Tolak Diperas, 10 Napi Kelas I Tangerang Dipindah Mendadak

Tolak Diperas, 10 Napi Kelas I Tangerang Dipindah Mendadak
A
A
A
SERANG - Sebanyak 10 narapidana penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Tangerang, dipindah secara mendadak ke Lapas Kelas II Serang, tanpa batas waktu yang ditentukan. Pemindahan ini kontan dirasa memberatkan para napi.
Ke-10 narapidana itu adalah Tengku, narapidana Blok C3, Antoni, narapidana Blok E2 No12, Kebo, narapidana Blok F3 No5, Rudi Setiawan, narapidana Blok D3 No16, Black (Malaysia), narapidana Blok A3 No1, dan Yopie, narapidana Blok F2 No7.
Serta Rizal Kumis, narapidana Blok A Pengasingan, Jasen, narapidana Blok D1 No9, Ayung (warga Hongkong), narapidana Blok D1 No10, dan Amir Pecong, narapidana Blok C1 No14. Hingga kini, belum diketahui alasan pasti pemindahan napi tersebut.
RW, salah satu keluarga narapidana yang dipindah mendadak menceritakan, pemindahan itu dilakukan oleh Kepala Bagian Tata Usaha Lapas Kelas I Tangerang Sapto, tanpa sepengetahuan Kesatuan Pengaman Lembaga Pemasyarakatan (KPLP) Sugeng.
"Proses pemindahan narapidana itu harusnya diajukan ke Kanwil dulu, nanti setelah Kanwil tanda tangan baru dikirim," katanya, kepada Sindonews, Sabtu (21/3/2015).
Dijelaskan dia, sebelum pemindahan dilakukan, rumor akan adanya narapidana dipindah sudah terdengar oleh para narapidana penghuni Lapas Kelas I Tangerang. Para narapidana itu adalah mereka yang dianggap bermasalah di dalam lapas.
"Tetapi, saat pemindahan dilakukan, nama-nama yang diajukan dengan yang dipindah berbeda. Padahal, keluarga saya itu tidak pernah terlibat tindak kejahatan lagi selama di dalam lapas. Prilakunya sudah baik, tidak terlibat narkoba," ungkapnya.
Sebaliknya, para narapidana yang dinilai bermasalah, karena tetap menjual narkoba dan menjadi bandar di dalam lingkungan lapas justru tidak dipindahkan. Meski, narapidana itu saat ini berada di Blok A Pengasingan.
"Masa baru dua hari menjabat sebagai PLH KPLP, dan tanpa persetujuan KPLP yang sebenarnya, Kepala Lapas Kelas I Tangerang mau menandatangani pemindahan para narapidana ini? Padahal, Kalapas tidak tahu kondisi di dalam lapas," jelasnya.
Hal lain yang membuat RW dan keluarga narapidana lainnya yang dipindah ke Lapas Kelas II Serang adalah menjadi jauhnya jarak kunjungan. Untuk menempuh Lapas Kelas II Serang, dia mengaku harus berangkat pagi-pagi sekali.
"Itu juga belum tentu ketemu. Untuk ke sana, saya harus menyewa mobil, karena membawa anak-anak saya. Kalau naik angkutan kota, saya tidak yakin akan bisa sampai sana sebelum waktu berkunjung ditutup," pungkasnya.
Dirinya berharap, keluarganya yang dipindah ke Lapas Kelas II Serang bisa segera dipindahkan kembali ke Lapas Kelas I Tangerang, dan pejabat Lapas Kelas I Tangerang yang bertindak sewenang-wenang bisa segera diberikan sanksi disiplin.
Berdasarkan informasi yang terhimpun dari keluarga narapidana, pemindahan ke-10 para narapidana itu terkait dengan sikap mereka yang tidak mau menyetor uang keamanan kepada Sapto melalui kacungnya Candra dan Amir Hamzah, serta Sulaiman.
Candra dan Amir Hamzah merupakan staf di Lapas Kelas I Tangerang. Sedangkan Sulaiman, merupakan narapidana yang diduga dijadikan alat untuk memeras sesama narapidana narkoba. Hingga kini, praktik suap dan saling peras itu masih terjadi.
Ke-10 narapidana itu adalah Tengku, narapidana Blok C3, Antoni, narapidana Blok E2 No12, Kebo, narapidana Blok F3 No5, Rudi Setiawan, narapidana Blok D3 No16, Black (Malaysia), narapidana Blok A3 No1, dan Yopie, narapidana Blok F2 No7.
Serta Rizal Kumis, narapidana Blok A Pengasingan, Jasen, narapidana Blok D1 No9, Ayung (warga Hongkong), narapidana Blok D1 No10, dan Amir Pecong, narapidana Blok C1 No14. Hingga kini, belum diketahui alasan pasti pemindahan napi tersebut.
RW, salah satu keluarga narapidana yang dipindah mendadak menceritakan, pemindahan itu dilakukan oleh Kepala Bagian Tata Usaha Lapas Kelas I Tangerang Sapto, tanpa sepengetahuan Kesatuan Pengaman Lembaga Pemasyarakatan (KPLP) Sugeng.
"Proses pemindahan narapidana itu harusnya diajukan ke Kanwil dulu, nanti setelah Kanwil tanda tangan baru dikirim," katanya, kepada Sindonews, Sabtu (21/3/2015).
Dijelaskan dia, sebelum pemindahan dilakukan, rumor akan adanya narapidana dipindah sudah terdengar oleh para narapidana penghuni Lapas Kelas I Tangerang. Para narapidana itu adalah mereka yang dianggap bermasalah di dalam lapas.
"Tetapi, saat pemindahan dilakukan, nama-nama yang diajukan dengan yang dipindah berbeda. Padahal, keluarga saya itu tidak pernah terlibat tindak kejahatan lagi selama di dalam lapas. Prilakunya sudah baik, tidak terlibat narkoba," ungkapnya.
Sebaliknya, para narapidana yang dinilai bermasalah, karena tetap menjual narkoba dan menjadi bandar di dalam lingkungan lapas justru tidak dipindahkan. Meski, narapidana itu saat ini berada di Blok A Pengasingan.
"Masa baru dua hari menjabat sebagai PLH KPLP, dan tanpa persetujuan KPLP yang sebenarnya, Kepala Lapas Kelas I Tangerang mau menandatangani pemindahan para narapidana ini? Padahal, Kalapas tidak tahu kondisi di dalam lapas," jelasnya.
Hal lain yang membuat RW dan keluarga narapidana lainnya yang dipindah ke Lapas Kelas II Serang adalah menjadi jauhnya jarak kunjungan. Untuk menempuh Lapas Kelas II Serang, dia mengaku harus berangkat pagi-pagi sekali.
"Itu juga belum tentu ketemu. Untuk ke sana, saya harus menyewa mobil, karena membawa anak-anak saya. Kalau naik angkutan kota, saya tidak yakin akan bisa sampai sana sebelum waktu berkunjung ditutup," pungkasnya.
Dirinya berharap, keluarganya yang dipindah ke Lapas Kelas II Serang bisa segera dipindahkan kembali ke Lapas Kelas I Tangerang, dan pejabat Lapas Kelas I Tangerang yang bertindak sewenang-wenang bisa segera diberikan sanksi disiplin.
Berdasarkan informasi yang terhimpun dari keluarga narapidana, pemindahan ke-10 para narapidana itu terkait dengan sikap mereka yang tidak mau menyetor uang keamanan kepada Sapto melalui kacungnya Candra dan Amir Hamzah, serta Sulaiman.
Candra dan Amir Hamzah merupakan staf di Lapas Kelas I Tangerang. Sedangkan Sulaiman, merupakan narapidana yang diduga dijadikan alat untuk memeras sesama narapidana narkoba. Hingga kini, praktik suap dan saling peras itu masih terjadi.
(san)