Rentetan Bencana Landa DIY
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Bencana tanah longsor dan angin puting beliung melanda beberapa wilayah di DIY. Hujan deras yang mengguyur merata menyebabkan rentetan bencana. Di Gunungkidul ada dua kecamatan, yakni Gedangsari dan Tanjungsari terjadi tanah longsor dan angin puting beliung.
Di Kecamatan Tanjungsari sedikitnya 18 rumah di kawasan Pantai Krakal Desa Ngestirejo disapu angin puting beliung pada Rabu (11/2) malam sekitar pukul 21.00 WIB. Beberapa atap rumah warga terbang sehingga membuat warga berhamburan keluar rumah. “Awalnya hanya angin kencang, namun tiba-tiba angin berputar dan menyapu asbes dan genteng,” ucap Sakih, warga Pantai Krakal, kemarin.
Di Kecamatan Gedangsari, bencana tanah longos juga mengakibatkan sebuah rumah rata dengan tanah. Rumah milik Sutrisno Widodo, 53, warga Dusun Suruh, Desa Hargomulyo, rata dengan tanah setelah tertimpa material longsoran dari tebing yang ada di belakang rumah pada Rabu (11/2) petang sekitar pukul 18.00 WIB.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Namun, Sutrisno beserta istri dan satu anaknya terpaksa me ngungsi di tempat orang tuanya lantaran rumahnya tidak bisa digunakan. Menurut penuturan Sutrisno, bencana ini diawali dengan hujan deras sejak siang hari. Ketika petang hari, dia merasakan rekahan tanah di bawah bukit belakang rumahnya terus membesar.
Petani ini pun bergegas ke belakang rumah dalam kondisi masih hujan. Dia mencoba membuat parit dengan alat cangkul untuk mengarahkan aliran air agar tidak masuk rumahnya. “Belum lama saya membuat parit, ternyata dari atas, bukit dengan ketinggian puluhan meter tiba-tiba longsor. Saya langsung berteriak dan meminta anak istri saya lari keluar rumah,” tuturnya kepada wartawan, kemarin.
Dia kemudian lari tungganglanggang menyelamatkan diri. Tak lama kemudian dia menyaksikan rumahnya tersapu material longsor dari bukit belakang rumah hingga ambruk dan rata dengan tanah. “Hanya hitungan menit, rumah saya habis terkena longsoran,” katanya.
Warga yang mendengar teriakan Sutrisno pun bergegas mendatangi rumah itu. Untuk tahap awal mereka mengeluarkan beberapa benda yang bisa diselamatkan seperti kasur dan juga dipan (tempat tidur). Pagi hari, warga kembali melakukan kerja bakti dibantu petugas dari TNI dan Polsek Gedangsari. Namun, mereka harus menunggu material lantaran rumah berbentuk limas dengan dinding anyaman bambu itu sulit kembali didirikan.
Selain di Dusun Suruh, bencana tanah longsor juga terjadi di beberapa lokasi lain di wilayah Gedangsari, yakni di Dusun Jatirejo, Ngasinan, Pace A, Mang li, Desa Hargomulyo. Kemudian di Desa Tegalrejo juga satu rumah rusak dan di Desa Mertelu ada tiga rumah mengalami kerusakan akibat tanah longsor.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, Budhi Harjo mengatakan, pihaknya langsung menerjunkan Tim Reaksi Cepat (TRC) menuju beberapa lokasi kejadian bencana. Selain bantuan relawan dan peralatan kerja bakti, BPBD juga menyerahkan bantuan berupa makanan kepada korban bencana. “Kami langsung kelokasi dan bantuan langsung kami serahkan,” ucapnya.
Tak hanya di Gunungkidul, musibah tanah longsor juga terjadi Kulonprogo tepatnya di wilayah Samigaluh. Setidaknya ada lima rumah warga tertimpa longsoran tanah. Meski tidak ada korban jiwa, salah satu rumah warga mengalami kerusakan parah. Musibah longsor ini menimpa dinding permanen rumah Sudrajat, warga Magermalang, Gerbosari.
Selain itu, juga menimpa dapur milik Muharjani, tetangganya. Di Keceme, Gerbosari, rumah milik Rohman menjadi korban. BPBD juga mencatat ada longsor di Dusun Kaliduren, Desa Kebonharjo, yang menimpa rumah Sumiyem dan rumah Minrejo di Dusun Wonogiri, Desa Sidoharjo. “Ada beberapa titik longsoran dan ada empat rumah yang mengalami kerusakan,” kata Staf Darurat dan Logistik BPBD Kulonprogo Agus Sujarwo.
BPBD juga meminta warga lebih waspada mengantisipasi ancaman longsor susulan. Intensitas hujan cukup tinggi dan rawan menimbulkan tanah longsor. Jika memang ada tanda- tanda, warga diminta mengungsi sementara ke daerah aman. Salah satu korban Sudrajat mengaku, musibah ini terjadi dini hari saat hujan deras mengguyur kawasan ini. Saat kejadian dia berada di rumah dan mendengar suara gemuruh dari atas bukit.
Material longsoran mengakibatkan dinding permanen rumahnya hingga ambrol. “Sementara akan mengungsi dulu, kedaerah aman,” ujarnya. Untuk membersihkan material, warga bersama dengan apa rat kepolisian, TNI, dan Tagana, melakukan kerja bakti. BPBD juga menyalurkan bantuan logistik untuk membantu warga yang melakukan kerja bakti. Hujan deras juga menyebabkan bencana di wilayah Bantul.
Selain longsor ada juga tanah ambles dan pertemuan Sungai Opak dan Kaligawe meluap masuk ke permukiman. Anggota Forum Masyarakat Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Kecamatan Piyungan, Ahmad Yani menuturkan, hujan di kawasan Piyungan, Kamis sore, memang sangat deras. Beberapa titik di Desa Srimartani juga longsor. Tebing-tebing dan talud jalan tak kuat menahan gerusan air sehingga longsor. “Ada tiga titik yang longsor,” tuturnya.
Di Dusun Kemloko, RT 01 Desa Srimartani, tebing setinggi 10 meter sepanjang 8 meter longsor menimpa sebuah rumah milik Ahmad Subekti, 43. Longsoran tebing itu menimpa bagian belakang rumah Ahmad namun dindingnya belum sempat jebol. Di Dusun Rejosari atau masih di desa yang sama, tanah tebing yang berada di belakang rumah Sagiman, 27, ambles kirakira 50 cm.
Tebing setinggi 5 meter ambles sepanjang 8 meter ini jika longsor dapat mengakibatkan bagian belakang rumah Sadiman turut terbawa. “Kami sudah melaporkan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD),” ujarnya. Untuk sementara pihaknya membersihkan pohon-pohon yang berada di belakang rumah Sadiman agar beban tanah berkurang.
Pihaknya juga meminta bantuan terpal ke BPBD menutupi dan menahan tanah yang ambles itu agar ketika ada hujan tidak longsor. Selain di rumah Sadiman, talud jalan raya Dusun Rejosari setinggi 4 meter longsor sepanjang 6 meter.
Akibatnya, saluran air di bawahnya mampat dan menggenang karena tidak bisa melewati longsoran itu. “Tetapi meski longsor di dekat rumah mereka, Ahmad dan Sadiman tidak mengungsi. Mereka masih nyaman tinggal di rumahnya,” katanya.
Sementara warga di Dusun Bintaran, Desa Srimulyo, Kecamat an Piyungan, mulai waspada. Sebab air dari pertemuan dua sungai masing-masing Sungai Opak dan Kaligawe mulai meluap. Air sudah memasuki permukiman warga sekitar 20 cm. “Sekitar pukul 17.00 WIB sudah meluap. Sekarang warga siaga takut air semakin tinggi,” ujar Imam Prasetyo, warga setempat.
Sementara itu Kepala BPBD Sleman, Julisetiono Dwi Wasito me minta warga Sleman untuk mewaspadai terjadinya bencana longsor, angin kencang hingga petir. BPBD Sleman sendiri senantiasa siap dan terus melakukan pemantauan jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
“Selain itu, untuk menghindari terjadinya korban, sekitar daerah yang sudah terjadi bencana juga perlu disterilkan. Meskipun untuk tindakan ini tetap harus melului kajian,” ungkap mantan kepala dinas tenaga kerja dan sosial (Disnakersos) Sleman ini di ruang kerjanya, kemarin.
Terpisah, BPBD DIY mencatat sudah ada 13 kepala keluarga (KK) yang meminta relokasi sejak bencana alam musim hujan terjadi tahun ini. BPBD DIY menyediakan 28 unit rumah dari APBD DIY pada 2015 ini.
Kepala BPBD DIY Gatot Saptadi mengatakan, sudah ada warga yang mengakses 28 unit rumah yang disediakan BPBD DIY. "Di Imogiri Bantul ada enam rumah, Gunungkidul tujuh rumah," katanya di Ke pa tihan Yogyakarta, kemarin.
Suharjono/kuntadi/ Erfanto linangkung/ Priyo setyawan/ Ridwan anshori
Di Kecamatan Tanjungsari sedikitnya 18 rumah di kawasan Pantai Krakal Desa Ngestirejo disapu angin puting beliung pada Rabu (11/2) malam sekitar pukul 21.00 WIB. Beberapa atap rumah warga terbang sehingga membuat warga berhamburan keluar rumah. “Awalnya hanya angin kencang, namun tiba-tiba angin berputar dan menyapu asbes dan genteng,” ucap Sakih, warga Pantai Krakal, kemarin.
Di Kecamatan Gedangsari, bencana tanah longos juga mengakibatkan sebuah rumah rata dengan tanah. Rumah milik Sutrisno Widodo, 53, warga Dusun Suruh, Desa Hargomulyo, rata dengan tanah setelah tertimpa material longsoran dari tebing yang ada di belakang rumah pada Rabu (11/2) petang sekitar pukul 18.00 WIB.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Namun, Sutrisno beserta istri dan satu anaknya terpaksa me ngungsi di tempat orang tuanya lantaran rumahnya tidak bisa digunakan. Menurut penuturan Sutrisno, bencana ini diawali dengan hujan deras sejak siang hari. Ketika petang hari, dia merasakan rekahan tanah di bawah bukit belakang rumahnya terus membesar.
Petani ini pun bergegas ke belakang rumah dalam kondisi masih hujan. Dia mencoba membuat parit dengan alat cangkul untuk mengarahkan aliran air agar tidak masuk rumahnya. “Belum lama saya membuat parit, ternyata dari atas, bukit dengan ketinggian puluhan meter tiba-tiba longsor. Saya langsung berteriak dan meminta anak istri saya lari keluar rumah,” tuturnya kepada wartawan, kemarin.
Dia kemudian lari tungganglanggang menyelamatkan diri. Tak lama kemudian dia menyaksikan rumahnya tersapu material longsor dari bukit belakang rumah hingga ambruk dan rata dengan tanah. “Hanya hitungan menit, rumah saya habis terkena longsoran,” katanya.
Warga yang mendengar teriakan Sutrisno pun bergegas mendatangi rumah itu. Untuk tahap awal mereka mengeluarkan beberapa benda yang bisa diselamatkan seperti kasur dan juga dipan (tempat tidur). Pagi hari, warga kembali melakukan kerja bakti dibantu petugas dari TNI dan Polsek Gedangsari. Namun, mereka harus menunggu material lantaran rumah berbentuk limas dengan dinding anyaman bambu itu sulit kembali didirikan.
Selain di Dusun Suruh, bencana tanah longsor juga terjadi di beberapa lokasi lain di wilayah Gedangsari, yakni di Dusun Jatirejo, Ngasinan, Pace A, Mang li, Desa Hargomulyo. Kemudian di Desa Tegalrejo juga satu rumah rusak dan di Desa Mertelu ada tiga rumah mengalami kerusakan akibat tanah longsor.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, Budhi Harjo mengatakan, pihaknya langsung menerjunkan Tim Reaksi Cepat (TRC) menuju beberapa lokasi kejadian bencana. Selain bantuan relawan dan peralatan kerja bakti, BPBD juga menyerahkan bantuan berupa makanan kepada korban bencana. “Kami langsung kelokasi dan bantuan langsung kami serahkan,” ucapnya.
Tak hanya di Gunungkidul, musibah tanah longsor juga terjadi Kulonprogo tepatnya di wilayah Samigaluh. Setidaknya ada lima rumah warga tertimpa longsoran tanah. Meski tidak ada korban jiwa, salah satu rumah warga mengalami kerusakan parah. Musibah longsor ini menimpa dinding permanen rumah Sudrajat, warga Magermalang, Gerbosari.
Selain itu, juga menimpa dapur milik Muharjani, tetangganya. Di Keceme, Gerbosari, rumah milik Rohman menjadi korban. BPBD juga mencatat ada longsor di Dusun Kaliduren, Desa Kebonharjo, yang menimpa rumah Sumiyem dan rumah Minrejo di Dusun Wonogiri, Desa Sidoharjo. “Ada beberapa titik longsoran dan ada empat rumah yang mengalami kerusakan,” kata Staf Darurat dan Logistik BPBD Kulonprogo Agus Sujarwo.
BPBD juga meminta warga lebih waspada mengantisipasi ancaman longsor susulan. Intensitas hujan cukup tinggi dan rawan menimbulkan tanah longsor. Jika memang ada tanda- tanda, warga diminta mengungsi sementara ke daerah aman. Salah satu korban Sudrajat mengaku, musibah ini terjadi dini hari saat hujan deras mengguyur kawasan ini. Saat kejadian dia berada di rumah dan mendengar suara gemuruh dari atas bukit.
Material longsoran mengakibatkan dinding permanen rumahnya hingga ambrol. “Sementara akan mengungsi dulu, kedaerah aman,” ujarnya. Untuk membersihkan material, warga bersama dengan apa rat kepolisian, TNI, dan Tagana, melakukan kerja bakti. BPBD juga menyalurkan bantuan logistik untuk membantu warga yang melakukan kerja bakti. Hujan deras juga menyebabkan bencana di wilayah Bantul.
Selain longsor ada juga tanah ambles dan pertemuan Sungai Opak dan Kaligawe meluap masuk ke permukiman. Anggota Forum Masyarakat Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Kecamatan Piyungan, Ahmad Yani menuturkan, hujan di kawasan Piyungan, Kamis sore, memang sangat deras. Beberapa titik di Desa Srimartani juga longsor. Tebing-tebing dan talud jalan tak kuat menahan gerusan air sehingga longsor. “Ada tiga titik yang longsor,” tuturnya.
Di Dusun Kemloko, RT 01 Desa Srimartani, tebing setinggi 10 meter sepanjang 8 meter longsor menimpa sebuah rumah milik Ahmad Subekti, 43. Longsoran tebing itu menimpa bagian belakang rumah Ahmad namun dindingnya belum sempat jebol. Di Dusun Rejosari atau masih di desa yang sama, tanah tebing yang berada di belakang rumah Sagiman, 27, ambles kirakira 50 cm.
Tebing setinggi 5 meter ambles sepanjang 8 meter ini jika longsor dapat mengakibatkan bagian belakang rumah Sadiman turut terbawa. “Kami sudah melaporkan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD),” ujarnya. Untuk sementara pihaknya membersihkan pohon-pohon yang berada di belakang rumah Sadiman agar beban tanah berkurang.
Pihaknya juga meminta bantuan terpal ke BPBD menutupi dan menahan tanah yang ambles itu agar ketika ada hujan tidak longsor. Selain di rumah Sadiman, talud jalan raya Dusun Rejosari setinggi 4 meter longsor sepanjang 6 meter.
Akibatnya, saluran air di bawahnya mampat dan menggenang karena tidak bisa melewati longsoran itu. “Tetapi meski longsor di dekat rumah mereka, Ahmad dan Sadiman tidak mengungsi. Mereka masih nyaman tinggal di rumahnya,” katanya.
Sementara warga di Dusun Bintaran, Desa Srimulyo, Kecamat an Piyungan, mulai waspada. Sebab air dari pertemuan dua sungai masing-masing Sungai Opak dan Kaligawe mulai meluap. Air sudah memasuki permukiman warga sekitar 20 cm. “Sekitar pukul 17.00 WIB sudah meluap. Sekarang warga siaga takut air semakin tinggi,” ujar Imam Prasetyo, warga setempat.
Sementara itu Kepala BPBD Sleman, Julisetiono Dwi Wasito me minta warga Sleman untuk mewaspadai terjadinya bencana longsor, angin kencang hingga petir. BPBD Sleman sendiri senantiasa siap dan terus melakukan pemantauan jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
“Selain itu, untuk menghindari terjadinya korban, sekitar daerah yang sudah terjadi bencana juga perlu disterilkan. Meskipun untuk tindakan ini tetap harus melului kajian,” ungkap mantan kepala dinas tenaga kerja dan sosial (Disnakersos) Sleman ini di ruang kerjanya, kemarin.
Terpisah, BPBD DIY mencatat sudah ada 13 kepala keluarga (KK) yang meminta relokasi sejak bencana alam musim hujan terjadi tahun ini. BPBD DIY menyediakan 28 unit rumah dari APBD DIY pada 2015 ini.
Kepala BPBD DIY Gatot Saptadi mengatakan, sudah ada warga yang mengakses 28 unit rumah yang disediakan BPBD DIY. "Di Imogiri Bantul ada enam rumah, Gunungkidul tujuh rumah," katanya di Ke pa tihan Yogyakarta, kemarin.
Suharjono/kuntadi/ Erfanto linangkung/ Priyo setyawan/ Ridwan anshori
()