Menjaga Eksistensi Tenun Tajung
A
A
A
SEBAGAI salah satu kabupaten tertua di Provinsi Sumsel, Kabupaten Muba menjadi daerah yang memiliki beragam budaya dan adat istiadat warisan para leluhur. Bahkan, warisan tersebut hingga kini tetap dipertahankan. Salah satunya tenun adat tajung.
Kain tenun yang dibuat menggunakan alat tradisional ini dahulu hanya diperuntukkan bagi kalangan bangsawan, serta digunakan pada waktu atau peristiwa spesial.
Sekilas tenun tajung hampir sama dengan kain tajung khas Palembang. Namun, jika dipelajari dan dilihat secara seksama terdapat perbedaan mendasar. Kain tajung Muba memiliki cerita tertentu di setiap motifnya yang menggambarkan kehidupan masyarakat. Saat ini seiring pekembangan fesyen dan berubahnya kebudayaan masyarakat karena bercampur budaya asing, membuat keberadaan kain tajung Muba tersisihkan.
Bahkan, perlu upaya ekstra untuk mempertahankan eksistensi dan produksi kain tajung yang semakin menurun. Kondisi ini juga disebabkan berkurangnya perajin dan sulitnya bahan baku. Untuk mempertahankan, beragam upaya dilakukan Pemkab Muba mulai dari pelatihan kepada masyarakat hingga pengembagan mutu atau kualitas kain tajung. “Saat ini sangat disayangkan perajinnya sedikit. Dikhawatirkan banyak motif kain tajung tidak ada yang mempertahankan dan hilang tergerus zaman,” ujar Zaironas, perajin yang saat inidibawah naungan Dewan Kerajinan Nasional Daerah(Dekranasda) Muba.
Menurut dia, dahulu para perajin saat membuat kain motifnya didasarkan pada cerita dan memiliki pesan moral yang secara tidak langsung disampaikan kepada masyarakat. “Seperti kalau bicara motif mungkin ada ratusan motif warisan turun-temurun di Sekayu. Biasanya ada cerita tersendiri setiap motif yang dibuat orang zaman dahulu sehingga menjadi mitos. Saat ini ada yang masih ingat, dan ada yang dilupakan,” terang dia.
Kepala Disperindag Muba Ikhwan Muslimin mengatakan, Pemkab Muba serius menangani dan mengembangkan kain tajung khas Muba. “Kain ini sudah langka dan masuk dalam industri kreatif. Jadi kami sangat serius menanganinya,” ujar dia. Dahulu, lanjut Ikhwan, perajin kain tajung banyak tersebar dan hampir ada di setiap kecamatan. Namun, kondisi sekarang sangat jauh berbeda sebab banyak perajin meninggalkan kegiatan menenun atau kemampuannya tidak sempat diturunkan kepada generasi selanjutnya.
“Sekarang kami ada sentra industri pembuatan kain tajung di beberapa kecamatan. Sentra ini membawahi beberapa perajin. Selain itu masih ada perajin rumahan yang membuat secara mandiri walapun jumlahnya tidak banyak lagi,” tutur dia. Saat ini pihaknya tengah mengembangkan kualitas kain tajung, terutama dari segi pewarnaan.
“Saat ini kami mengembangkan dari segi pewarnaan yakni menggunakan bahan-bahan alami. Ini bagian dari peningkatan mutu kain tajung karena kualitasnya akan semakin meningkat jika bahan yang digunakan semakin baik,” papar dia. Ikhwan berharap, keberadaan kain tajung khas Muba dapat terjaga dan memiliki kedudukan tinggi dalam kehidupan masyarakat sehingga sejarah yang ada tidak hilang begitu saja dan dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya.
“Memang mempertahankannya susahsusah mudah. Tapi kita terus berupaya dengan menerapkan berbagai terobosan agar kain dan penrajin tajung tidak hilang digerus zaman,” tandasnya.
Amarullah diansyah
Kain tenun yang dibuat menggunakan alat tradisional ini dahulu hanya diperuntukkan bagi kalangan bangsawan, serta digunakan pada waktu atau peristiwa spesial.
Sekilas tenun tajung hampir sama dengan kain tajung khas Palembang. Namun, jika dipelajari dan dilihat secara seksama terdapat perbedaan mendasar. Kain tajung Muba memiliki cerita tertentu di setiap motifnya yang menggambarkan kehidupan masyarakat. Saat ini seiring pekembangan fesyen dan berubahnya kebudayaan masyarakat karena bercampur budaya asing, membuat keberadaan kain tajung Muba tersisihkan.
Bahkan, perlu upaya ekstra untuk mempertahankan eksistensi dan produksi kain tajung yang semakin menurun. Kondisi ini juga disebabkan berkurangnya perajin dan sulitnya bahan baku. Untuk mempertahankan, beragam upaya dilakukan Pemkab Muba mulai dari pelatihan kepada masyarakat hingga pengembagan mutu atau kualitas kain tajung. “Saat ini sangat disayangkan perajinnya sedikit. Dikhawatirkan banyak motif kain tajung tidak ada yang mempertahankan dan hilang tergerus zaman,” ujar Zaironas, perajin yang saat inidibawah naungan Dewan Kerajinan Nasional Daerah(Dekranasda) Muba.
Menurut dia, dahulu para perajin saat membuat kain motifnya didasarkan pada cerita dan memiliki pesan moral yang secara tidak langsung disampaikan kepada masyarakat. “Seperti kalau bicara motif mungkin ada ratusan motif warisan turun-temurun di Sekayu. Biasanya ada cerita tersendiri setiap motif yang dibuat orang zaman dahulu sehingga menjadi mitos. Saat ini ada yang masih ingat, dan ada yang dilupakan,” terang dia.
Kepala Disperindag Muba Ikhwan Muslimin mengatakan, Pemkab Muba serius menangani dan mengembangkan kain tajung khas Muba. “Kain ini sudah langka dan masuk dalam industri kreatif. Jadi kami sangat serius menanganinya,” ujar dia. Dahulu, lanjut Ikhwan, perajin kain tajung banyak tersebar dan hampir ada di setiap kecamatan. Namun, kondisi sekarang sangat jauh berbeda sebab banyak perajin meninggalkan kegiatan menenun atau kemampuannya tidak sempat diturunkan kepada generasi selanjutnya.
“Sekarang kami ada sentra industri pembuatan kain tajung di beberapa kecamatan. Sentra ini membawahi beberapa perajin. Selain itu masih ada perajin rumahan yang membuat secara mandiri walapun jumlahnya tidak banyak lagi,” tutur dia. Saat ini pihaknya tengah mengembangkan kualitas kain tajung, terutama dari segi pewarnaan.
“Saat ini kami mengembangkan dari segi pewarnaan yakni menggunakan bahan-bahan alami. Ini bagian dari peningkatan mutu kain tajung karena kualitasnya akan semakin meningkat jika bahan yang digunakan semakin baik,” papar dia. Ikhwan berharap, keberadaan kain tajung khas Muba dapat terjaga dan memiliki kedudukan tinggi dalam kehidupan masyarakat sehingga sejarah yang ada tidak hilang begitu saja dan dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya.
“Memang mempertahankannya susahsusah mudah. Tapi kita terus berupaya dengan menerapkan berbagai terobosan agar kain dan penrajin tajung tidak hilang digerus zaman,” tandasnya.
Amarullah diansyah
(ars)