Panen Pakai Pupuk Hayati Bisa 19 Ton/Hektare

Minggu, 05 April 2015 - 10:02 WIB
Panen Pakai Pupuk Hayati...
Panen Pakai Pupuk Hayati Bisa 19 Ton/Hektare
A A A
Di antara kompleks perumahan di kawasan Riung Bandung, ada sebuah pesta kecil petani di sana.

Rupanya mereka sedang panen padi. Lho, kok bisa?
Jarang sekali kita mendengar ada panen padi di kota mertropolitan ini, apalagi dengan terus berkurangnya lahan pertanian digantikan rumah dari beton.

Dengan pupuk hayati, petani di kota besar ini bisa me ng hasilkan padi berkualitas dalam jumlah banyak. Pupuk hayati adalah pupuk non kimia dengan sistem kerja menggunakan mikroba atau makhluk hidup kecil. Adalah Agus Yana yang mengembangkan pupuk ramah lingkungan ini di Riung Bandung. Menurutnya, pupuk hayati bio max grow (BMG) miliknya baru diujicobakan di lahan 1,2 hektare. Hasil panennya mengejutkan bisa mencapai 20 ton. Sebelumnya mereka melakukan hal serupa di Tambak, Kabupaten Indramayu, dan Klaten, Jawa Tengah. Pupuk itu menurunkan pemakaian unsur kimia cukup besar. Pengembangan sendiri dilakukan sejak dua tahun lalu.

“Di Klaten hasilkan produksi 8-9 ton per hektare, sedangkan di sini hasilnya cukup surprisekendati tanda-tandanya sudah ada. Tapi untuk penggunaan pupuk tersebut kantidak mudah karena selama ini lebih banyak ke pupuk kimia,” kata Agus. Ketua Forum Penyelamat Ling kungan Hidup (FPLH) Thio Se tiowekti mengatakan, for mula pupuk mikroba selain ramah ling kungan karena tidak me rusak unsur tanah, juga cocok di terap kan dalam kondisi masa kini di mana lahan sawah makin menyempit oleh pembangunan.

“Dengan sistem pertanian ber basis mikroba, selain ramah ling kungan juga keberadaan sawah tetap dapat dipertahankan di lingkungan permukiman sehingga dapat mengurangi banjir di wilayah perumahan perkotaan,” kata Thio. Dalam panen perdana itu ang gota Komisi IV DPR RI Ono Su rono hadir. Dia sangat terkesan dengan hasilnya dan men do - rong agar petani menggunakan pu puk ini. “Saya juga baru tahu ha sil panennya rilnya bisa sampai 19 ton per hektare. Ini jarang sekali terjadi. Karenanya ini perlu dikoordinasikan dengan Kementerian Pertanian,” katanya.

Ono tak memungkiri memasyarakatkan penggunaan pupuk hayati memang tidak mu - dah. Perlu sosialisasi, sebab petani cenderung masih lebih memilih menggunakan pupuk kimia. Salah satunya, pola pikir petani yang sudah kadung lebih terbiasa menggunakan pupuk kimia. Untuk itu, bersama Kementan persoalan tersebut d i ha rapkan bisa diatasi.

Termasuk sosialisasi dengan memanfaatkan keberadaan 20.000 penyuluh sehingga pupuk hayati dan organik bisa menjadi alternatif pi lihan masyarakat dalam meningkatkan produktivitas. Pilihan tersebut juga di harapkan bisa menyiasati kelangkaan pupuk di lapangan.

Dari 15 juta ton kebutuhan pupuk, pemerintah memberikan subsidi ba gi 9,5 juta ton pupuk pada tahun ini. “Masuknya teknologi seperti ini diharapkan mengurangi pemakaian pupuk kimia sehingga tak terjadi kelangkaan pupuk karena setengahnya sudah dipasok pupuk hayati,” jelasnya.?

Iwa Ahmad Sugriwa
Kota Bandung
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.6408 seconds (0.1#10.140)