Ayun Melati, Satu-satunya Kapten Kapal Wanita di Semarang

Rabu, 01 April 2015 - 07:38 WIB
Ayun Melati, Satu-satunya Kapten Kapal Wanita di Semarang
Ayun Melati, Satu-satunya Kapten Kapal Wanita di Semarang
A A A
SEMARANG - Pekerjaan yang dilakoninya jarang dilakukan wanita kebanyakan. Namun, karena niat ikhlas mengabdi untuk kemanusiaan, semuanya dia jalani dengan senang hati.

Dia adalah rescuer yang menyelamatkan jiwa manusia saat terjadi bencana. Ayun Melati (29) namanya. Dia adalah seorang rescuer di Badan SAR Nasional (Basarnas) Kantor SAR Semarang.

Tak hanya itu, Ayun juga tercatat satu–satunya kapten kapal perempuan yang dimiliki Basarnas Kantor SAR Semarang. Dia bergabung di Basarnas sejak tahun 2009.

“Bertugas di sini harus stand by 24 jam. Musibah bisa terjadi kapan dan di mana saja,” ungkapnya, belum lama ini di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang, Selasa (31/3/2015).

Lebih lanjut, Ayun menceritakan pengalamannya. Suatu ketika, dia meluangkan waktunya pergi ke salon di Semarang, guna perawatan rambut dan wajah. Ayun pun mulai dicreambath. Tetapi, belum selesai perwatan tiba–tiba ponselnya berdering.

Informasi yang masuk mengabarkan ada musibah kapal tenggelam di perairan Laut Jawa. “Akhirnya belum selesai di salon, langsung bergegas ke kantor dan meluncur ke lokasi untuk melakukan evakuasi,” kenangnya.

Saat itu, kata Ayun, cuaca cukup tak bersahabat. Ombak besar sedang terjadi. Namun, melihat kondisi kapal yang terkena musibah sudah sangat miring, evakuasi para ABK (anak buah kapal) tetap dilakukan.

Ini tentu dengan aneka pertimbangan–pertimbangan dan dengan pengetahuan rescuer yang sudah didapat. Akhirnya evakuasipun berjalan lancar.

“Saya sering pulang jam 2 dini hari, karena tugas. Tapi tidak apa–apa, ini tugas kemanusiaan, tugas mulia. Saya kalau menganggur malah suntuk, bosen,” tambah ibu satu anak yang tinggal di Bringin Permai F29, RT4/RW15, Kelurahan Bringin, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang ini.

Lulusan Akademi Maritim Nasional Indonesia (AMNI) Semarang 2007, Ayun tentu pintar membagi waktu. Sebab, selain rescuer, Ayun juga merupakan seorang istri dan ibu. Tentunya, rumah tangga harus tetap diurus seiring profesinya.

Pengalamannya yang lain, saat Ayun hamil, terjadi musibah banjir di Kota Semarang. Kehamilannya tentu tak memungkinkan Ayun terjun di lapangan.

Namun, Ayun tetap bertugas. Hanya saja, tak langsung ke lokasi untuk evakuasi. Ayun bertugas di bagian radio komunikasi, untuk terus melakukan koordinasi misi penyelamatan jiwa manusia.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6873 seconds (0.1#10.140)