Kleine Boom en Uitkijk itu Kini Nyaris Roboh

Kamis, 05 Maret 2015 - 09:55 WIB
Kleine Boom en Uitkijk...
Kleine Boom en Uitkijk itu Kini Nyaris Roboh
A A A
SEMARANG - Terik mentari belum begitu menyengat saat KORAN SINDO mengunjungi sebuah daerah di Jalan Sleko Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan Semarang Utara, kemarin.

Di lokasi itu sebuah bangunan menjulang tinggi khas arsitektur Eropa berdiri menantang langit menyapa kedatangan kami. Ya , bangunan itu adalah saksi bisu kejayaan pelabuhan Semarang di zaman penjajahan Belanda. Menara yang bernama asli Kleine Boom en Uitkijk itu lebih dikenal masyarakat setempat dengan sebutan Menara Sleko.

Konon, menara yang bangunannya terdiri dari susunan empat masa kubus tersebut merupakan salah satu penanda kejayaan pelabuhan Semarang pada pertengahan abad ke-18. Dibangun di bantaran Kali Semarang karena saat itu lokasi tersebut merupakan pintu gerbang masuknya para pedagang dari berbagai negeri menuju ke Kota Lumpia.

Dahulu kapal-kapal yang hendak masuk ke Kota Semarang melalui Kali Semarang harus mendapat izin dari Menara Sleko. Di lokasi itulah, retribusi ditarik dari para pedagang dan sebagai tempat memantau kapal-kapal yang masuk ke Kota Semarang, khususnya mereka yang membawa berbagai barang untuk dijual di Pasar Johar.

Kini kondisi Menara Sleko yang menjadi saksi bisu kejayaan pelabuhan Semarang sangatlah memprihatinkan. Lokasi itu tidak lagi mampu menggambarkan kejayaan pelabuhan Semarang masa lampau. Bangunannya kini rusak parah dan nyaris roboh. Tidak ada lagi atap yang menaungi bangunan itu, pun dengan jendela dan pintu bangunan yang sudah lenyap dari tempatnya.

Kini hanya tersisa tembok tua yang ditumbuhi lumut liar. Lebih parahnya lagi, lingkungan di sekitar bangunan kini tampak kumuh. Bangunan-bangunan liar berjajar di lokasi itu membuat Menara Sleko semakin terpinggirkan.

“Dulu saat saya datang ke lokasi ini menara masih dalam kondisi bagus. Tapi sekitar tahun 1994, banyak orang yang merusak bangunan itu dengan mengambili beberapa bagian bangunan seperti pintu, jendela dan sebagainya. Saat ini, kondisinya semakin parah,” kata Supartini, 63, warga setempat.

Sejak saat itu bangunan tidak pernah diperbaiki hingga saat ini. Padahal bangunan itu memiliki nilai sejarah yang tinggi. “Saya tidak tahu pastinya, yang jelas katanya itu bangunan bersejarah. Dulu sering orang-orang Bule Belanda yang datang untuk berfoto di lokasi ini,” ucapnya.

Kondisi tersebut tentu saja disayangkan banyak pihak, termasuk mereka yang peduli terhadap bangunan sejarah di Kota Semarang. Rukardi, misalnya, Ketua Komunitas Peduli Sejarah (KPS) Semarang itu mengatakan Menara Sleko harus segera direnovasi agar tidak punah. “Bangunan itu memiliki nilai kesejarahan dan arsitektur yang tinggi. Sayang sekali jika dibiarkan ambruk tanpa adanya upaya renovasi dari Pemkot Semarang,” katanya.

Hal tersebut menjadi bukti bahwa Pemkot Semarang belum serius dalam upaya penyelamatan benda cagar budaya di Kota Semarang. Pasalnya, hingga saat ini masih banyak bangunan cagar budaya yang nyaris dirobohkan karena kondisinya rusak tak terawat.

“Menara Sleko juga dulu pernah mau dirobohkan oleh PT Gas Negara, kami tidak tahu apakah izin itu diberikan atau tidak. Yang jelas, jika memang dirobohkan itu sebuah kerugian besar bagi Kota Semarang,” ucap Rukardi.

Pihaknya berharap Pemkot Semarang melakukan kajian ulang terhadap berbagai bangunan lama yang ada di Kota Semarang dan memberikan SK sebagai benda cagar budaya. Sebab, masih banyak bangunan bersejarah di kota ini yang belum ditetapkan sebagai benda cagar budaya.

“Termasuk Menara Sleko itu, hingga saat ini belum juga ditetapkan sebagai benda cagar budaya. Kami harap Pemkot melakukan kajian ulang dan terus semangat dalam melestarikan bangunan cagar budaya,” paparnya.

Andika Prabowo
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0887 seconds (0.1#10.140)