Cermin Pemerintah Kurang Peka
A
A
A
PALEMBANG - Bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 242 Palembang yang terbuat dari kayu roboh disapu angin kencang, Selasa (10/3) sore.
Tak ada korban jiwa dalam pe - ris tiwa itu, namun Ketua LSM Rak yat Sipil Sumsel, Miftahul Fir daus menilai, meski penyebab bangunan SDN 242 di Jalan Pu tri Dayang Rindu, Lorong Pendidikan, Kelurahan Kerama san, Kecamatan Kertapati ro boh dikarenakan faktor alam. Namun Pemkot Palembang me la lui dinas terkaitnya tam - pak nya kurang peka atau peduli de ngan bangunan-bangunan sekolah tua.
“Kejadian sekolah roboh ini me rupakan cerminan kalau pe - me rintah sesungguhnya belum se pe nuhnya melakukan pembangunan secara merata. Meski dalam setiap kesempatan program sekolah gratis di Sumsel terus didengungkan,” ung kapnya, kemarin. Dia menambahkan, jika memang pemerintah peduli, tidak mung kin lagi ada bangunan yang tidak layak. Apalagi lokasinya berada di sekitar tengah kota. Artinya, selama ini diduga pe me rintah hanya pencitraan pro gram-programnya untuk me muluskan hasrat politiknya.
“Kalau ditelusuri masih banyak sekolah-sekolah kon di si ba ngunannya mem prihatinkan. Yang berada di lingkup Palem bang saja ada beberapa yang bisa dikatakan tidak layak pakai. Saya membayangkan, bagaimana dengan kondisi sekolah di daerah-daerah terpencil,” tandasnya. Termasuk, kata dia, Pemkot Palembang melalui dinas terkait nya harus tepat me nentukan sekala prioritas sekolah mana yang harus didahulukan untuk dibangun.
”Tidak mesti hanya sekolah unggulan saja direnovasi terus. Sekolah-sekolah di kawasan pinggiran kota atau jauh dari pusat kota harus diprioritaskan juga,” tegasnya. Lebih lanjut dia me ngatakan, Pemkot Palembang juga harus berani menghentikan pro ses belajar mengajar di sekolah yang memang sudah tidak la yak lagi digunakan.”Bisa dipin dahkan sementara ke mana dulu, sembari menunggu proses pembangunan baru selesai. Ja ngan baru ada korban, mulai mendata semua sekolah yang tak layak lagi dipakai,” pung kasnya.
Ketika ditemui di lapangan, Ke pala UPTD Kecataman Kertapati, Ali Muddin Kadir me - nga takan, ia mengetahui kejadian setelah mendapat in formasi dari warga dan langsung meninjau lokasi. Ia mengaku tidak tahu pasti kronologis kejadian ambruknya sekolah ini. “Saya dapat ka bar ambruknya bangunan ini dari warga yang telepon,” ujar nya.
Dilanjutkannya, memang ba ngunan tersebut sudah sangat tua, didirikan tahun 1980- an. Namun, kata dia, bangunan yang roboh, sudah hampir enam tahun tidak digunakan lagi untuk proses belajar menga jar. “SDN 242 sudah ada bangunan baru. Muridnya saja terdata ada, murid kelas VI ada dua ke las dan murid kelas V hingga ke las I, masing-masing satu kelas,” paparnya.
Ibrahim arsyad
Tak ada korban jiwa dalam pe - ris tiwa itu, namun Ketua LSM Rak yat Sipil Sumsel, Miftahul Fir daus menilai, meski penyebab bangunan SDN 242 di Jalan Pu tri Dayang Rindu, Lorong Pendidikan, Kelurahan Kerama san, Kecamatan Kertapati ro boh dikarenakan faktor alam. Namun Pemkot Palembang me la lui dinas terkaitnya tam - pak nya kurang peka atau peduli de ngan bangunan-bangunan sekolah tua.
“Kejadian sekolah roboh ini me rupakan cerminan kalau pe - me rintah sesungguhnya belum se pe nuhnya melakukan pembangunan secara merata. Meski dalam setiap kesempatan program sekolah gratis di Sumsel terus didengungkan,” ung kapnya, kemarin. Dia menambahkan, jika memang pemerintah peduli, tidak mung kin lagi ada bangunan yang tidak layak. Apalagi lokasinya berada di sekitar tengah kota. Artinya, selama ini diduga pe me rintah hanya pencitraan pro gram-programnya untuk me muluskan hasrat politiknya.
“Kalau ditelusuri masih banyak sekolah-sekolah kon di si ba ngunannya mem prihatinkan. Yang berada di lingkup Palem bang saja ada beberapa yang bisa dikatakan tidak layak pakai. Saya membayangkan, bagaimana dengan kondisi sekolah di daerah-daerah terpencil,” tandasnya. Termasuk, kata dia, Pemkot Palembang melalui dinas terkait nya harus tepat me nentukan sekala prioritas sekolah mana yang harus didahulukan untuk dibangun.
”Tidak mesti hanya sekolah unggulan saja direnovasi terus. Sekolah-sekolah di kawasan pinggiran kota atau jauh dari pusat kota harus diprioritaskan juga,” tegasnya. Lebih lanjut dia me ngatakan, Pemkot Palembang juga harus berani menghentikan pro ses belajar mengajar di sekolah yang memang sudah tidak la yak lagi digunakan.”Bisa dipin dahkan sementara ke mana dulu, sembari menunggu proses pembangunan baru selesai. Ja ngan baru ada korban, mulai mendata semua sekolah yang tak layak lagi dipakai,” pung kasnya.
Ketika ditemui di lapangan, Ke pala UPTD Kecataman Kertapati, Ali Muddin Kadir me - nga takan, ia mengetahui kejadian setelah mendapat in formasi dari warga dan langsung meninjau lokasi. Ia mengaku tidak tahu pasti kronologis kejadian ambruknya sekolah ini. “Saya dapat ka bar ambruknya bangunan ini dari warga yang telepon,” ujar nya.
Dilanjutkannya, memang ba ngunan tersebut sudah sangat tua, didirikan tahun 1980- an. Namun, kata dia, bangunan yang roboh, sudah hampir enam tahun tidak digunakan lagi untuk proses belajar menga jar. “SDN 242 sudah ada bangunan baru. Muridnya saja terdata ada, murid kelas VI ada dua ke las dan murid kelas V hingga ke las I, masing-masing satu kelas,” paparnya.
Ibrahim arsyad
(ars)