Sungai Cacaban Kembali Meluap, Ratusan Rumah Terendam
A
A
A
SLAWI - Banjir kembali merendam ratusan rumah warga di tiga desa di Kecamatan Kramat dan Suradadi akibat luapan Sungai Cacaban kemarin.
Warga mendesak pemerintah segera menormalisasi sungai ini karena sudah delapan kali menyebabkan banjir terjadi sejak Januari. Desa yang terendam adalah Desa Kemuning dan Plumbungan, Kecamatan Kramat, serta Desa Sidaharja, Kecamatan Suradadi. Terakhir kali banjir merendam ketiga desa ini pada 19 Februari lalu akibat hujan deras dan Sungai Cacaban meluap.
Kepala Desa Kemuning Suranto mengatakan banjir mulai menggenangi permukiman warga sejak pukul 02.00 dini hari karena hujan deras yang turun sejak Senin (2/3) malam. Ketinggian banjir mencapai 70 sentimeter (cm) sampai 1 meter. "Ketinggian air semakin bertambah karena ada kiriman dari Sungai Cacaban yang meluap," ujar Suranto kemarin.
Humas SAR Galawi Rescue Arif Rahman menilai banjir kali ini lebih parah dari banjir yang melanda sebelumnya karena ketinggiannya sempat mencapai 1 meter lebih.“Wilayah yang terendam banjir juga lebih luas meskipun jumlah desanya masih sama,” ujar iya kemarin.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tegal Zaenal Dasmin mengatakan terdapat sekitar 500 rumah yang terendam banjir di tiga desa. Sebanyak 20 personel BPBD langsung diterjunkan ke lokasi dengan dua unit perahu karet untuk mengantisipasi adanya warga yang harus dievakuasi.
Selain itu, dapur umum juga didirikan di Desa Sidaharja yang merupakan wilayah banjir terparah. Zaenal mengatakan belum dapat memastikan normalisasi Sungai Cacaban. Sebab permintaan pemkab agar segera dilakukan normalisasi sungai belum mendapat tanggapan lebih lanjut dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Provinsi Jawa Tengah.
Menurut Zaenal, langkah normalisasi diharapkan bisa segera dilakukan karena kondisi sedimentasi sungai yang sudah tinggi. Sedimentasi tersebut membuat sungai mudah meluap saat mendapat kiriman air dari hulu.
Sebelumnya, anggota DPRD Kabupaten Tegal yang juga warga Desa Sidaharja Bakhrun mengatakan, selama Sungai Cacaban yang dangkal tidak dinormalisasi, banjir akan terus terjadi di wilayah Kecamatan Suradadi dan Kramat. "Banjir sudah tujuh kali terjadi dengan penyebab yang sama, meluapnya Sungai Cacaban," ungkapnya.
Normalisasi Sungai Cacaban baru dilakukan sepanjang 1 kilometer pada akhir tahun lalu. Padahal panjang sungai yang dangkal dan harus dinormalisasi mencapai 8 kilometer. Untuk itu, warga meminta pemkab segera mengupayakan normalisasi sungai lagi.
Farid firdaus
Warga mendesak pemerintah segera menormalisasi sungai ini karena sudah delapan kali menyebabkan banjir terjadi sejak Januari. Desa yang terendam adalah Desa Kemuning dan Plumbungan, Kecamatan Kramat, serta Desa Sidaharja, Kecamatan Suradadi. Terakhir kali banjir merendam ketiga desa ini pada 19 Februari lalu akibat hujan deras dan Sungai Cacaban meluap.
Kepala Desa Kemuning Suranto mengatakan banjir mulai menggenangi permukiman warga sejak pukul 02.00 dini hari karena hujan deras yang turun sejak Senin (2/3) malam. Ketinggian banjir mencapai 70 sentimeter (cm) sampai 1 meter. "Ketinggian air semakin bertambah karena ada kiriman dari Sungai Cacaban yang meluap," ujar Suranto kemarin.
Humas SAR Galawi Rescue Arif Rahman menilai banjir kali ini lebih parah dari banjir yang melanda sebelumnya karena ketinggiannya sempat mencapai 1 meter lebih.“Wilayah yang terendam banjir juga lebih luas meskipun jumlah desanya masih sama,” ujar iya kemarin.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tegal Zaenal Dasmin mengatakan terdapat sekitar 500 rumah yang terendam banjir di tiga desa. Sebanyak 20 personel BPBD langsung diterjunkan ke lokasi dengan dua unit perahu karet untuk mengantisipasi adanya warga yang harus dievakuasi.
Selain itu, dapur umum juga didirikan di Desa Sidaharja yang merupakan wilayah banjir terparah. Zaenal mengatakan belum dapat memastikan normalisasi Sungai Cacaban. Sebab permintaan pemkab agar segera dilakukan normalisasi sungai belum mendapat tanggapan lebih lanjut dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Provinsi Jawa Tengah.
Menurut Zaenal, langkah normalisasi diharapkan bisa segera dilakukan karena kondisi sedimentasi sungai yang sudah tinggi. Sedimentasi tersebut membuat sungai mudah meluap saat mendapat kiriman air dari hulu.
Sebelumnya, anggota DPRD Kabupaten Tegal yang juga warga Desa Sidaharja Bakhrun mengatakan, selama Sungai Cacaban yang dangkal tidak dinormalisasi, banjir akan terus terjadi di wilayah Kecamatan Suradadi dan Kramat. "Banjir sudah tujuh kali terjadi dengan penyebab yang sama, meluapnya Sungai Cacaban," ungkapnya.
Normalisasi Sungai Cacaban baru dilakukan sepanjang 1 kilometer pada akhir tahun lalu. Padahal panjang sungai yang dangkal dan harus dinormalisasi mencapai 8 kilometer. Untuk itu, warga meminta pemkab segera mengupayakan normalisasi sungai lagi.
Farid firdaus
(ftr)