Tanggul Longsor, Waduk Lalung Terancam Jebol
A
A
A
KARANGANYAR - Waduk Lalung, Karanganyar, Jawa Tengah, terancam jebol menyusul peristiwa longsor dan ambles di dua titik sisi kiri pintu air. Kapasitas air terpaksa dibatasi agar tanggul tidak jebol.
Menurut Sulistyo (31), operator air Waduk Lalung, tanggul ambles terjadi sekitar tahun 2012. Kala itu, sempat ada rembesan air yang muncul dari tanggul. Agar tidak semakin parah, di bawahnya kemudian dibuatkan bronjong batu secara bertingkat.
Rembesan air dari rekahan tanggul ambles dengan lebar sekitar 25 meter dan ketinggian 20 meter dapat diatasi, termasuk juga penurunan tanah yang berlangsung setiap hari. Namun, setelah dua tahun kemudian, tanggul yang berjarak sekitar 20 meter sisi utara dari lokasi yang ambles malah longsor.
"Lebar longsoran mencapai 40 meter. Kejadian berlangsung sekitar satu bulan lalu, tapi tidak ada rembesan air," kata Sulistyo, Senin (9/3/2015).
Saat ini, titik tanggul yang longsor belum diperbaiki. Pengelola Waduk Lalung Rukimin mengatakan, volume air terpaksa dibatasi guna mengurangi dampak adanya tanggul yang longsor dan ambles.
Volume air dibatasi maksimal hanya 1.863.000 meter kubik. Padahal, kapasitas waduk sebenarnya mampu menampung air sekitar 4 juta meter kubik.
"Ketika volume air melebihi batas kapasitas, kami terpaksa membuangnya. Sebab risikonya adalah tanggul bisa jebol," ungkap Rukimin.
Dampak dari pembatasan volume waduk, air dikhawatirkan tidak mencukupi saat masa tanam (MT) II. Sedangkan untuk MT III dipastikan tidak akan mencukupi. Saat ini, petani sudah memasuki panen MT I.
Agar air dapat cukup hingga MT II, petani diimbau untuk menghemat air. Sementara, debit air yang keluar dari Waduk Lalung mencapai 762 liter/detik. Total, terdapat 1.896 hektare lahan pertanian yang mengandalkan air dari Waduk Lalung.
Menurut Sulistyo (31), operator air Waduk Lalung, tanggul ambles terjadi sekitar tahun 2012. Kala itu, sempat ada rembesan air yang muncul dari tanggul. Agar tidak semakin parah, di bawahnya kemudian dibuatkan bronjong batu secara bertingkat.
Rembesan air dari rekahan tanggul ambles dengan lebar sekitar 25 meter dan ketinggian 20 meter dapat diatasi, termasuk juga penurunan tanah yang berlangsung setiap hari. Namun, setelah dua tahun kemudian, tanggul yang berjarak sekitar 20 meter sisi utara dari lokasi yang ambles malah longsor.
"Lebar longsoran mencapai 40 meter. Kejadian berlangsung sekitar satu bulan lalu, tapi tidak ada rembesan air," kata Sulistyo, Senin (9/3/2015).
Saat ini, titik tanggul yang longsor belum diperbaiki. Pengelola Waduk Lalung Rukimin mengatakan, volume air terpaksa dibatasi guna mengurangi dampak adanya tanggul yang longsor dan ambles.
Volume air dibatasi maksimal hanya 1.863.000 meter kubik. Padahal, kapasitas waduk sebenarnya mampu menampung air sekitar 4 juta meter kubik.
"Ketika volume air melebihi batas kapasitas, kami terpaksa membuangnya. Sebab risikonya adalah tanggul bisa jebol," ungkap Rukimin.
Dampak dari pembatasan volume waduk, air dikhawatirkan tidak mencukupi saat masa tanam (MT) II. Sedangkan untuk MT III dipastikan tidak akan mencukupi. Saat ini, petani sudah memasuki panen MT I.
Agar air dapat cukup hingga MT II, petani diimbau untuk menghemat air. Sementara, debit air yang keluar dari Waduk Lalung mencapai 762 liter/detik. Total, terdapat 1.896 hektare lahan pertanian yang mengandalkan air dari Waduk Lalung.
(zik)