Pompa Penyedot Air Tak Berfungsi
A
A
A
SEMARANG - Peringatan ancaman bencana pada musim hujan belum sepenuhnya ditanggapi Pemkot Semarang dengan langkah antisipasi. Sejumlah pompa penyedot air di Kota Semarang diketahui tidak berfungsi maksimal.
Akibatnya, banjir dan genangan air masih terjadi di beberapa ruas jalan dan perkampungan setelah hujan deras yang mengguyur Kota Semarang Kamis (12/2) siang hingga malam . Seperti banjir di kawasan Stasiun Tawang yang diakibatkan pompa di Polder Tawang hingga kemarin siang tidak difungsikan karena rusak.
Sejumlah media televisi yang ingin mengambil gambar perbaikan pompa, justru dihalangi petugas operator dengan alasan tak jelas. “Kamis malam pompa sempat berfungsi. Tapi sejak pagi hingga sore tidak difungsikan lagi diduga karena mengalami korsleting listrik,” ujar Ari Susilo, warga di sekitar polder, kemarin.
Bagus Indra, warga lainnya mengatakan, banjir dan genangan air di Tawang dan sebagian kawasan Kota Lama sempat mencapai 1 meter. Sebelum kemarin siang berangsurangsur surut. Sepeda motor maupun mobil pribadi yang nekat melintas akhirnya mogok dan terpaksa harus didorong.
Koordinator Kelurahan Siaga Bencana Kelurahan Kaligawe, Sunardji mengatakan, banjir di wilayahnya termasuk paling parah karena terjadi di RW 1 sampai RW 5 dengan kedalaman genangan air 50-60 cm dan merendam sekitar 300 rumah warga. Banjir ini akibat air dari Sungai Banjirkanal Timur yang melimpah karena ada titik tanggul yang rendah sehingga air masuk ke perkampungan. “Sudah kami tinggikan sementara dengan memasang karung berisi pasir,” tuturnya.
Warga rumahnya terendam, kata dia, belum ada yang mengungsi. Mereka masih bertahan di rumah. Jika terjadi hujan deras lagi, mereka telah diimbau untuk mengungsi. “Mereka hanya membutuhkan bantuan makanan siap saji. Sedangkan jika harus mengungsi, kami telah menyiapkan perahu karet lima buah untuk membawa mereka ke tempat aman,” katanya.
Sunardji menceritakan, air mulai masuk ke perkampungan sejak pukul 20.30 WIB sampai saat pintu air dibuka untuk mengalihkan sebagian aliran Sungai Banjirkanal Timur ke Kali Babon. Setelah pengalihan sekitar pukul 12.00 WIB, air mulai tidak masuk lagi ke perkampungan karena volume air di Banjirkanal Timur menyusut.
Dia mendesak pemerintah segera menormalisasi Sungai Banjirkanal Timur yang mengalami sedimentasi cukup tinggi dan bertahun-tahun belum ada pengerukan. Warga mengkhawatirkan jika tanggul jebol dalam skala lebih besar dan panjang dapat dipastikan perkampungan mereka ludes tersapu air. “Di bawah Jembatan Kaligawe misalnya, sedimentasi hampir mencapai badan jembatan. Kalau alirannya lancar tidak mungkin airnya melimpah,” katanya.
Hujan deras juga mengakibatkan ancaman tanah longsor dan penumpukan material lumpur campur batu yang menutupi badan jalan. Seperti di Jalan Prof Hamka atau Jalan Raya Ngaliyan-Mijen, tepatnya di depan Ono Swalayan.
Tanah bercampur batu yang terbawa arus air membuat jalan tertutup sehingga dibuat sistem buka tutup untuk kendaraan dari arah Ngaliyan menuju Mijen. “Setiap ada hujan dengan intensitas tinggi di titik ini pasti selalu terjadi banjir lumpur,” kata Ismakun, warga Perum Delta Asri, Mijen.
Menurutnya, selokan di pinggir jalan tersebut harus diperbaiki agar air tidak lagi meluber ke jalan. Sungai Beringin yang tahun sebelumnya selalu terjadi banjir juga sempat meluap di kawasan Mangkang Wetan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, Iwan Budi Setiawan mengakui, sejumlah pompa tidak berfungsi maksimal menyedot air sehingga genangan air di sekitarnya tidak cepat susut. Selain di Polder Tawang, dia menyebutkan pompa di Muktiharjo Kidul juga tidak berfungsi maksimal.
Iwan mengklaim, hingga kemarin genangan air yang ditimbulkan masih dalam batas normal. Tidak ada wilayah yang parah terkena banjir kecuali di wilayah Pasar Waru, Kelurahan Kaligawe dengan ketinggian genangan air 50 cm. “Sedangkan di beberapa jalan protokol genangan masih normal,” ujarnya.
Rumah warga yang terendam dan sempat terendam banjir dan genangan air, kata dia, tidak mencapai ribuan, hanya sekitar 500-an. “Kami telah siapkan lima perahu karet,” ujarnya. Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, bencana banjir ini merupakan pekerjaan rumah untuk Pemkot Semarang. “Pembangunan sistem Polder Banger sedang berlangsung. Tahun ini kami genjot agar cepat rampung dan tidak banjir lagi,” ujarnya.
Dia mengatakan, pada 2016 nanti jika sistem Polder Banger sudah sempurna, diyakini akan mampu menanggulangi masalah banjir yang sering kali melanda Kota Semarang. Saat ini pembangunan kolam retensi Kali Semarang bisa mengatasi banjir yang wilayah Semarang Utara.
Waspada Hingga April
Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Semarang, Reni Kraningtyas mengatakan, hujan yang terjadi pada Kamis (12/2) malam, dinyatakan sangat ekstrem karena intensitasnya lebih dari 159 mm.
Cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi hingga dua hari ke depan dengan intensitas hujan lebih dari 50 mm per hari. “Tapi intensitasnya sudah tidaksepertipada Kamismalam, karena posisi tekanan udara di Laut Selatan Jawa sudah bergerak ke barat arah Samudera Hindia. Sehingga sudah menjauh dari Pulau Jawa,” katanya, kemarin.
Reni memaparkan, masih ada potensi hujan ekstrem, terutama di daerah pegunungan maupun dataran rendah. Karena itu, dia meminta masyarakat tetap waspada karena ratarata musim hujan ini hingga April. “Musim peralihan baru jatuh pada Mei, memang puncak musim hujan itu pada Januari, tapi setelah Januari tetap harus tetap waspada,” katanya.
Kepala BPBD Pemprov Jateng Sarwa Pramana mengatakan, hujan lebat yang terjadi Kamis lalu, selain mengakibatkan banjir di Kota Semarang, juga terjadi bencana longsor di beberapa daerah di Jateng. “Kalau banjir, yang paling parah hanya Kota Semarang,” katanya.
Adapun daerah yang terjadi bencana longsor akibat hujan lebat itu, di antaranya Banjarnegara, Karanganyar, Cilacap, Kudus, Wonosobo, danPekalongan. Meskipun demikian, longsor itu tidak sampai mengakibatkan korban jiwa. “Kalau longsor yang kecil-kecil setiap hari ada terutama di daerah Banjarnegara dan Wonosobo,” ujarnya.
Sementara di Kendal, banjir kembali merendam sembilan kelurahan di Kecamatan Kendal, kemarin. Banjir diakibatkan hujan deras yang mengguyur sejak Kamis (12/2) siang. Sembilan kelurahan yang dilanda banjir adalah Kelurahan Trompo, Kebondalem, Kalibuntu, Langenharjo, Pegulon, Ngilir, Patukangan, Balok, dan Bandengan. Ketinggian air mencapai 40 cm-60 cm.
Selain itu, air juga menggenangi wilayah alun-alun dan kompleks kantor bupati. Kasi Kasi Kesiapsiagaan bencana BPBD Kabupaten Kendal, Slamet mengakui, wilayah Kendal memang rawan terjadi banjir saat musim hujan. “Bencana yang rawan terjadi di Kendal, yakni longsor dan banjir,” katanya.
M abduh/Amin fauzi/ Andik sismanto/ Ahmad antoni/ Muh slamet/ Prahayuda f/ Wikha setiawan/ Eka setiawan
Akibatnya, banjir dan genangan air masih terjadi di beberapa ruas jalan dan perkampungan setelah hujan deras yang mengguyur Kota Semarang Kamis (12/2) siang hingga malam . Seperti banjir di kawasan Stasiun Tawang yang diakibatkan pompa di Polder Tawang hingga kemarin siang tidak difungsikan karena rusak.
Sejumlah media televisi yang ingin mengambil gambar perbaikan pompa, justru dihalangi petugas operator dengan alasan tak jelas. “Kamis malam pompa sempat berfungsi. Tapi sejak pagi hingga sore tidak difungsikan lagi diduga karena mengalami korsleting listrik,” ujar Ari Susilo, warga di sekitar polder, kemarin.
Bagus Indra, warga lainnya mengatakan, banjir dan genangan air di Tawang dan sebagian kawasan Kota Lama sempat mencapai 1 meter. Sebelum kemarin siang berangsurangsur surut. Sepeda motor maupun mobil pribadi yang nekat melintas akhirnya mogok dan terpaksa harus didorong.
Koordinator Kelurahan Siaga Bencana Kelurahan Kaligawe, Sunardji mengatakan, banjir di wilayahnya termasuk paling parah karena terjadi di RW 1 sampai RW 5 dengan kedalaman genangan air 50-60 cm dan merendam sekitar 300 rumah warga. Banjir ini akibat air dari Sungai Banjirkanal Timur yang melimpah karena ada titik tanggul yang rendah sehingga air masuk ke perkampungan. “Sudah kami tinggikan sementara dengan memasang karung berisi pasir,” tuturnya.
Warga rumahnya terendam, kata dia, belum ada yang mengungsi. Mereka masih bertahan di rumah. Jika terjadi hujan deras lagi, mereka telah diimbau untuk mengungsi. “Mereka hanya membutuhkan bantuan makanan siap saji. Sedangkan jika harus mengungsi, kami telah menyiapkan perahu karet lima buah untuk membawa mereka ke tempat aman,” katanya.
Sunardji menceritakan, air mulai masuk ke perkampungan sejak pukul 20.30 WIB sampai saat pintu air dibuka untuk mengalihkan sebagian aliran Sungai Banjirkanal Timur ke Kali Babon. Setelah pengalihan sekitar pukul 12.00 WIB, air mulai tidak masuk lagi ke perkampungan karena volume air di Banjirkanal Timur menyusut.
Dia mendesak pemerintah segera menormalisasi Sungai Banjirkanal Timur yang mengalami sedimentasi cukup tinggi dan bertahun-tahun belum ada pengerukan. Warga mengkhawatirkan jika tanggul jebol dalam skala lebih besar dan panjang dapat dipastikan perkampungan mereka ludes tersapu air. “Di bawah Jembatan Kaligawe misalnya, sedimentasi hampir mencapai badan jembatan. Kalau alirannya lancar tidak mungkin airnya melimpah,” katanya.
Hujan deras juga mengakibatkan ancaman tanah longsor dan penumpukan material lumpur campur batu yang menutupi badan jalan. Seperti di Jalan Prof Hamka atau Jalan Raya Ngaliyan-Mijen, tepatnya di depan Ono Swalayan.
Tanah bercampur batu yang terbawa arus air membuat jalan tertutup sehingga dibuat sistem buka tutup untuk kendaraan dari arah Ngaliyan menuju Mijen. “Setiap ada hujan dengan intensitas tinggi di titik ini pasti selalu terjadi banjir lumpur,” kata Ismakun, warga Perum Delta Asri, Mijen.
Menurutnya, selokan di pinggir jalan tersebut harus diperbaiki agar air tidak lagi meluber ke jalan. Sungai Beringin yang tahun sebelumnya selalu terjadi banjir juga sempat meluap di kawasan Mangkang Wetan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, Iwan Budi Setiawan mengakui, sejumlah pompa tidak berfungsi maksimal menyedot air sehingga genangan air di sekitarnya tidak cepat susut. Selain di Polder Tawang, dia menyebutkan pompa di Muktiharjo Kidul juga tidak berfungsi maksimal.
Iwan mengklaim, hingga kemarin genangan air yang ditimbulkan masih dalam batas normal. Tidak ada wilayah yang parah terkena banjir kecuali di wilayah Pasar Waru, Kelurahan Kaligawe dengan ketinggian genangan air 50 cm. “Sedangkan di beberapa jalan protokol genangan masih normal,” ujarnya.
Rumah warga yang terendam dan sempat terendam banjir dan genangan air, kata dia, tidak mencapai ribuan, hanya sekitar 500-an. “Kami telah siapkan lima perahu karet,” ujarnya. Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, bencana banjir ini merupakan pekerjaan rumah untuk Pemkot Semarang. “Pembangunan sistem Polder Banger sedang berlangsung. Tahun ini kami genjot agar cepat rampung dan tidak banjir lagi,” ujarnya.
Dia mengatakan, pada 2016 nanti jika sistem Polder Banger sudah sempurna, diyakini akan mampu menanggulangi masalah banjir yang sering kali melanda Kota Semarang. Saat ini pembangunan kolam retensi Kali Semarang bisa mengatasi banjir yang wilayah Semarang Utara.
Waspada Hingga April
Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Semarang, Reni Kraningtyas mengatakan, hujan yang terjadi pada Kamis (12/2) malam, dinyatakan sangat ekstrem karena intensitasnya lebih dari 159 mm.
Cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi hingga dua hari ke depan dengan intensitas hujan lebih dari 50 mm per hari. “Tapi intensitasnya sudah tidaksepertipada Kamismalam, karena posisi tekanan udara di Laut Selatan Jawa sudah bergerak ke barat arah Samudera Hindia. Sehingga sudah menjauh dari Pulau Jawa,” katanya, kemarin.
Reni memaparkan, masih ada potensi hujan ekstrem, terutama di daerah pegunungan maupun dataran rendah. Karena itu, dia meminta masyarakat tetap waspada karena ratarata musim hujan ini hingga April. “Musim peralihan baru jatuh pada Mei, memang puncak musim hujan itu pada Januari, tapi setelah Januari tetap harus tetap waspada,” katanya.
Kepala BPBD Pemprov Jateng Sarwa Pramana mengatakan, hujan lebat yang terjadi Kamis lalu, selain mengakibatkan banjir di Kota Semarang, juga terjadi bencana longsor di beberapa daerah di Jateng. “Kalau banjir, yang paling parah hanya Kota Semarang,” katanya.
Adapun daerah yang terjadi bencana longsor akibat hujan lebat itu, di antaranya Banjarnegara, Karanganyar, Cilacap, Kudus, Wonosobo, danPekalongan. Meskipun demikian, longsor itu tidak sampai mengakibatkan korban jiwa. “Kalau longsor yang kecil-kecil setiap hari ada terutama di daerah Banjarnegara dan Wonosobo,” ujarnya.
Sementara di Kendal, banjir kembali merendam sembilan kelurahan di Kecamatan Kendal, kemarin. Banjir diakibatkan hujan deras yang mengguyur sejak Kamis (12/2) siang. Sembilan kelurahan yang dilanda banjir adalah Kelurahan Trompo, Kebondalem, Kalibuntu, Langenharjo, Pegulon, Ngilir, Patukangan, Balok, dan Bandengan. Ketinggian air mencapai 40 cm-60 cm.
Selain itu, air juga menggenangi wilayah alun-alun dan kompleks kantor bupati. Kasi Kasi Kesiapsiagaan bencana BPBD Kabupaten Kendal, Slamet mengakui, wilayah Kendal memang rawan terjadi banjir saat musim hujan. “Bencana yang rawan terjadi di Kendal, yakni longsor dan banjir,” katanya.
M abduh/Amin fauzi/ Andik sismanto/ Ahmad antoni/ Muh slamet/ Prahayuda f/ Wikha setiawan/ Eka setiawan
(ftr)