Tabanan, Kawasan Paling Miskin di Bali
A
A
A
TABANAN - Wakil Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya menyatakan, bahwa pada tahun 2014, tingkat kemiskinan di Kabupaten Tabanan, mencapai 5,21%. Angka tersebut, jauh lebih besar dari angka provinsi yang hanya 4,49%.
“Dengan angka tersebut, kami harus lebih bekerja keras lagi dalam mengentaskan kemiskinan di Tabanan,” ungkapnya, saat bertemu dengan Gubernur Bali I Made Mangku Pastika, di Tabanan, Jumat (13/2/2015).
Selanjutnya, mengenai program Bedah Rumah, Sanjaya menyatakan dari sekitar 5.000 rumah tidak layak huni, 2.065 di antaranya telah memperoleh bantuan bedah rumah yang sumber dananya berasal dari APBN, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten.
"Dalam bidang kesehatan, terdapat lima permaslahan mendasar yang dialami oleh Kabupaten Tabanan, di antaranya kurangnya kamar rawat inap yang dimiliki oleh RSUD Tabanan," jelasnya.
Dia menambahkan, hanya terdapat lima puskesmas rawat inap, dari 20 puskesmas keseluruhan di Tabanan. Akses yang masih sulit, fasilitas yang kurang mendukung, dan terdapat 37% puskesmas pembantu yang rusak berat.
"Untuk Gerbangsadu, Pemkab Tabanan telah mensinergikannya dengan program milik Pemkab Tabanan, yaitu Keramba Emas (Keratif Bersama Membangun Ekonomi Masyarakat)," ungkapnya.
Sementara di bidang pertanian, dari 69 simantri yang ada di Tabanan, hanya 43% yang berfungsi dengan baik.
Menanggapi hal itu, Gubernur Bali I Made Mangku Pastika menyatakan, berdasarkan data BPS, terdapat dua pengeluaran yang menyebabkan masyarakat miskin, yakni pengeluaran makanan, dan non makanan.
"Untuk faktor makanan yang paling tinggi itu adalah beras, dan yang kedua rokok. Untuk non makanan, pengeluarannya adalah perumahan dan yang kedua adalah upacara adat, dan agama," jelasnya.
Menurut Pastika, meskipun provinsi memiliki dana yang cukup untuk program-program seperti simantri maupun gerbangsadu, namun Pastika tidak bisa memberikan bantuan secara sembarang.
Karena masih banyak desa-desa yang belum siap untuk melaksanakan atau mengelola dana dari program-program tersebut. Selanjutnya, dia juga minta kepada seluruh kepala desa agar data mengenai kondisi masyarakat dilaporkan secara obyektif.
“Dengan data yang obyektif, maka segala bantuan dipastikan akan dapat disalurkan dengan tepat sasaran,” ungkapnya.
Pastika juga menyampaikan untuk tahun 2015 ini, bantuan yang akan diperoleh Kabupaten Tabanan yaitu untuk JKBM memperoleh dana sharing sebesar Rp18,9 miliar dari provinsi, dan 104 unit bedah rumah.
"Serta, delapan gapoktan memperoleh simantri, dan empat desa yang akan memerima Gerbangsadu. Untuk pendidikan, Kabupaten Tabanan memperoleh bantuan dana dalam bentuk hibah maupun bansos sebesar Rp17,9 miliar," pungkasnya.
“Dengan angka tersebut, kami harus lebih bekerja keras lagi dalam mengentaskan kemiskinan di Tabanan,” ungkapnya, saat bertemu dengan Gubernur Bali I Made Mangku Pastika, di Tabanan, Jumat (13/2/2015).
Selanjutnya, mengenai program Bedah Rumah, Sanjaya menyatakan dari sekitar 5.000 rumah tidak layak huni, 2.065 di antaranya telah memperoleh bantuan bedah rumah yang sumber dananya berasal dari APBN, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten.
"Dalam bidang kesehatan, terdapat lima permaslahan mendasar yang dialami oleh Kabupaten Tabanan, di antaranya kurangnya kamar rawat inap yang dimiliki oleh RSUD Tabanan," jelasnya.
Dia menambahkan, hanya terdapat lima puskesmas rawat inap, dari 20 puskesmas keseluruhan di Tabanan. Akses yang masih sulit, fasilitas yang kurang mendukung, dan terdapat 37% puskesmas pembantu yang rusak berat.
"Untuk Gerbangsadu, Pemkab Tabanan telah mensinergikannya dengan program milik Pemkab Tabanan, yaitu Keramba Emas (Keratif Bersama Membangun Ekonomi Masyarakat)," ungkapnya.
Sementara di bidang pertanian, dari 69 simantri yang ada di Tabanan, hanya 43% yang berfungsi dengan baik.
Menanggapi hal itu, Gubernur Bali I Made Mangku Pastika menyatakan, berdasarkan data BPS, terdapat dua pengeluaran yang menyebabkan masyarakat miskin, yakni pengeluaran makanan, dan non makanan.
"Untuk faktor makanan yang paling tinggi itu adalah beras, dan yang kedua rokok. Untuk non makanan, pengeluarannya adalah perumahan dan yang kedua adalah upacara adat, dan agama," jelasnya.
Menurut Pastika, meskipun provinsi memiliki dana yang cukup untuk program-program seperti simantri maupun gerbangsadu, namun Pastika tidak bisa memberikan bantuan secara sembarang.
Karena masih banyak desa-desa yang belum siap untuk melaksanakan atau mengelola dana dari program-program tersebut. Selanjutnya, dia juga minta kepada seluruh kepala desa agar data mengenai kondisi masyarakat dilaporkan secara obyektif.
“Dengan data yang obyektif, maka segala bantuan dipastikan akan dapat disalurkan dengan tepat sasaran,” ungkapnya.
Pastika juga menyampaikan untuk tahun 2015 ini, bantuan yang akan diperoleh Kabupaten Tabanan yaitu untuk JKBM memperoleh dana sharing sebesar Rp18,9 miliar dari provinsi, dan 104 unit bedah rumah.
"Serta, delapan gapoktan memperoleh simantri, dan empat desa yang akan memerima Gerbangsadu. Untuk pendidikan, Kabupaten Tabanan memperoleh bantuan dana dalam bentuk hibah maupun bansos sebesar Rp17,9 miliar," pungkasnya.
(san)