Permintaan Naik, Petani Jambu Biji Merah Sumringah
A
A
A
KARANGANYAR - Para petani jambu biji merah di Desa jatirejo, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah, tengah bergembira. Pasalnya, permintaan hasil pertanian mereka meningkat tajam.
Manajer Asosiasi Petani Jambu Merah Karanganyar (APJMK) Wajib mengatakan, permintaan meningkat mulai Januari dan Februari yang mencapai dua ton/hari. Sedangkan tahun lalu rata-rata 1 ton/hari.
Dia memperkirakan naiknya permintaan karena merebaknya kasus demam berdarah (DB). Banyak masyarakat yang mulai tahu bahwa jambu biji merah memiliki khasiat menaikkan kadar trombosit.
Permintaan berasal dari berbagai daerah di wilayah Surakarta. Harganya kini juga tengah naik Rp1.000/kg. Tahun lalu harganya sebesar Rp4.000/kg dan kini menjadi Rp5.000/kg. “Tapi saya tidak dapat memastikan harganya setelah di pasaran,” ungkap Wajib, Senin (2/3/2015).
Jambu biji merah asal Karanganyar cukup diminati pasar karena kualitasnya bagus.
Petani asal Dusun Candi, RT 002 RW 004, Desa Jatirejo, Kecamatan Ngargoyoso ini mengaku lebih banyak menggunakan pupuk organik dibanding pupuk kimia. Sebab, dampaknya terhadap kualitas buah yang lebih tahan lama.
Dia juga menggunakan pupuk kimia, namun komposisinya lebih sedikit. “Saya mengunakan pupuk kandang dan limbah biogas. Hasilnya buah lebih awet. Saya juga menggunakan pestisida nabati untuk mengusir hama,” ungkapnya.
Selain permintaan dari wilayah lokal Surakarta, dua pabrik asal Jakarta dan Semarang juga ingin mendapat pasokan. Salah satu pabrik adalah produsen sari buah dan es krim. Pabrik di Jakarta ingin memesan 10 ton/hari. Sedangkan pabrik dari Semarang menginginkan 16 ton/hari.
Namun, pihaknya belum dapat menyanggupi mengingat permintaan lokal saja sudah kewalahan. Selain itu, jumlah produksi masih terbatas dan belum sanggup memenuhi permintaan dari kota besar.
Dia berencana mengumpulkan seluruh anggota APJMK yang berjumlah sekitar 400 petani. Pihaknya optimis ke depan permintaan pabrik dapat terpenuhi. Para petani juga mulai mengembangkan produk olahan berbahan dasar jambu biji merah.
“Kami membuat pangsit, es krim, kacang nyelip jambu, kue bolu, peyek daun jambu, dan selai jambu. Itu antisipasi kalau pasar jambu biji merah segar lesu,” ungkapnya.
Namun, jumlahnya hanya sekitar 5% dari total panen. Sebab para petani tetap memprioritaskan penjualan dalam bentuk buah segar. Produk makanan olahan dibuat oleh ibu-ibu PKK setempat. Selain itu, petani juga mulai mengembangkan paket agrowisata jambu biji merah.
Cenik, salah satu pembeli asal Desa Menjing, Kecamatan Jenawi, Karanganyar mengaku sering membeli jambu biji merah dari petani. Dia memilih membeli langsung karena lebih segar dan murah.
“Saya mulai mengonsumsi karena ada anggota keluarga terkena DB. Jus jambu bisa menaikkan kadar trombosit. Setelah itu malah ketagihan, tapi tidak masalah karena sehat,” tuturnya.
Manajer Asosiasi Petani Jambu Merah Karanganyar (APJMK) Wajib mengatakan, permintaan meningkat mulai Januari dan Februari yang mencapai dua ton/hari. Sedangkan tahun lalu rata-rata 1 ton/hari.
Dia memperkirakan naiknya permintaan karena merebaknya kasus demam berdarah (DB). Banyak masyarakat yang mulai tahu bahwa jambu biji merah memiliki khasiat menaikkan kadar trombosit.
Permintaan berasal dari berbagai daerah di wilayah Surakarta. Harganya kini juga tengah naik Rp1.000/kg. Tahun lalu harganya sebesar Rp4.000/kg dan kini menjadi Rp5.000/kg. “Tapi saya tidak dapat memastikan harganya setelah di pasaran,” ungkap Wajib, Senin (2/3/2015).
Jambu biji merah asal Karanganyar cukup diminati pasar karena kualitasnya bagus.
Petani asal Dusun Candi, RT 002 RW 004, Desa Jatirejo, Kecamatan Ngargoyoso ini mengaku lebih banyak menggunakan pupuk organik dibanding pupuk kimia. Sebab, dampaknya terhadap kualitas buah yang lebih tahan lama.
Dia juga menggunakan pupuk kimia, namun komposisinya lebih sedikit. “Saya mengunakan pupuk kandang dan limbah biogas. Hasilnya buah lebih awet. Saya juga menggunakan pestisida nabati untuk mengusir hama,” ungkapnya.
Selain permintaan dari wilayah lokal Surakarta, dua pabrik asal Jakarta dan Semarang juga ingin mendapat pasokan. Salah satu pabrik adalah produsen sari buah dan es krim. Pabrik di Jakarta ingin memesan 10 ton/hari. Sedangkan pabrik dari Semarang menginginkan 16 ton/hari.
Namun, pihaknya belum dapat menyanggupi mengingat permintaan lokal saja sudah kewalahan. Selain itu, jumlah produksi masih terbatas dan belum sanggup memenuhi permintaan dari kota besar.
Dia berencana mengumpulkan seluruh anggota APJMK yang berjumlah sekitar 400 petani. Pihaknya optimis ke depan permintaan pabrik dapat terpenuhi. Para petani juga mulai mengembangkan produk olahan berbahan dasar jambu biji merah.
“Kami membuat pangsit, es krim, kacang nyelip jambu, kue bolu, peyek daun jambu, dan selai jambu. Itu antisipasi kalau pasar jambu biji merah segar lesu,” ungkapnya.
Namun, jumlahnya hanya sekitar 5% dari total panen. Sebab para petani tetap memprioritaskan penjualan dalam bentuk buah segar. Produk makanan olahan dibuat oleh ibu-ibu PKK setempat. Selain itu, petani juga mulai mengembangkan paket agrowisata jambu biji merah.
Cenik, salah satu pembeli asal Desa Menjing, Kecamatan Jenawi, Karanganyar mengaku sering membeli jambu biji merah dari petani. Dia memilih membeli langsung karena lebih segar dan murah.
“Saya mulai mengonsumsi karena ada anggota keluarga terkena DB. Jus jambu bisa menaikkan kadar trombosit. Setelah itu malah ketagihan, tapi tidak masalah karena sehat,” tuturnya.
(lis)