Siswa SDN Mangunsaren 1 Terpaksa Belajar di Ruangan Rusak
A
A
A
SLAWI - Siswa SDN Ma ngunsaren 1Kecamatan Tarub, Kabu paten Tegal, harus menjalani proses belajar mengajar dalam kondisi bangunan yang rusak dan bocor saat hujan.
Sebagian siswa bahkan terpaksa menumpang ke sekolah lain karena jumlah ruang kelas terbatas. Kepala SDN Mangunsaren 1 Usmanto mengatakan, sekolah belum pernah mendapat bantuan dana untuk merehabilitasi bangunan sekolah agar siswa bisa lebih nyaman saat proses belajar mengajar. “Kalau musim hujan, pasti kebocoran. Sedangkan kalau musim kemarau, siswa kepanasan. Itu sudah berlangsung lama sekali,” kata Usmanto, kemarin.
Kerusakan bangunan terlihat di bagian dinding yang sebagian besar sudah mengelupas. Kusen pintu, jendela, dan lubang ventilasi, juga sudah keropos serta rapuh karena dimakan rayap. Sementara kebocoran terjadi karena bagian plafon masih menggunakan anyaman bambu. Sementara saat musim ke - marau, siswa harus belajar dalam kondisi kepanasan karena jarak plafon dengan lantai kelas cukup dekat. Kondisi ini mengakibatkan siswa tak bisa sepenuhnya konsentrasi saat proses belajar mengajar.
Menurut Usmanto, sekolahnya hanya memiliki empat ruang kelas, padahal jumlah rombongan belajar (rombel) mencapai 6 kelas dengan total siswa 196 orang. Karena itu, siswa kelas III dan IV menumpang di sekolah lain, yaitu SD N Mangunsaren 2. Jarak SDN Mangunsaren 2 dengan SDN Mangunsaren 1 mencapai sekitar 500 meter. Para siswa kelas III dan IV sebelum menjalani proses belajar harus berjalan kaki untuk menuju ke sekolah tersebut.
“Ya mereka terpaksa harus berjalan kaki cukup jauh ke sekolah lain,” kata Usmanto. Dengan kondisi itu, Us - manto juga berharap ada bantuan pembangunan ruang kelas baru (RKB), selain bantuan perbaikan ruang-ruang kelas. Jika sudah ada bantuan pembangunan RKB, lahan yang diperlukan sudah tersedia.
“Di sebelah gedung sekolah ada tanah kosong tak bertuan. Kami sudah koordinasi dengan pemerintah desa, dan hasilnya sudah disetujui untuk digunakan. Bahkan, masyarakat juga setuju,” ujarnya. Panjang tanah kosong tersebut sekitar 25 meter dengan lebarnya sekitar 9 meter.
Usmanto memperkirakan tanah itu bisa digunakan untuk membangun dua lokal ruang kelas. Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Tegal Agus Salim mengatakan, di APBD 2015 sudah ada alokasi anggaran sebesar Rp6,9 miliar untuk perbaikan dan peningkatan sarana prasarana sekolah-sekolah yang rusak. “Anggaran itu untuk 69 SD di seluruh Kabupaten Tegal. Seharusnya seluruh sekolah yang rusak bisa mendapat bantuan,” kata Agus, kemarin.
Meski demikian, jika ternyata masih ada SD yang kondisinya memprihatinkan dan belum mendapat bantuan, pihaknya akan mengusulkan lagi dalam APBD Perubahan 2015 maupun APBD 2016. “Kami akan cek dan data agar bisa diprioritaskan mendapat bantuan perbaikan,” katanya.
Farid firdaus
Sebagian siswa bahkan terpaksa menumpang ke sekolah lain karena jumlah ruang kelas terbatas. Kepala SDN Mangunsaren 1 Usmanto mengatakan, sekolah belum pernah mendapat bantuan dana untuk merehabilitasi bangunan sekolah agar siswa bisa lebih nyaman saat proses belajar mengajar. “Kalau musim hujan, pasti kebocoran. Sedangkan kalau musim kemarau, siswa kepanasan. Itu sudah berlangsung lama sekali,” kata Usmanto, kemarin.
Kerusakan bangunan terlihat di bagian dinding yang sebagian besar sudah mengelupas. Kusen pintu, jendela, dan lubang ventilasi, juga sudah keropos serta rapuh karena dimakan rayap. Sementara kebocoran terjadi karena bagian plafon masih menggunakan anyaman bambu. Sementara saat musim ke - marau, siswa harus belajar dalam kondisi kepanasan karena jarak plafon dengan lantai kelas cukup dekat. Kondisi ini mengakibatkan siswa tak bisa sepenuhnya konsentrasi saat proses belajar mengajar.
Menurut Usmanto, sekolahnya hanya memiliki empat ruang kelas, padahal jumlah rombongan belajar (rombel) mencapai 6 kelas dengan total siswa 196 orang. Karena itu, siswa kelas III dan IV menumpang di sekolah lain, yaitu SD N Mangunsaren 2. Jarak SDN Mangunsaren 2 dengan SDN Mangunsaren 1 mencapai sekitar 500 meter. Para siswa kelas III dan IV sebelum menjalani proses belajar harus berjalan kaki untuk menuju ke sekolah tersebut.
“Ya mereka terpaksa harus berjalan kaki cukup jauh ke sekolah lain,” kata Usmanto. Dengan kondisi itu, Us - manto juga berharap ada bantuan pembangunan ruang kelas baru (RKB), selain bantuan perbaikan ruang-ruang kelas. Jika sudah ada bantuan pembangunan RKB, lahan yang diperlukan sudah tersedia.
“Di sebelah gedung sekolah ada tanah kosong tak bertuan. Kami sudah koordinasi dengan pemerintah desa, dan hasilnya sudah disetujui untuk digunakan. Bahkan, masyarakat juga setuju,” ujarnya. Panjang tanah kosong tersebut sekitar 25 meter dengan lebarnya sekitar 9 meter.
Usmanto memperkirakan tanah itu bisa digunakan untuk membangun dua lokal ruang kelas. Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Tegal Agus Salim mengatakan, di APBD 2015 sudah ada alokasi anggaran sebesar Rp6,9 miliar untuk perbaikan dan peningkatan sarana prasarana sekolah-sekolah yang rusak. “Anggaran itu untuk 69 SD di seluruh Kabupaten Tegal. Seharusnya seluruh sekolah yang rusak bisa mendapat bantuan,” kata Agus, kemarin.
Meski demikian, jika ternyata masih ada SD yang kondisinya memprihatinkan dan belum mendapat bantuan, pihaknya akan mengusulkan lagi dalam APBD Perubahan 2015 maupun APBD 2016. “Kami akan cek dan data agar bisa diprioritaskan mendapat bantuan perbaikan,” katanya.
Farid firdaus
(ars)