sekarang pesanan masih ada,” ucapnya. Muniroh mengungkapkan, saat ini para perajin batik masih tertolong oleh banyaknya pesanan kain batik dengan nuansa biru dari pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kota Tegal. Pesanan batik warna biru melonjak karena sejak Maret lalu, PNS wajib menggunakan batik khas Tegal dengan nuansa warna biru.
“Sekarang sedang banyak yang nyari dan pesan batik dengan nuansa warna biru. Warna biru bahari,” katanya. Muniroh menyebut, jumlah pesanan kain batik yang datang mencapai 1.000 potong lebih dalam satu bulan. Jumlah ini meningkat dari bulan-bulan se - belumnya yang hanya sekitar 500 potong. “Pesanan ada yang batik tulis, ada yang batik cap,” ujarnya.
Farid firdaus
Salah satu perajin batik di Kelurahan Keturen, Kecamatan Tegal Selatan, Sugiarti, 33, mengungkapkan, harga bahan baku batik yang naik di antaranya kain, lilin, dan pewarna. “Semua bahan baku batik harganya sekarang naik,” katanya, kemarin.
Harga kain untuk membatik saat ini mencapai Rp35.000 per lembar dari sebelumnya Rp30.000 per lembar. Kemudian harga lilin naik dari semula Rp32.000 per kilogram menjadi Rp45.000 per kilogram. Adapun harga pewarna saat ini men capai Rp55.000 per ons. Padahal sebelumnya harganya Rp40.000 per ons. Sugiarti yang merupakan anggota Paguyuban Perajin Batik Karisma tak hanya dipusingkan dengan kenaikan harga bahan baku. Namun juga kenaikan upah pekerja yang membantu mewarnai batik yang sudah dibuatnya.
“Dengan naik begini ya pekerja juga minta upahnya dinaikkan. Biasanya Rp8.500 per kain, sekarang minta naik menjadi Rp15.000 per kain,” tutur Sugiarti yang memiliki 22 pekerja. Kenaikan biaya produksi ter sebut memaksa Sugiarti menaikkan harga jual batik yang di - buatnya. Harga batik tulis yang biasanya ditawarkan Rp130.000, sekarang dinaikkan harganya menjadi Rp160.000.
“Untungnya sampai saat ini pembeli tidak keberatan. Asal hasilnya bersih, tidak blentong-blentong , pembeli tetap berani meskipun harganya jadi lebih mahal,” ungkapnya. Hal senada diungkapkan perajin batik di Kelurahan Kalinyamat Kulon, Kecamatan Tegal Selatan, Muniroh, 39. Dia mengatakan, harga bahan baku batik sudah naik sejak Februari lalu.
“Sudah sekitar dua bulan ini harganya naik,” katanya, kemarin. Meski belum sampai mempengaruhi jumlah produksi batik, Muniroh tetap khawatir jika kenaikan harga bahan baku terus terjadi. Terlebih pemerintah kembali menaikkan harga BBM jenis premium dan solar. “Saya belum belanja bahan baku lagi. Mudah-mudahan tidak naik lagi. Maunya ya jangan naik terus karena bisa pengaruh ke produksi,” ujarnya.
Muniroh juga mengaku me - naikkan harga batik yang di - jualnya untuk menyiasati kenaikan harga bahan baku. Sebab jika harga tidak naik, maka hasil penjualan tidak akan menutup biaya produksi yang terus melambung. “Ya bisa dinaikkan har ganya. Sampai sekarang pesanan masih ada,” ucapnya. Muniroh mengungkapkan, saat ini para perajin batik masih tertolong oleh banyaknya pesanan kain batik dengan nuansa biru dari pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kota Tegal. Pesanan batik warna biru melonjak karena sejak Maret lalu, PNS wajib menggunakan batik khas Tegal dengan nuansa warna biru.
“Sekarang sedang banyak yang nyari dan pesan batik dengan nuansa warna biru. Warna biru bahari,” katanya. Muniroh menyebut, jumlah pesanan kain batik yang datang mencapai 1.000 potong lebih dalam satu bulan. Jumlah ini meningkat dari bulan-bulan se - belumnya yang hanya sekitar 500 potong. “Pesanan ada yang batik tulis, ada yang batik cap,” ujarnya.
Farid firdaus
(ars)