Menteri Kesehatan Minta Tanaman Obat Dikembangkan
A
A
A
KARANGANYAR - Potensi tanaman obat harus dikembangkan seiring dengan meningkatnya permintaan obat herbal. Apalagi, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil ramuan tradisional yang kualitasnya tidak kalah dengan obat-obatan farmasi.
“Bisakah bahan-bahan ini (tanaman obat) kita manfaatkan? Ini yang patut dipikirkan karena ada nilai plus dari sisi ekonomi yang bisa dikerjakan seiring dengan meningkatnya permintaan obat nonfarmasi,” ujar Menteri Kesehatan (Menkes) NilaFMoeloekdiBalaiBesar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT)di Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar, kemarin.
Dalam sambutannya, Menkes mengatakan, jiwa entrepreneur perlu dikembangkan guna mendorong terciptanya nilai lebihdalampemanfaatantanaman obat tradisional. Mereka yang bergerak dalam bidang ini, diharapkan mendapatkan nilai positif dari aspek ekonomi. Menkes melihat industri berbasis tanaman obat tradisional punya prospek yang menjanjikan baik di pasar nasional maupun internasional. Namundirinya tak ingin kekayaan alam dijual begitu saja kepada pihak asing tanpa melalui proses pertambahan nilai.
“Meski bisa dimanfaatkan, tapi jangan sampai nilai tambah keuntungannya diambil oleh pihak luar,” katanya. Menurutnya, tanaman obat asli Indonesia harus bisa dimanfaatkan masyarakat untuk menjaga kesehatan maupun untuk mengobat penyakit berat yang membutuhkan biaya mahal jika menggunakan obat farmasi. Menkes mengaku, saat ini ada tiga formula jamu yang telah disaintifikasi dan diuji klinis. “Hasilnya, formula jamu tersebut bisa dipakai sebagai obat setara dengan obat farmasi,” katanya.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementrian Kesehatan (Kemenkes) Tjandra Yoga Aditama menjelaskan, B2P2TOOT yang ada di Tawangmangu merupakan satu dari 11 lokasi penelitian di Indonesia. menurutnya, ada sejumlah fasilitas penunjang di balai tersebut seperti laboratorium terpadu, lab pasca panen, dan rumah riset jamu.
Ary wahyu wibowo
“Bisakah bahan-bahan ini (tanaman obat) kita manfaatkan? Ini yang patut dipikirkan karena ada nilai plus dari sisi ekonomi yang bisa dikerjakan seiring dengan meningkatnya permintaan obat nonfarmasi,” ujar Menteri Kesehatan (Menkes) NilaFMoeloekdiBalaiBesar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT)di Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar, kemarin.
Dalam sambutannya, Menkes mengatakan, jiwa entrepreneur perlu dikembangkan guna mendorong terciptanya nilai lebihdalampemanfaatantanaman obat tradisional. Mereka yang bergerak dalam bidang ini, diharapkan mendapatkan nilai positif dari aspek ekonomi. Menkes melihat industri berbasis tanaman obat tradisional punya prospek yang menjanjikan baik di pasar nasional maupun internasional. Namundirinya tak ingin kekayaan alam dijual begitu saja kepada pihak asing tanpa melalui proses pertambahan nilai.
“Meski bisa dimanfaatkan, tapi jangan sampai nilai tambah keuntungannya diambil oleh pihak luar,” katanya. Menurutnya, tanaman obat asli Indonesia harus bisa dimanfaatkan masyarakat untuk menjaga kesehatan maupun untuk mengobat penyakit berat yang membutuhkan biaya mahal jika menggunakan obat farmasi. Menkes mengaku, saat ini ada tiga formula jamu yang telah disaintifikasi dan diuji klinis. “Hasilnya, formula jamu tersebut bisa dipakai sebagai obat setara dengan obat farmasi,” katanya.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementrian Kesehatan (Kemenkes) Tjandra Yoga Aditama menjelaskan, B2P2TOOT yang ada di Tawangmangu merupakan satu dari 11 lokasi penelitian di Indonesia. menurutnya, ada sejumlah fasilitas penunjang di balai tersebut seperti laboratorium terpadu, lab pasca panen, dan rumah riset jamu.
Ary wahyu wibowo
(ars)