Bantul Panen Raya, Harga Beras Turun
A
A
A
BANTUL - Kabupaten Bantul mulai panen raya dan hampir semua wilayah tanaman padi jauh melampaui target yang ditetapkan sebelumnya. Tercatat, panenan padi di Kabupaten Bantul sudah mencapai ratarata 11,1 ton per hektare, jauh dari angka rata-rata panenan nasional sebesar 5,2 ton per hektare.
Inspektorat Jenderal (Irjen) Kementrian Pertanian RI, Aziz Hidayat mengatakan, pihaknya memberi apresiasi kepada Pemkab Bantul yang telah melampaui target panenan nasional. Secara umum, DIY merupakan salah satu wilayah yang menghasilkan panenan jauh di atas rata-rata nasional. “Di DIY, yang terjelek saja panenannya masih 7,5 ton per hektare,” paparnya, saat melakukan panen raya di Bulak Kalipakel, Desa Donotirto, Kecamatan Kretek, kemarin.
Menurut Aziz, DIY merupakan salah satu wilayah yang istimewa di bidang pertanian. Selain selalu surplus beras meskipun wilayahnya kecil, DIY juga merupakan wilayah yang cepat melakukan adopsi anggaran. Tercatat tahun ini, hingga awal Maret ini sudah ada 5,8% anggarannya sudah terserap. Serapan anggaran tersebut merupakan rekor tersendiri bagi Dinas Pertanian, karena belum ada dalam sejarah, pada Februari sudah mampu menyerap anggaran.
Dari 34 propinsi yang ada di Indonesia, baru ada 13 yang sudah melakukan penyerapan anggaran. DIY masuk dalam urutan ketujuh propinsi dengan serapan anggaran paling cepat. “Itulah istimewanya Yogyakarta,” katanya. Untuk urusan realisasi tambah tanam, DIY menduduki peringkat satu dibanding daerah lain. Tahun ini, realisasi tambah tanam di DIY mencapai 117,1 % jauh dari realisasi angka nasional sebesar 62,6%.
Angka tersebut menurutnya bisa dimaksimalkan lagi, karena masih banyak wilayah yang belum panen. Dengan kondisi seperti ini, menurutnya, tidak ada alasan jika beras masih mahal lagi. Diperkirakan harga beras segera turun seiring panen raya di beberapa wilayah di Indonesia. Dia sendiri mengaku tidak mengetahui penyebab mahalnya harga beras saat ini.
Namun, yang jelas stok mengalami penurunan. “Untuk itu kami akan melakukan audit stok beras di semua wilayah secara menyeluruh,” ujarnya. Dia tidak mengamini,tapi juga tak menampik ketika ditanya apakah penyebab mahalnya harga beras karena unsur politik ataupun ulah spekulan. Hanya saja, jika dilihat dari kacamata ideal, menurutnya, dengan harga benih Rp4.500 maka harga ideal beras di pasaran adalah Rp7.000 hingga Rp7.500 per kilonya.
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertahut) Kabupaten Bantul Partogi Dame Pakpahan mengatakan, tidak ada alasan sebetulnya dengan tingginya harga beras saat ini. Dari sisi stok yang ada di Kabupaten Bantul masih jauh mencukupi bahkan Bantul merupakan wilayah yang mengalami surplus beras dan menjadi pemasok daerah lain. “Hasil panenan kita itu 192.000 ton gabah atau 140.000 ton beras. Padahal kebutuhan kita paling banyak 90.000 ton beras, sehingga kita surplus. Ini pasti ada permainan,” tandasnya.
Erfanto linangkung
Inspektorat Jenderal (Irjen) Kementrian Pertanian RI, Aziz Hidayat mengatakan, pihaknya memberi apresiasi kepada Pemkab Bantul yang telah melampaui target panenan nasional. Secara umum, DIY merupakan salah satu wilayah yang menghasilkan panenan jauh di atas rata-rata nasional. “Di DIY, yang terjelek saja panenannya masih 7,5 ton per hektare,” paparnya, saat melakukan panen raya di Bulak Kalipakel, Desa Donotirto, Kecamatan Kretek, kemarin.
Menurut Aziz, DIY merupakan salah satu wilayah yang istimewa di bidang pertanian. Selain selalu surplus beras meskipun wilayahnya kecil, DIY juga merupakan wilayah yang cepat melakukan adopsi anggaran. Tercatat tahun ini, hingga awal Maret ini sudah ada 5,8% anggarannya sudah terserap. Serapan anggaran tersebut merupakan rekor tersendiri bagi Dinas Pertanian, karena belum ada dalam sejarah, pada Februari sudah mampu menyerap anggaran.
Dari 34 propinsi yang ada di Indonesia, baru ada 13 yang sudah melakukan penyerapan anggaran. DIY masuk dalam urutan ketujuh propinsi dengan serapan anggaran paling cepat. “Itulah istimewanya Yogyakarta,” katanya. Untuk urusan realisasi tambah tanam, DIY menduduki peringkat satu dibanding daerah lain. Tahun ini, realisasi tambah tanam di DIY mencapai 117,1 % jauh dari realisasi angka nasional sebesar 62,6%.
Angka tersebut menurutnya bisa dimaksimalkan lagi, karena masih banyak wilayah yang belum panen. Dengan kondisi seperti ini, menurutnya, tidak ada alasan jika beras masih mahal lagi. Diperkirakan harga beras segera turun seiring panen raya di beberapa wilayah di Indonesia. Dia sendiri mengaku tidak mengetahui penyebab mahalnya harga beras saat ini.
Namun, yang jelas stok mengalami penurunan. “Untuk itu kami akan melakukan audit stok beras di semua wilayah secara menyeluruh,” ujarnya. Dia tidak mengamini,tapi juga tak menampik ketika ditanya apakah penyebab mahalnya harga beras karena unsur politik ataupun ulah spekulan. Hanya saja, jika dilihat dari kacamata ideal, menurutnya, dengan harga benih Rp4.500 maka harga ideal beras di pasaran adalah Rp7.000 hingga Rp7.500 per kilonya.
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertahut) Kabupaten Bantul Partogi Dame Pakpahan mengatakan, tidak ada alasan sebetulnya dengan tingginya harga beras saat ini. Dari sisi stok yang ada di Kabupaten Bantul masih jauh mencukupi bahkan Bantul merupakan wilayah yang mengalami surplus beras dan menjadi pemasok daerah lain. “Hasil panenan kita itu 192.000 ton gabah atau 140.000 ton beras. Padahal kebutuhan kita paling banyak 90.000 ton beras, sehingga kita surplus. Ini pasti ada permainan,” tandasnya.
Erfanto linangkung
(bhr)