Usai Dilantik, Puluhan Polisi Mandi Kembang
A
A
A
BANTUL - Puluhan anggota Satuan Sabhara Polres Bantul yang baru saja dilantik mandi air kembang tujuh rupa di makam raja-raja Imogiri, Jum’at (27/2/2015).
Prosesi ini merupakan rangkaian aksi terakhir dari ritual doa mohon doa restu kepada Tuhan Yang Maha Esa atas dilantiknya mereka.
Seperti biasa, sebelum mandi kembang, mereka harus berlari dari parkir bus area makam tersebut dan menaiki ratusan anak tangga menuju ke kompleks makam raja-raja Imogiri.
Sebanyak 50 orang Satuan Sabhara Polres Bantul, 32 di antaranya Polisi Wanita (Polwan) tanpa henti berlari menapaki tangga dengan kemiringan hamper 60 derajat.
Kapolres Bantul, AKBP Surawan mengatakan, prosesi ini merupakan salah satu bagian dari Polres Bantul untuk melestarikan tradisi budaya Jawa.
Banyak simbol-simbol kepercayaan masyarakat Jawa di kompleks makam raja Imogiri tersebut yang bisa dijadikan pelajaran oleh anggota Polres Bantul yang baru. Sehingga, dia sengaja memilih melaksanakan ritual mandi tersebut di kompleks makam raja-raja Imogiri.
“Yang terpenting ada rangkaian tahlilan memohon doa kebaikan kepada Allah SWT,” ungkap Surawan, usai menyiram kepala puluhan anggota Sat Sabhara baru..
Salah satu simbol yang harus dilalui oleh Satuan Sabhara adalah batu tangga pertama masuk ke kompleks makam.
Dua buah batu hitam kelam yang berada di tangga pertama masuk kompleks tersebut sebenarnya adalah dua orang penghianat kerajaan Mataram yang membocorkan rahasia kerajaan.
Keduanya lantas dikutuk oleh raja menjadi batu dan diletakkan di tangga pertama masuk kompleks makam. Kedua batu tersebut diletakkan di tangga pertama sebagai keset (kain penghilang kotoran di kaki atau alas kaki).
Simbol sebagai keset adalah derajat terendah dari manusia karena dipakai untuk menghilangkan kotoran alas kaki.
“Dengan simbol itu, anggota polisi harus tahu mereka harus berlaku jujur dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas,” ujarnya.
Sementara, ritual mandi kembang merupakan simbol dari acara mensucikan diri atau menghilangkan sengkala segala kotoran dan aral yang mungkin menempel di tubuh.
Harapannya, anggota polisi yang baru ini bisa menjalankan amanah suci yang berada di pundak mereka ke depan tanpa ada embel-embel sesuatu.
Kasat Sabhara Polres Bantul, AKP Riyono mengatakan, ritual mandi kembang di kompleks makam ini memang baru dua kali dilaksanakan oleh Polres Bantul.
Kegiatan ini merupakan bagian dari keistimewaan Yogyakarta yang mengharuskan semua unsur di DIY melestarikan tradisi Jawa, tak terkecuali Polres Bantul. “Polisi juga bagian dari keistimewaan, jadi wajib melestarikan tradisi Jawa,” ujarnya.
Prosesi ini merupakan rangkaian aksi terakhir dari ritual doa mohon doa restu kepada Tuhan Yang Maha Esa atas dilantiknya mereka.
Seperti biasa, sebelum mandi kembang, mereka harus berlari dari parkir bus area makam tersebut dan menaiki ratusan anak tangga menuju ke kompleks makam raja-raja Imogiri.
Sebanyak 50 orang Satuan Sabhara Polres Bantul, 32 di antaranya Polisi Wanita (Polwan) tanpa henti berlari menapaki tangga dengan kemiringan hamper 60 derajat.
Kapolres Bantul, AKBP Surawan mengatakan, prosesi ini merupakan salah satu bagian dari Polres Bantul untuk melestarikan tradisi budaya Jawa.
Banyak simbol-simbol kepercayaan masyarakat Jawa di kompleks makam raja Imogiri tersebut yang bisa dijadikan pelajaran oleh anggota Polres Bantul yang baru. Sehingga, dia sengaja memilih melaksanakan ritual mandi tersebut di kompleks makam raja-raja Imogiri.
“Yang terpenting ada rangkaian tahlilan memohon doa kebaikan kepada Allah SWT,” ungkap Surawan, usai menyiram kepala puluhan anggota Sat Sabhara baru..
Salah satu simbol yang harus dilalui oleh Satuan Sabhara adalah batu tangga pertama masuk ke kompleks makam.
Dua buah batu hitam kelam yang berada di tangga pertama masuk kompleks tersebut sebenarnya adalah dua orang penghianat kerajaan Mataram yang membocorkan rahasia kerajaan.
Keduanya lantas dikutuk oleh raja menjadi batu dan diletakkan di tangga pertama masuk kompleks makam. Kedua batu tersebut diletakkan di tangga pertama sebagai keset (kain penghilang kotoran di kaki atau alas kaki).
Simbol sebagai keset adalah derajat terendah dari manusia karena dipakai untuk menghilangkan kotoran alas kaki.
“Dengan simbol itu, anggota polisi harus tahu mereka harus berlaku jujur dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas,” ujarnya.
Sementara, ritual mandi kembang merupakan simbol dari acara mensucikan diri atau menghilangkan sengkala segala kotoran dan aral yang mungkin menempel di tubuh.
Harapannya, anggota polisi yang baru ini bisa menjalankan amanah suci yang berada di pundak mereka ke depan tanpa ada embel-embel sesuatu.
Kasat Sabhara Polres Bantul, AKP Riyono mengatakan, ritual mandi kembang di kompleks makam ini memang baru dua kali dilaksanakan oleh Polres Bantul.
Kegiatan ini merupakan bagian dari keistimewaan Yogyakarta yang mengharuskan semua unsur di DIY melestarikan tradisi Jawa, tak terkecuali Polres Bantul. “Polisi juga bagian dari keistimewaan, jadi wajib melestarikan tradisi Jawa,” ujarnya.
(lis)