Makan Jenang Bersama, Warga Solo Raih Rekor Muri
A
A
A
SOLO - Sekitar 33.270 warga Kota Solo memecahkan rekor museum rekor Indoensia (Muri) setelah menggelar makan jenang bersama di koridor Ngarsopuro, Selasa (17/2/2015) siang.
Pencapaian ini mengalahkan rekor sebelumnya, yakni makan jenang bersama yang diikuti 30.000 peserta di Kabupaten Indragiri Hilir, Kepulauan Riau, pada 2014 lalu.
Kegiatan ini berlangsung dalam rangka memperingati HUT ke-270 Kota Solo. Berbagai macam jenis jenang baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri disajikan dalam acara tersebut.
Jenang-jenang itu kemudian dibagikan gratis kepada masyarakat Solo dan sekitarnya yang datang ke lokasi tersebut.
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo menyebutkan, makan jenang bersama dilakukan dalam rangka nguri-uri makanan yang ditinggalkan oleh leluhur. Apalagi, nama dalam setiap jenis jenang memiliki makna dan filosofi yang tinggi.
Warna dan bentuk-bentuk jenang juga memiliki makna yang bisa dipakai sebagai ajaran dalam hidup.
“Orang tua zaman dahulu menyiapkan nama jenang tidak asal-asalan, semua memiliki makna dan filosofi yang tinggi,” ucapnya.
Selain mengampanyekan makan jenang, juga mengajak masyarakat untuk gemar makan ikan. Di atas jenang-jenang tersebut ditaburi potongan-potongan ikan, hasil kekayaan alam nusantara. "Sebab orang Indonesia yang mengonsumsi ikan hanya sedikit."
Padahal, potensi bahari Indonesia sangat besar dan harus dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. “Indonesia punya laut yang luas dan ikan yang banyak, jadi kalau ikannya dimakan terus tidak akan habis, maka dari saat ini mari kita makan ikan dalam bentuk apapun,” imbuhnya.
Ketua Panitia HUT ke-270 Kota Solo, Mayor Haristanto, menyebutkan, festival jenang akan terus digelar agar budaya-budaya itu bisa diwariskan ke generasi penerus.
Pencapaian ini mengalahkan rekor sebelumnya, yakni makan jenang bersama yang diikuti 30.000 peserta di Kabupaten Indragiri Hilir, Kepulauan Riau, pada 2014 lalu.
Kegiatan ini berlangsung dalam rangka memperingati HUT ke-270 Kota Solo. Berbagai macam jenis jenang baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri disajikan dalam acara tersebut.
Jenang-jenang itu kemudian dibagikan gratis kepada masyarakat Solo dan sekitarnya yang datang ke lokasi tersebut.
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo menyebutkan, makan jenang bersama dilakukan dalam rangka nguri-uri makanan yang ditinggalkan oleh leluhur. Apalagi, nama dalam setiap jenis jenang memiliki makna dan filosofi yang tinggi.
Warna dan bentuk-bentuk jenang juga memiliki makna yang bisa dipakai sebagai ajaran dalam hidup.
“Orang tua zaman dahulu menyiapkan nama jenang tidak asal-asalan, semua memiliki makna dan filosofi yang tinggi,” ucapnya.
Selain mengampanyekan makan jenang, juga mengajak masyarakat untuk gemar makan ikan. Di atas jenang-jenang tersebut ditaburi potongan-potongan ikan, hasil kekayaan alam nusantara. "Sebab orang Indonesia yang mengonsumsi ikan hanya sedikit."
Padahal, potensi bahari Indonesia sangat besar dan harus dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. “Indonesia punya laut yang luas dan ikan yang banyak, jadi kalau ikannya dimakan terus tidak akan habis, maka dari saat ini mari kita makan ikan dalam bentuk apapun,” imbuhnya.
Ketua Panitia HUT ke-270 Kota Solo, Mayor Haristanto, menyebutkan, festival jenang akan terus digelar agar budaya-budaya itu bisa diwariskan ke generasi penerus.
(lis)