Jelang Imlek, Perajin Kue Keranjang Banjir Pesanan
A
A
A
TEGAL - Kue keranjang tak bisa dilepaskan dari Tahun Baru Imlek. Perajin kue keranjang di Kota Tegal pun kebanjiran pesanan pembuatan kue khas Imlek itu dari berbagai daerah.
Salah satu perajin kue keranjang di Kelurahan Pekauman, Kecamatan Tegal Barat Mindayani Wirjono, 75, mengatakan pesanan kue keranjang sudah mulai berdatangan sejak Ja - nuari. “Dua pekan sebelum Imlek mulai bertambah ramai,” ungkapnya kemarin. Mindayani sudah menggeluti bisnis rumahan pembuatan kue keranjang sejak 30 tahun yang lalu.
Tiap menjelang Imlek, rumahnya yang berada di Jalan Blimbing Nomor 84, Kelurahan Pekauman diwarnai kesibukan proses pembuatan kue itu. “Pembuatannya hanya saat mau Imlek saja. Setelah Imlek ya libur karena pesanan datang hanya sebelum Imlek,” ucapnya.
Untuk memenuhi pesanan yang terus berdatangan tiap hari, Mindayani tiap hari mempekerjakan 13-15 orang karyawan. Mereka berbagi tugas mulai dari membuat adonan kue dari tepung ketan dan gula pu tih, memasukan ke cetakan, hingga mengukus. “Dalam sehari pesanan pembuatan bisa 200-275 kilogram. Kalau sekali pembuatan lamanya 4-6 jam. Yang lama itu mengukusnya,” ucapnya.
Pesanan kue keranjang bermerek “Sido Makmur” itu tidak hanya datang dari Kota Tegal dan sekitarnya, tapi juga berbagai daerah lain seperti Cirebon, Solo, Semarang, hingga Bandung. Sekali pengiriman bisa mencapai 100 dus, dengan tiap satu dus berisi 10 kilogram kue keranjang. “Dari luar Jawa sampai Lampung pernah. Kalau yang mesan Tegal ada yang datang sendiri,” ujar Mindayani.
Ada lima rasa kue keranjang yang dibuat Mindayani, yakni rasa orisinal, stroberi, vanila, kakao, dan panda. “Harga yang rasa orisinal Rp16.000 per kilo, stroberi Rp17.000, kakao Rp20.000, pan dan Rp17.000. Yang paling banyak dicari yang orisinal,” ucapnya.
Selain variasi rasa, Mindayani memastikan kue ke ranjang yang dibuatnya mampu bertahan hingga satu tahun asalkan disimpan dengan baik. “Kalau tidak kemasukan air atau bungkusnya tidak rusak ya bisa tahan lama,” tandasnya.
Salah seorang pembeli, Sari, 39, mengaku sudah menjadi tra disi untuk menyediakan kue keranjang untuk menyambut Tahun Baru Imlek. “Sudah tradisi keluarga harus ada kue keranjang. Beli di sini juga karena sudah menjadi langganan tiap kali Imlek,” katanya.
Farid Firdaus
Salah satu perajin kue keranjang di Kelurahan Pekauman, Kecamatan Tegal Barat Mindayani Wirjono, 75, mengatakan pesanan kue keranjang sudah mulai berdatangan sejak Ja - nuari. “Dua pekan sebelum Imlek mulai bertambah ramai,” ungkapnya kemarin. Mindayani sudah menggeluti bisnis rumahan pembuatan kue keranjang sejak 30 tahun yang lalu.
Tiap menjelang Imlek, rumahnya yang berada di Jalan Blimbing Nomor 84, Kelurahan Pekauman diwarnai kesibukan proses pembuatan kue itu. “Pembuatannya hanya saat mau Imlek saja. Setelah Imlek ya libur karena pesanan datang hanya sebelum Imlek,” ucapnya.
Untuk memenuhi pesanan yang terus berdatangan tiap hari, Mindayani tiap hari mempekerjakan 13-15 orang karyawan. Mereka berbagi tugas mulai dari membuat adonan kue dari tepung ketan dan gula pu tih, memasukan ke cetakan, hingga mengukus. “Dalam sehari pesanan pembuatan bisa 200-275 kilogram. Kalau sekali pembuatan lamanya 4-6 jam. Yang lama itu mengukusnya,” ucapnya.
Pesanan kue keranjang bermerek “Sido Makmur” itu tidak hanya datang dari Kota Tegal dan sekitarnya, tapi juga berbagai daerah lain seperti Cirebon, Solo, Semarang, hingga Bandung. Sekali pengiriman bisa mencapai 100 dus, dengan tiap satu dus berisi 10 kilogram kue keranjang. “Dari luar Jawa sampai Lampung pernah. Kalau yang mesan Tegal ada yang datang sendiri,” ujar Mindayani.
Ada lima rasa kue keranjang yang dibuat Mindayani, yakni rasa orisinal, stroberi, vanila, kakao, dan panda. “Harga yang rasa orisinal Rp16.000 per kilo, stroberi Rp17.000, kakao Rp20.000, pan dan Rp17.000. Yang paling banyak dicari yang orisinal,” ucapnya.
Selain variasi rasa, Mindayani memastikan kue ke ranjang yang dibuatnya mampu bertahan hingga satu tahun asalkan disimpan dengan baik. “Kalau tidak kemasukan air atau bungkusnya tidak rusak ya bisa tahan lama,” tandasnya.
Salah seorang pembeli, Sari, 39, mengaku sudah menjadi tra disi untuk menyediakan kue keranjang untuk menyambut Tahun Baru Imlek. “Sudah tradisi keluarga harus ada kue keranjang. Beli di sini juga karena sudah menjadi langganan tiap kali Imlek,” katanya.
Farid Firdaus
(ftr)