Jualan Gorengan demi Hidupi Keluarga
A
A
A
KOTA BANDUNG - Kesan pertama pertemuan dengan bocah 12 tahun ini tidak terlalu istimewa. Tak jauh beda dengan anak kampung seusianya. Namun, di usianya yang masih belia, dia telah berjuang menghidupi keluarganya yang lumpuh. Kerja keras mencari nafkah terus dia lakukan setiap hari tanpa lelah.
Ridwan Gunawan, dia baru saja genap 12 tahun saat diwawancara KORAN SINDO selepas taping sebuah acara stasiun televisi lokal Sumedang yang berlangsung di Aula UPI Kampus Sumedang, belum lama ini. Dari binar matanya terlihat ketabahan dan kegigihan bocah yang kini namanya mulai terkenal karena sering masuk media massa.
Seperti diketahui, dia merupakan anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar tetapi sudah menjadi tulang punggung bagi keluarganya yang tinggal di Dusun Bojongloa, Desa Girimukti, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang. Selepas pulang
sekolah (perjalanan dengan jalan kaki sejauh 2 km), dia langsung menjajakan gorengan kekampung-kampung di dekat rumah nya.
Sudah sejak dua tahun ini, dia berjualan gorengan yang hasilnya digunakan untuk keperluan makan sehari-hari. Dia melakukannya karena ayahnya, Adeng, 46, menderita lumpuh sejak 17 tahun lalu dan sekarang praktis tinggal di rumah. Begitu juga kakak
Ridwan, Holidin Abadi, 24, menderita lumpuh sejah usia 16 tahun serta Devi Trisnawati, 21, juga lumpuh sejak enam tahun lalu.
Sebenarnya dia masih memiliki kakak yang sehat yakni Sukma Wiguna, 18. Namun tidak tinggal bersamanya karena harus keluar kota mencari pekerjaan. Sama halnya dengan sang ibu, Sartini, 45, yang bekerja di sebuah pabrik di Bandung. Setiap hari Ridwan
mengurusi ayah dan kakak laki-laki nya.
Selepas subuh dia memandikan keduanya. Sementara kakak perempuannya, Devi masih bisa mengurus dirinya sendiri. Bahkan membantu keluarga untuk sekadar masak. “Saya mulai dagang kelas tiga. Di dekat rumah ada warung, saya ngambil gorengan dari sana,” ungkap Ridwan dengan senyuman yang terus tersungging dari bibirnya.
Dari setiap satu buah gorengan, dia mendapatkan Rp100. Setiap hari dia menjajakan sekitar 100 buah. Apabila semua laku, dia mendapatkan Rp10.000 yang akan gunakan untuk keperluan sehari-hari. “Gak tentu berapa dapatnya setiap hari. Kadang Rp3.000 atau Rp6.000, tergantung gorengan yang terjual. Kadang sampai gak dagang kalau tukang warungnya gak bikin gorengan,” katanya.
Uang yang didapat memang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari keluarganya. Untuk menambal kekurangannya, dia seringkali berhutang ke warung dekat rumahnya.
FAUZAN
Ridwan Gunawan, dia baru saja genap 12 tahun saat diwawancara KORAN SINDO selepas taping sebuah acara stasiun televisi lokal Sumedang yang berlangsung di Aula UPI Kampus Sumedang, belum lama ini. Dari binar matanya terlihat ketabahan dan kegigihan bocah yang kini namanya mulai terkenal karena sering masuk media massa.
Seperti diketahui, dia merupakan anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar tetapi sudah menjadi tulang punggung bagi keluarganya yang tinggal di Dusun Bojongloa, Desa Girimukti, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang. Selepas pulang
sekolah (perjalanan dengan jalan kaki sejauh 2 km), dia langsung menjajakan gorengan kekampung-kampung di dekat rumah nya.
Sudah sejak dua tahun ini, dia berjualan gorengan yang hasilnya digunakan untuk keperluan makan sehari-hari. Dia melakukannya karena ayahnya, Adeng, 46, menderita lumpuh sejak 17 tahun lalu dan sekarang praktis tinggal di rumah. Begitu juga kakak
Ridwan, Holidin Abadi, 24, menderita lumpuh sejah usia 16 tahun serta Devi Trisnawati, 21, juga lumpuh sejak enam tahun lalu.
Sebenarnya dia masih memiliki kakak yang sehat yakni Sukma Wiguna, 18. Namun tidak tinggal bersamanya karena harus keluar kota mencari pekerjaan. Sama halnya dengan sang ibu, Sartini, 45, yang bekerja di sebuah pabrik di Bandung. Setiap hari Ridwan
mengurusi ayah dan kakak laki-laki nya.
Selepas subuh dia memandikan keduanya. Sementara kakak perempuannya, Devi masih bisa mengurus dirinya sendiri. Bahkan membantu keluarga untuk sekadar masak. “Saya mulai dagang kelas tiga. Di dekat rumah ada warung, saya ngambil gorengan dari sana,” ungkap Ridwan dengan senyuman yang terus tersungging dari bibirnya.
Dari setiap satu buah gorengan, dia mendapatkan Rp100. Setiap hari dia menjajakan sekitar 100 buah. Apabila semua laku, dia mendapatkan Rp10.000 yang akan gunakan untuk keperluan sehari-hari. “Gak tentu berapa dapatnya setiap hari. Kadang Rp3.000 atau Rp6.000, tergantung gorengan yang terjual. Kadang sampai gak dagang kalau tukang warungnya gak bikin gorengan,” katanya.
Uang yang didapat memang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari keluarganya. Untuk menambal kekurangannya, dia seringkali berhutang ke warung dekat rumahnya.
FAUZAN
(bhr)