Tujuh Jam Menunggu Tanpa Penumpang

Jum'at, 20 Februari 2015 - 10:19 WIB
Tujuh Jam Menunggu Tanpa Penumpang
Tujuh Jam Menunggu Tanpa Penumpang
A A A
Di tengah derasnya arus kompetisi pada moda transportasi, penjaja jasa becak tampaknya semakin tersingkirkan.

Walaupun tidak memberi penghasilan cukup, namun bagi para pekerjanya, menjadi tukang becak adalah pilihan hidup yang mau tidak mau harus di jalani untuk sekadar menyambung hidup. Di pertigaan Jalan Cijawura Girang, Kota Bandung, salah seorang pengemudi becak terlihat tenang beristirahat di dalam becak miliknya dengan menyilangkan kaki ke atas, menunggu datangnya penumpang.

Tak jauh dari lokasi lelaki itu beristirahat, sejumlah pengemudi becak lainnya yang sedang berkumpul di Paguyuban Becak Cijawura terlihat sibuk mengasah cincin batu ali sambil menunggu penumpang. Ya, momen menunggu memang menjadi rutinitas pengayuh becak setiap harinya. Tidak pandang panas maupun hujan.

Begitu pula keseharian Akri, warga Cijawura Girang, RT 5/13, Kelurahan Marga Sari, Kecamatan Buah Batu, Kota Bandung. Lelaki yang telah mengayuh becak selama 10 tahun lebih itu mengaku aktivitas menunggu memang kerap dilalui tukang becak seperti dirinya.

“Ya memang seperti ini, setiap hari selalu saja menunggu. Kadang dua jam bisa dapat, tapi bisa juga sampai tujuh jam baru ada penumpang. Bahkan meski saat ini musim hujan dan fasi litas peneduh telah ter sedia, kebanyakan orang sekarang lebih memilih menggunakan motor pribadi,” ungkap Akri. Penghasilan dari menarik becak memang sulit dijadikan tumpuan hidup.

Terlebih un tuk mena fkahi anak dan istri. Biasanya mereka yang telah berkeluarga selalu menjadikan pekerjaan itu sebagai kerja sampingan. “Kalau ada panggilan proyek bangunan, biasanya saya libur menarik becak. Kalau masih sendiri, yabisa dicukup- cukupin untuk makan seharihari. Tapi untuk kebutuhan anak dan istri tentu sangat sulit,” papar Akri.

Musim hujan saat ini sepertinya tak bersahabat untuk Akri. Pasalnya penghasilan yang didapatnya sangat jauh berbeda dengan musim hujan beberapa tahun sebelumnya. Penyebabnya, Akri mengaku tak lepas dari meningkatnya pengguna sepeda motor di Kota Bandung. “Mau hujan mau panas juga tetap sama, enggakpengaruh. Justru beberapa hari ini panggilan penumpang sangat sepi,” ujarnya.

Pendapat senada juga di sampaikan pengemudi becak lainnya, Rukman, 41. Menurut dia, deng an kemudahan mendapatkan motor, saat ini jasa tran spor - tasi becak semakin lesu. Dari penilaiannya selama ini, orang yang sebelumnya mengandalkan jasa becak, sekarang bisa deng an mudah menelfon anggota keluarga di depan jalan masuk perumahan.

“Kalau dulu kami memang memiliki langganan, tapi se ka - rang sudah tidak ada. Sekarang kangampang, mereka yang turun dari angkot, kemudian hendak melanjutkan pulang rumah tinggal menelfon untuk di jemput,” ujar warga Cipagalo RT3/07, Kelurahan Marga Sari, Kecamatan Buah Batu, kota Bandung itu. Bagi Rukman, menjadi pengemudi becak tentu bukan keinginannya.

Namun karena sulitnya lowongan pekerjaan bagi tamatan SD sepertinya, pekerjaan tersebut mau tak mau harus dijalaninya. Soal perkembangan layanan jasa transportasi becak Ruhman sendiri mengaku semakin menyurut. Bahkan dari penghasilan awal minimal Rp50.000/hari, sekarang semakin menurun hingga Rp25.000/hari.

“Seperti itu lah, mau musim hujan atau panas tetap seperti ini. Dan mungkin ini juga berlaku bagi pengemudi becak di tempat lainnya,” ujarnya. Selain digunakan untuk beristirahat, waktu senggang menunggu penumpang juga biasanya digunakan para pengemudi becak di tempat itu dengan menjalani sampingan sebagai juru parkir. Pasalnya bila hanya menunggu kebutuhan untuk menggajal isi perut tentu tak terpenuhi.

“Waktu senggang menunggu penumpang tentu cukup panjang, lumayan lahka mi dapat tambahan sam ping an dengan menjadi juru par kir. Lumayan untuk ganjal pe rut atau sekedar kopi dan rokok,” paparnya.

Heru Muthahari
Kota Bandung
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5987 seconds (0.1#10.140)