Alternatif Wisata Bahari yang Menyenangkan

Rabu, 04 Maret 2015 - 09:44 WIB
Alternatif Wisata Bahari yang Menyenangkan
Alternatif Wisata Bahari yang Menyenangkan
A A A
SEMARANG - Sebagai kota pesisir, Semarang memiliki banyak potensi wisata yang dapat dikembangkan. Salah satunya adalah hutan mangrove yang terletak di daerah ekowisata Tapak, Kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu.

Sejak beberapa tahun lalu hutan mangrove telah ditetapkan oleh Pemkot Semarang sebagai kawasan konservasi. Banyak pihak juga kemudian ikut melakukan beragam bentuk pelestarian lingkungan hidup dan ekosistem di kawasan itu, meski belakangan kondisinya sangat memprihatinkan akibat abrasi laut. Berwisata di tempat ini akan memberikan pengalaman yang berbeda.

Cobalah berkunjung sendiri ke sana, hanya sekitar 15 menit dari Bundaran Kalibanteng ke arah barat atau ke arah timur jika dari Terminal Mangkang. Jika sudah sampai tempat wisata Taman Lele ada petunjuk gapura jalan yang menuju ke Tapak. Mengunjungi hutan mangrove dapat dilakukan dengan menumpang perahu nelayan yang maksimal berkapasitas delapan orang penumpang.

Tersedia life vest (pelampung) dan sepatu boot karet bagi pengunjung yang takut air, takut kecemplung, atau tidak bisa renang. “Sewa perahunya hanya Rp150.000, sudah ada pemandunya,” kata Rofik dari Kelompok Prenjak Tapak saat menemui rombongan Badan Legislasi DPRD Kota Semarang yang meninjau kawasan pesisir Semarang di Tapak, belum lama ini.

Dari gapura sampai dermaga juga hanya sekitar 15 menit. Menyusuri hutan mangrove yang masih rimbun dengan perahu merupakan pengalaman yang luar biasa. Di antara rerimbunan pohon mangrove, imajinasi seperti dibawa untuk membayangkan film Anaconda atau Alligator, yang banyak ber-setting di lahan basah rendah seperti di hutan mangrove.

Banyak keseruan yang dapat dirasakan langsung saat menyusuri hutan ini. Selain menikmati keindahan hutan bakau, pengunjung juga dapat melihat tingkah burung kuntul dan lainnya yang banyak beterbangan dan bertengger. Asyik sekali melihat burung-burung tersebut di habitat aslinya.

Tak berapa lama naik perahu dari dermaga, sekitar 10 menit, pengunjung sudah tiba di pantai lepas Laut Jawa. Pantainya masih dangkal, tapi dengan pemandangan lepas pasti membuat terpesona. Di pantai ini terdapat pemandangan yang berbeda dengan di dalam rerimbunan hutan bakau atau mangrove.

Ada beberapa tegakan bambu yang menjadi petanda empang udang, ada juga beberapa pemancing yang berkerumun, dan terlihat juga gundukan pasir menyembul dari air. Di pantai ini juga dapat berputar-putar menikmati pemandangan, dan menghampiri nelayan yang kadang memiliki persediaan ikan dan kepiting/rajungan cukup banyak.

“Kadang mereka bersedia menjual ikan hasil tangkapannya itu dengan harga cukup murah,” kata Rofik. Puas dengan keindahan alam di pantai, pengunjung bisa kembali ke dermaga dengan melewati alur sungai yang dipenuhi rerimbunan pohon mangrove.

Perahu kembali di tambatkan di dermaga, kemudian bisa menuju rumah penduduk, yang menyediakan makan siang dengan menu nikmat. “Untuk semua kegiatan di atas, termasuk makan siang nikmat, setiap orang dikenakan biaya Rp50.000, dan minimal peserta sekitar 6-8 orang,” kata Rofik.

Menariknya, wisata hutan mangrove di daerah ekowisata Tapak ini, selain untuk refreshing , tempatnya juga tak jauh dari kota, sehingga mudah dicapai dan tak habis waktu di jalan.

M Abduh
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.6027 seconds (0.1#10.140)