Hawk MK-53 Resmi Dipensiunkan
A
A
A
SLEMAN - Pesawat tempur Hawk MK-53 yang telah beroperasi sejak 1980 resmi pensiun. Sebagai gantinya, pesawat tempur generasi terbaru T-50 Golden Eagle, akan mengisi jajaran Skuadron 15 Lanud Iswahyudi.
Penghentian operasional pesawat Hawk tersebut ditandai dengan penerbangan dari Lanud Iswahyudi menuju Lanud Adisutjipto. Komandan Skuadron 15 Lanud Iswahyudi Letkol Pnb Marda Sujana membawa langsung pesawat tersebut dengan didampingi lima pesawat tempur T-50 KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna mengatakan penghentian operasional pesawat tempur Hawk ini bukan tanpa alasan.
Sebab usia Hawk sudah 35 tahun. Padahal untuk operasional yang optimal, pesawat tempur idealnya hanya berumur 20 tahun. “Karena itu, satu per satu Hawk kami grounded dan diganti dengan pesawat tempur baru T-50,” ungkap Agus usai menerima penerbangan terakhir Hawk di baseops Lanud Adisutjipto, kemarin.
Agus menjelaskan, selain Hawk, TNI AU juga berencana akan meremajakan pesawat-pesawat militer yang usianya sudah diatas 20 tahun. Pihaknya sedang melakukan kajian pesawat mana yang akan diganti termasuk mempertimbangkan jenis pesawat pengganti. “Satu di antaranya pesawat tempur F5, yang usianya sama dengan Hawk, sebagai penggantinya akan dicarikan generasi empat setengah,” paparnya.
Menurut Agus, untuk pengganti F5 tersebut, pihaknya sudah mengajukan kepada pemerintah. Hanya saja, untuk realisasinya belum bisa memberikan keterangan. Sebab untuk masalah tersebut tergantung dengan anggaran negara. “Yang jelas kami sudah meminta kepada Kemenhan untuk pergantian pesawat F5 tersebut,” katanya.
Agus mengungkapkan untuk pertahanan udara, selain pesawat tempur juga diperlukan penambahan radar. Sebab kebutuhan radar nasional masih kurang, sehingga belum dapat menjangkau ke semua wilayah Indonesia. Padahal keamanan udara sangat vital. Jika tidak bisa mengamankan keamanan udara tentunya siapa saja bisa masuk ke Negara Indonesia.
“Karena itulah untuk mempertahankan keamanan udara, perlu tambahan radar dan pesawat tempur,” katanya. Komandan Skuadron 15 Lanud Iswahyudi Letkol Pnb Marda Sujana mengatakan, untuk pesawat Hawk masih ada enam pesawat. Dari jumlah tersebut satu di bawa ke Lanud Adisutjipto dan akan ditempatkan di museum pusat TNI AU.
Untuk lima lainnya di tinggal di Iswahyudi, sebab kondisi sudah tidak layak digunakan. “Dari enam pesawat yang tersisa hanya tinggal satu yang bisa digunakan dan sekarang dipakai untuk penerbangan terakhir ke Lanud Adisutjipto ini,” katanya.
Kepala penerangan dan perpustakaan (Kapentak) Lanud Adisutjipto Yogyakarta Mayor Sus Hamdi Londong Allo menambahkan, pesawat Hawk ini pertama kali digunakan pada September 1980. Pesawat Hawk ini buatan British Aerospace, Inggris. Sedangkan penggantinya T-50 Golden Eaagle merupakan pesawat tempur buatan Korean Aerospace Industries (KAI) Korea Selatan. Sebanyak 16 pesawat tempur T-50 ditempatkan di Lanud Iswahyudi, Madiun.
Priyo setyawan
Penghentian operasional pesawat Hawk tersebut ditandai dengan penerbangan dari Lanud Iswahyudi menuju Lanud Adisutjipto. Komandan Skuadron 15 Lanud Iswahyudi Letkol Pnb Marda Sujana membawa langsung pesawat tersebut dengan didampingi lima pesawat tempur T-50 KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna mengatakan penghentian operasional pesawat tempur Hawk ini bukan tanpa alasan.
Sebab usia Hawk sudah 35 tahun. Padahal untuk operasional yang optimal, pesawat tempur idealnya hanya berumur 20 tahun. “Karena itu, satu per satu Hawk kami grounded dan diganti dengan pesawat tempur baru T-50,” ungkap Agus usai menerima penerbangan terakhir Hawk di baseops Lanud Adisutjipto, kemarin.
Agus menjelaskan, selain Hawk, TNI AU juga berencana akan meremajakan pesawat-pesawat militer yang usianya sudah diatas 20 tahun. Pihaknya sedang melakukan kajian pesawat mana yang akan diganti termasuk mempertimbangkan jenis pesawat pengganti. “Satu di antaranya pesawat tempur F5, yang usianya sama dengan Hawk, sebagai penggantinya akan dicarikan generasi empat setengah,” paparnya.
Menurut Agus, untuk pengganti F5 tersebut, pihaknya sudah mengajukan kepada pemerintah. Hanya saja, untuk realisasinya belum bisa memberikan keterangan. Sebab untuk masalah tersebut tergantung dengan anggaran negara. “Yang jelas kami sudah meminta kepada Kemenhan untuk pergantian pesawat F5 tersebut,” katanya.
Agus mengungkapkan untuk pertahanan udara, selain pesawat tempur juga diperlukan penambahan radar. Sebab kebutuhan radar nasional masih kurang, sehingga belum dapat menjangkau ke semua wilayah Indonesia. Padahal keamanan udara sangat vital. Jika tidak bisa mengamankan keamanan udara tentunya siapa saja bisa masuk ke Negara Indonesia.
“Karena itulah untuk mempertahankan keamanan udara, perlu tambahan radar dan pesawat tempur,” katanya. Komandan Skuadron 15 Lanud Iswahyudi Letkol Pnb Marda Sujana mengatakan, untuk pesawat Hawk masih ada enam pesawat. Dari jumlah tersebut satu di bawa ke Lanud Adisutjipto dan akan ditempatkan di museum pusat TNI AU.
Untuk lima lainnya di tinggal di Iswahyudi, sebab kondisi sudah tidak layak digunakan. “Dari enam pesawat yang tersisa hanya tinggal satu yang bisa digunakan dan sekarang dipakai untuk penerbangan terakhir ke Lanud Adisutjipto ini,” katanya.
Kepala penerangan dan perpustakaan (Kapentak) Lanud Adisutjipto Yogyakarta Mayor Sus Hamdi Londong Allo menambahkan, pesawat Hawk ini pertama kali digunakan pada September 1980. Pesawat Hawk ini buatan British Aerospace, Inggris. Sedangkan penggantinya T-50 Golden Eaagle merupakan pesawat tempur buatan Korean Aerospace Industries (KAI) Korea Selatan. Sebanyak 16 pesawat tempur T-50 ditempatkan di Lanud Iswahyudi, Madiun.
Priyo setyawan
(bhr)