Pohon Tertua Berusia 125 Tahun, Hasilkan 290 Buah per Musim

Rabu, 11 Februari 2015 - 14:57 WIB
Pohon Tertua Berusia...
Pohon Tertua Berusia 125 Tahun, Hasilkan 290 Buah per Musim
A A A
Saat musim durian tiba, pencinta buah berkulit duri tajam ini bak laron di musim hujan. Mereka memburunya di pasar-pasar, toko, pinggir jalan, bahkan di rumah warga. Tak jarang juga mereka berburu hingga ke kebun-kebun durian langsung.

Salah satu lokasi yang sering didatangi pemburu durian adalah Agrowisata milik H Djahuri yang berlokasi di Dusun Langensari, Kelurahan Wonolopo, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Lokasinya begitu sejuk. Kebun durian ini sekarang dikembangkan oleh Udoyo,77, dan anaknya Agus Wisnu Aji, 48. Ratusan pohon durian dari berbagai varietas tumbuh di lahan seluas tujuh hektare.

Usianya pun sudah ratusan tahun. Beragam jenis durian ada di tempat ini, di antaranya durian dondong, kuning, bagong, roti, pogang, durian temanggung, dan mentega serta pengembangan durian jenis soca. Setiap pohon bisa menghasilkan ratusan buah. Harga per kilogram dibanderol mulai Rp15.000 dan untuk durian super Rp100.000. Salah satu pohon durian tertua di Agrowisata H Djahuri ini berusia 125 tahun lebih.

Pohon itu durian dondong (Durio zibetinus murr ), diameternya 40 cm, tinggi pohonnya 30 meter, per musim bisa berbuah hingga 290 buah. Agus Wisnu Aji menuturkan, dulu kakeknya (H Djahuri) menanam semua pohon durian itu dari bijinya (ponge) di atas lahan kurang lebih 66 hektare. Sepeninggalan kakeknya, lahan tersebut dibagi ke anakanaknya yang berjumlah sembilan orang.

“Salah satunya yang terdapat di sini, yang terus kami kembangkan hingga saat ini,” katanya kemarin. Setiap musim durian datang, kebun miliknya selalu dikunjungi para pencinta buah rasa legit ini. Selain buah durian, pengunjung juga bisa menikmati menu olahan buah ini, seperti es krim, es lilin, dan es buah segar. Menu olahan ini dibuat sendiri oleh ibunya, 76.

“Ibu juga mengolah durian menjadi tempoyak.Ke depan ibu ingin mengolah durian menjadi lempok. Kami selalu berinovasi, apalagi kalau musim durian seperti ini buahnya banyak, jadi bisa coba-coba bikin menu baru,” tutur pria yang bekerja di sebuah bank ini. Udoyo menambahkan, kebun durian tersebut juga dipadukan dengan agrolearning atau pembelajaran alam dengan program unggulan outbound untuk anak-anak.

Kegiatan ini ditekankan pada tiga unsur yaitu pendidikan, rekreasi, dan olahraga dengan menggunakan hutan durian sebagai media dan pelatihan (outdoor training ). “Beberapa waktu lalu murid SD Isriati ke sini belajar budi daya durian, mereka menanam sendiri ponge duriannya, ada juga SD Plumbon,” tuturnya. Kendati durian monthong juga enak, tapi Udoyo tidak mengembangkan jenis ini. Bagi kakek tujuh cucu ini, durian monthong tidak sebagus durian lokal.

“Saya ingin memajukan buah yang berasal dari lokal saja, karena buah durian lokal itu bagus dan tahan kondisi cuaca seperti apapun. Lihat saja di sini ada pohon yang berumur 125 tahun, ada yang 90 tahun, 70 tahunan, padahal ini dari pongenya,” ujar Udoyo yang dibantu oleh lima pekerja dalam mengelola kebunnya tersebut. Jika pohon durian lokal dipelihara dengan baik, dipenuhi kebutuhannya, maka dalam jangka waktu enam tahun sudah bisa berbuah.

“Saudara saya pernah mengembangkan durian monthong, tapi kenyataannya yang bertahan malah durian lokal yang saya kembangkan. Karena itu saya ingin terus mengembangkan buah lokal,” tandasnya. Dianita, 30, warga Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang mengatakan, setiap musim durian tiba dia bersama keluarga selalu mendatangi Kebuh Durian H Djahuri. Selain tempatnya asyik, anakanaknya juga bisa bermain. “Pemilik juga membuka warung makan, jadi kalau dari rumah belum makan, bisa makan nasi dulu,” katanya.

M ABDUH
Kota Semarang
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8099 seconds (0.1#10.140)