Bonsai Anting Putri Jadi Primadona

Rabu, 01 April 2015 - 10:29 WIB
Bonsai Anting Putri Jadi Primadona
Bonsai Anting Putri Jadi Primadona
A A A
MEDAN - Pohon bonsai anting putri menjadi primadona dalam ajang Medan Kontes Nasional Seni Bonsai yang digelar di lapangan parkir Plaza Medan Fair, kemarin. Dua pohon bonsai anting putri berhasil menyabet gelar best in show (tertinggi) dari masing-masing kelas.

Ketua Panitia Medan Kontes Nasional Seni Bonsai, A Halim menyebutkan, terdapat 254 pohon bonsai yang mengikuti kontes yang digelar Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Medan itu. Ada tiga kontes yang dipertandingkan, yakni kelas regional, kelas madya, dan kelas utama. Jumlah peserta untuk kelas regional 184 bonsai, kelas madya 44 bonsai, dan kelas utama 25 bonsai.

Untuk gelar best in show kategori kelas madya disabet bonsai anting putri milik Akai dan kelas regional diraih bonsai anting putri milik Vincent Hartanto. Sementara best in show kategori utama disabet bonsai pushu batu milik Tongariodjo Angkasa Ginting. Halim menjelaskan, pohon bonsai yang mengikuti kontes harus terlebih dahulu lolos di kelas bawahnya alias naik kelas.

Kelas paling bawah adalah regional, selanjutnya madya, utama, dan bintang. Tapi untuk Medan Kontes Nasional Seni Bonsai yang ketiga ini, tidak ada kelas bintang yang diperlombakan. “Di sini yang memiliki nilai baik sekali dari dewan juri boleh naik kelas. Yang melakukan penilaian langsung dari PBBI Pusat.

Sejauh ini kontes pohon bonsai mendapat partisipasi cukup tinggi dari pecinta bonsai. Mereka datang dari Medan, Binjai, Deliserdang, Batam, hingga Jambi. Tahun 2012 lalu, hanya sekitar 100-an (peserta), sekarang mencapai 254. Ke depan kami berharap semakin ramai,” katanya. Kegaitan yang berlangsung hingga Senin (6/4) ini bertujuan meningkatkan kualitas bonsai di Kota Medan, sekaligus ajang meningkatkan tali silaturahmi antarpenggemar bonsai demi perkembangan dan kemajuan seni bonsai ke depan.

“Tahun ini hanya tiga kategori dan acara kontes ke depan akan kami tambah kategori bintang,” ujar A Halim. Jenis bonsai yang mengikuti kontes beragam. Jenis bonsai lokal misalnya, ada bonai anting putri, bonsai beringin, bonsai cemara, dan bonsai lohansung. Sementara bonsai impor (bukan habitat Indonesia) yang ikut lomba di antaranya bonsai pushu dan bonsai zelkova.

Model bonsainya juga banyak. Untuk yang formal ada tegak, menggantung, miring, ataupun grouping . “Kalau untuk kontes, juri menilai dari empat kategori, yakni dari penampilan, gerak dasar, keserasian, dan kematangan. Para juri akan memberikan pita dengan tulisan, best in show, best in size, best ten, danbaik sekali, jika memiliki kategori tersebut,” ujarnya. Harga bonsai saat ini masih relatif tidak mahal jika dilihat dari sudut pandang perawatan bonsai yang tidak asal-asalan dan membutuhkan waktu lumayan lama.

Harga pohon bonsai yang ditawarkan di pameran itu mulai dari ratusan ribu hingga ratusan juta rupiah. Salah seorang penggemar bonsai Kota Medan, Irwansyah Nasutin, mengaku tertarik mengikuti Medan Kontes Nasional Seni Bonsai sebagai ajang untuk lebih memperkenalkan pohon bonsai. Dia menyebutkan, pada kontes tiga tahun lalu, pohon bonsainya berhasil terjual hingga Rp60 juta rupiah. Tahun ini diharapkan ada yang terjual lebih tinggi lagi.

Tanaman Hias dan Batu Swiseki

Dalam arena kegiatan tersebut tidak hanya tanaman bonsai yang bisa dilihat. Di sana pengunjung juga bisa cuci mata dengan beragam tanaman hias dalam acar bursa tanaman hias Kota Medan. Tanaman hias yang dihadirkan di antaranya aglonema, adenium, anturium, anggrek, tanaman buah, sansievera, tanaman langka, tanaman unik, eksotis, dan tanaman bakal bonsai.

Bagi pecinta batu swiseki, juga bisa mengunjungi tempat itu. Karena di sana dipamerkan aneka bentuk replika pemandangan dan panorama yang terbentuk dari batu alami yang dinamai batu swiseki. Alex, salah seorang penggemar batu swiseki yang juga pengurus Perkumpulan Penggemar Swiseki Indonesia (PPSI) Kota Medan mengatakan, sudah puluhan tahun menggemari seni batu swiseki.

Batu yang terbentuk alami menyerupai panorama dan pemandangan alam itu diperolehnya dari berbagai daerah se-Indonesia. Ia memiliki koleksi puluhan batu swiseki yang dihargai mulai puluhan ribu hingga jutaan rupiah. “Dalam event ini kami juga ingin memberikan informasi kepada masyarakat bahwa batu swiseki ini juga merupakan salah satu seni. Bahkan, memperoleh batu swiseki ini tidak mudah, membutuhkan waktu lama membentuknya, karena ia terbentuk secara alami,” katanya.

Irwan siregar/ eko agustyo fb
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3693 seconds (0.1#10.140)