Perlu Peran Aktif Pemilik Anjing Perangi Rabies di Bali
A
A
A
DENPASAR - Populasi anjing yang saat ini diperkirakan menembus angka 400 ribu ekor menjadi tantangan tersendiri bagi upaya mengembalikan status Bali sebagai daerah bebas rabies.
Untuk itu, Pemerintah Provinsi Bali sangat mengharapkan dukungan dan peran aktif pemilik anjing agar merawat hewan peliharaannya dengan baik.
Hal tersebut diungkapkan Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Provinsi Bali Ketut Nata Kesuma pada Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) di Lapangan Niti Mandala Renon, Minggu (15/2/2015).
Pihaknya dapat memahami kecintaan masyarakat Bali terhadap hewan peliharaan, khususnya anjing. Hewan yang dikenal setia pada majikan ini begitu dekat dengan kehidupan masyarakat Bali. Tak heran, jika hingga tahun 2014, populasinya tercatat sebanyak 370 ribu ekor.
Dengan kemampuan berkembang biak rata-rata 2,5 ekor per tahun, saat ini jumlahnya diperkirakan telah mencapai 400 ribu ekor. "Rasionya 1 berbanding 11 dengan jumlah penduduk kita," ujarnya.
Sayangnya, 90 persen dari jumlah tersebut masih diliarkan oleh pemiliknya. Selain itu, belakangan ada kecenderungan, masyarakat lebih tertarik memelihara anjing ras. Padahal, keberadaan anjing dari luar itulah yang diduga sebagai salah satu pemicu penularan rabies di Pulau Dewata.
Untuk itu, Nata Kesuma kembali menggugah minat masyarakat untuk lebih memilih Anjing Kintamani yang kualitasnya tak kalah dengan ras luar. Keberadaan Anjing Kintamani telah mendapat pengakuan dari Federasi Pencinta Anjing ASEAN. Bahkan, keberadaannya tengah diperjuangkan untuk mendapat pengakuan dunia.
Pihaknya mengimbau masyarakat agar memenuhi kewajibannya jika memelihara anjing. Setiap pemilik anjing wajib mendaftarkan hewan peliharaannya ke aparat desa, wajib memiliki kartu, dan punya kandang yang memadai.
Selain itu, pemilik berkewajiban melakukan pemeriksaan kesehatan hewan peliharaannya secara berkala serta melakukan perawatan baik. Jangan sampai, kecintaan kepada hewan peliharaan ini justru menjadi ancaman bagi pemilik dan masyarakat luas akibat tak terpelihara dengan baik.
"Kami bisa melakukan vaksinasi sekitar 1.000 ekor anjing dalam sehari, tapi mendorong kemauan masyarakat untuk membawa anjingnya itu yang sulit," pungkasnya.
Untuk itu, Pemerintah Provinsi Bali sangat mengharapkan dukungan dan peran aktif pemilik anjing agar merawat hewan peliharaannya dengan baik.
Hal tersebut diungkapkan Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Provinsi Bali Ketut Nata Kesuma pada Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) di Lapangan Niti Mandala Renon, Minggu (15/2/2015).
Pihaknya dapat memahami kecintaan masyarakat Bali terhadap hewan peliharaan, khususnya anjing. Hewan yang dikenal setia pada majikan ini begitu dekat dengan kehidupan masyarakat Bali. Tak heran, jika hingga tahun 2014, populasinya tercatat sebanyak 370 ribu ekor.
Dengan kemampuan berkembang biak rata-rata 2,5 ekor per tahun, saat ini jumlahnya diperkirakan telah mencapai 400 ribu ekor. "Rasionya 1 berbanding 11 dengan jumlah penduduk kita," ujarnya.
Sayangnya, 90 persen dari jumlah tersebut masih diliarkan oleh pemiliknya. Selain itu, belakangan ada kecenderungan, masyarakat lebih tertarik memelihara anjing ras. Padahal, keberadaan anjing dari luar itulah yang diduga sebagai salah satu pemicu penularan rabies di Pulau Dewata.
Untuk itu, Nata Kesuma kembali menggugah minat masyarakat untuk lebih memilih Anjing Kintamani yang kualitasnya tak kalah dengan ras luar. Keberadaan Anjing Kintamani telah mendapat pengakuan dari Federasi Pencinta Anjing ASEAN. Bahkan, keberadaannya tengah diperjuangkan untuk mendapat pengakuan dunia.
Pihaknya mengimbau masyarakat agar memenuhi kewajibannya jika memelihara anjing. Setiap pemilik anjing wajib mendaftarkan hewan peliharaannya ke aparat desa, wajib memiliki kartu, dan punya kandang yang memadai.
Selain itu, pemilik berkewajiban melakukan pemeriksaan kesehatan hewan peliharaannya secara berkala serta melakukan perawatan baik. Jangan sampai, kecintaan kepada hewan peliharaan ini justru menjadi ancaman bagi pemilik dan masyarakat luas akibat tak terpelihara dengan baik.
"Kami bisa melakukan vaksinasi sekitar 1.000 ekor anjing dalam sehari, tapi mendorong kemauan masyarakat untuk membawa anjingnya itu yang sulit," pungkasnya.
(zik)