Misteri Kampung Persembunyian Koruptor di Situ Gede

Jum'at, 27 Maret 2015 - 05:00 WIB
Misteri Kampung Persembunyian...
Misteri Kampung Persembunyian Koruptor di Situ Gede
A A A
Sejak zaman kerajaan, koruptor ternyata telah merajalela. Konon, di Situ Gede, Tasikmalaya, Jawa Barat, terdapat kampung yang dijadikan tempat persembunyian para koruptor.

Kini, Lembur (Kampung) Sinjang Moyang tinggal cerita saja, karena sampai saat ini tak diketahui dimana tempatnya. Mungkin, para karuhun (nenek moyang) telah menyembunyikannnya rapat-rapat.

Mengapa? Karena malu, lantaran dahulu kampung tersebut dijadikan lokasi persembunyian para koruptor, sekaligus tempat menyimpan hasil kejahatannya.

Situ Gede adalah objek wisata alam yang cukup memikat di daerah Tasikmalaya, Jawa Barat. Danau ini memiliki luas 47 hektare dengan kedalaman air antara 1,5 meter sampai 6 meter. Persisnya, terletak di Kelurahan Linggajaya, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya.

Salah satu daya tarik Situ Gede adalah adanya sebuah pulau yang terdapat di tengah-tengah danau. Di pulau tersebut, terdapat Makam Eyang Prabudilaya, seorang tokoh penguasa pada masa silam yang mitosnya telah menjadi legenda bagi masyarakat Sunda.

Hingga kini, makam Eyang Prabudilaya masih dikeramatkan oleh masyarakat sekitar lokasi.

Namun, di balik keindahan Situ Gede, ternyata ada sebuah kisah yang tidak pernah terungkap, yakni tentang sebuah kampung yang hilang.

Kampung ini, diberi nama Lembur Sinjang Moyang, yang letaknya berada di kawasan Situ Gede saat ini. Namun, dimana persis lokasinya, hingga kini menjadi rahasia secara turun temurun.

Kerahasiaan Lembur Sinjang Moyang berkaitan erat dengan cerita para koruptor di zaman kerajaan. Melalui kisah tersembunyi ini, maka dapat diketahui bila keberadaan koruptor ternyata sudah ada sejak zaman dahulu, khususnya di zaman kerajaan Sunda.

Kala itu, mereka ditengarai bersembunyi di Situ Gede, Tasikmalaya. Riwayat Situ Gede sendiri, memang tidak banyak diketahui. Sebab memang tidak ada catatan resmi yang bisa dijadikan pegangan.

Yang ada, adalah cerita dari mulut ke mulut, dan hanya di kalangan terbatas. Apalagi, menyangkut kisah hilangnya Lembur Sinjang Moyang.

Situ Gede mulai ada, sejak 1530, setelah salah satu gunung di kawasan Tasikmalaya meletus. Nama gunung tersebut adalah Gunung Pancawayana. Soal dimana letak gunung ini sendiri, menjadi misteri hingga sekarang.

Namun disebut-sebut gunung ini masih ada, hanya sejak lama masyarakat menyebutnya dengan nama lain. Sehingga keberadaan Gunung Pancawanaya ini tidak jelas lagi.

Setelah Gunung Pancawanaya meletus, dari dalam tanah keluarlah air dalam jumlah besar. Lambat-laun membentuk telaga yang kini disebut Situ Gede.

Sebelum adanya Situ Gede, persisnya di kawasan Situ Gede ini, terdapat sebuah kampung kuno. Disebut kampung kuno, karena desa tersebut sudah berdiri sejak zaman Kerajaan Tarumanegara dan kampung inilah yang disebut Lembur Sinjang Moyang.

Menurut penulusuran cerita para leluhur, penyebutan nama Lembur Sinjang Moyang setelah ada kejadian besar, yakni peristiwa tahun 1501 M.

Saat itu, pada waktu pagi hari (Subuh), datanglah dalam jumlah besar pasukan Kerajaan Galuh dibantu kerajaan-kerajaan kecil yang ada di Garut, Tasikmlaya, dan Ciamis.

Pasukan ini membantai seisi kampung, kecuali kaum hawa dan anak-anak. Mengapa warga Lembur Sinjang Moyang dihabisi dan dimusuhi oleh banyak kerajaan ketika itu?

Lembur Sinjang Moyang dari dulu sudah dicurigai dan sering dipakai sebagai tempat bersembunyinya para koruptor. Setiap pembesar kerajaan yang mengambil kekayaan kerajaan, larinya pasti ke Lembur Sinjang Moyang ini.

Sehingga, tidak heran bila prajurit telik sandi (mata-mata) kerajaan-kerajaan ketika itu sudah mengawasi keberadaan para koruptor di kampung ini.

Lantas mengapa penduduk Lembur Sinjang Moyang juga turut dihabisi? Sebab, mereka ikut membantu menyembunyikan para koruptor dan sekaligus mendapat bagian dari hasil kejahatan mereka.

Harta-harta kerajaan disembunyikan oleh para koruptor ini antara lain berupa emas, intan, dan berlian. Namun, asal-usul (latar belakang) mengapa Lembur Sinjang Moyang ini dijadikan tempat pelarian para koruptor, hingga kini belum diketahui.

Kabarnya, orang Kerajaan Sunda Galuh yang sembunyi di tempat itu, ada yang dari Kerajaan Kendan dan seterusnya, sampai ke zaman Padjajaran.

Lembur Sinjang Moyang sendiri artinya penutup leluhur. Sehingga, bagi para leluhur setempat, kisah kampung ini menjadi semacam aib.

Sehingga, diwanti-wanti, kisahnya agar tidak menyebar dan menjadi kisah turun temurun. Tak heran bila cerita tentang Situ Gede ini pun menjadi hilang, karena memang sengaja ditutup-tutupi.

Kerajaan Sunda Galuh adalah suatu kerajaan yang merupakan penyatuan dua kerajaan besar di Tanah Sunda yang saling terkait erat, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.

Kedua Kerajaan tersebut merupakan pecahan dari Kerajaan Tarumanagara. Berdasarkan peninggalan sejarah, seperti prasasti dan naskah kuno, Ibu Kota Kerajaan Sunda, berada di daerah yang sekarang menjadi Kota Bogor.

Sedangkan, ibu kota Kerajaan Galuh adalah di Kota Kawali, yang sekarang Kawali itu ada di daerah Kabupaten Ciamis.

Sumber: sep2sip.blogspot.com (Diolah dari berbagai sumber)
(lis)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1198 seconds (0.1#10.140)