Banjir Terjang 4 Desa, 150 Rumah Terendam
A
A
A
KAJEN - Puncak musim hujan yang diprediksi berlangsung Februari ini mulai menimbulkan bencana banjir bandang di beberapa daerah di Jawa Tengah.
Kemarin, banjir melanda wilayah Kabupaten Pekalongan dan Jepara. Empat desa di Kecamatan Bojong dan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan, diterjang banjir bandang yang terjadi kemarin petang. Banjir bandang terjadi akibat luapan Sungai Gembong di Desa Duet, Kecamatan Bojong.
Menurut penuturan sejumlah warga, banjir mulai terjadi sekitar pukul 16.00 WIB. “Awalnya turun hujan deras sekitar jam 14.00 WIB selama empat jam. Saking derasnya, Sungai Gembong meluap dan air mulai masuk ke jalan raya dan permukiman warga,” kata Kismani, 40, warga Desa Duwet.
Dia mengungkapkan, ketinggian air mencapai 50-90 cm sehingga akses jalan dari jalur pantura menuju pusat kota di Kabupaten Pekalongan lumpuh total. “Ini mungkin yang paling besar dibanding tahun tahun sebelumnya. Air menutup jalan dari Jembatan Gembong ke utara sepanjang sekitar 600 meter sehingga akses jalan dari Kajen menuju Wiradesa atau sebaliknya lumpuh,” katanya.
Salah satu korban banjir, Awal Ba’do, 34, warga Desa Wonokerto, Kecamatan Wonokerto, mengaku motornya mogok saat berusaha menerobos genangan air. “Saya kerja di SMA 1 Kajen mau pulang ke Wonokerto, tapi terhadang banjir. Karena takut kemalaman, jadi saya nekat menerjang banjir, nggak tahunya semakin ke utara ternyata semakin tinggi airnya. Jadi motor saya mogok di tengah-tengah banjir,” kata staf di SMA 1 Kajen itu.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pekalongan Bambang Sujatmiko membenarkan empat desa di dua kecamatan terendam air. “Di Kecamatan Bojong yang terendam adalah Desa Wangandowo, Desa Duwet, dan Desa Randumukti Wareng. Sedangkan di Kecamatan Karanganyar yang terkena banjir adalah Desa Kayuguritan,” katanya.
Dia mengungkapkan, banjir bandang itu merendam sekitar 150 rumah warga ke empat desa itu. Bahkan tiga di antara rumah warga di Desa Wangandowo hanyut terbawa air. Sementara di Jepara, banjir kembali merendam wilayah Desa Tegalsambi, Kecamatan Tahunan, dini hari kemarin.
Lebih dari 20 kepala keluarga (KK) yang ada di dua rukun tetangga (RT) terpaksa dievakuasi petugas SAR gabungan dari rumahnya untuk diamankan di tempat lain. Wilayah yang terendam air banjir, yakni RT 9 dan RT 10/RW I Desa Tegalsambi. Dua RT itu dihuni sekitar 225 KK.
Banjir mulai merendam kawasan ini sekitar pukul 03.00 WIB. Banjir diakibatkan luapan sungai atau Kali Cilik yang melintas di Desa Tegalsambi. Kedalaman air bervariasi antara 60cm hingga 1 meter. Petugas SAR pun langsung mengevakuasi warga yang rumahnya berada di titik-titik cekungan.
Warga yang dievakuasi itu dipindah ke sejumlah tempat yang lokasinya lebih tinggi. “Ada yang dibawa ke musala, rumah kerabat, atau lainnya. Ada lebih dari 20 KK yang kita ungsikan,” kata Kepala BPBD Jepara Lulus Suprayetno, kemarin.
Namun, evakuasi tak berlangsung lama. Sebab banjir di dua RT itu terus menyusut. Pukul 07.00 WIB, ketinggian air banjir hanya sekitar mata kaki orang dewasa. Menurut Lulus, kawasan Tegalsambi dan sekitarnya sebenarnya tak diguyur hujan dengan intensitas tinggi. Justru yang diguyur hujan deras adalah kawasan di lereng Pegunungan Muria yang ada di Kabupaten Jepara, seperti daerah Batealit, Bawu, dan sekitarnya.
Air hujan itu tak semuanya masuk ke tanah lantaran titik-titik tangkapan air di kawasan atas dalam kondisi rusak. Karena itu, air hujan langsung masuk ke sungai. Termasuk sejumlah sungai yang mengarah ke Kecamatan Tahunan, seperti Kali Gede, Kali Jrakah, hingga Kali Cilik.
Seperti Desa Mantingan, Tegalsambi, Tlatar, Demangan, Mangunan, Semat, hingga Teluk awur. Rupanya Kali Cilik yang melintas di Desa Tegalsambi tak mampu menampung air di sungai itu. Kondisi ini diperparah lokasi Desa Tegalsambi yang memang berada di titik cekungan sehingga air sungai pun meluap dan menggenangi rumah, jalan, dan sejumlah fasilitas publik lainnya.
Kepala Desa Tegalsambi, Agus Santoso, berharap Pemkab Jepara segera bergerak cepat agar banjir tak lagi merendam wilayahnya. Sebab banjir kali ini merupakan peristiwa ketiga dalam tiga bulan terakhir.
Banjir pertama terjadi pada awal Desember 2014. Lalu banjir kedua menggenangi ratus-an rumah warganya terjadi Januari 2015.
Prahayuda Febrianto/ Muhammad Oliez
Kemarin, banjir melanda wilayah Kabupaten Pekalongan dan Jepara. Empat desa di Kecamatan Bojong dan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan, diterjang banjir bandang yang terjadi kemarin petang. Banjir bandang terjadi akibat luapan Sungai Gembong di Desa Duet, Kecamatan Bojong.
Menurut penuturan sejumlah warga, banjir mulai terjadi sekitar pukul 16.00 WIB. “Awalnya turun hujan deras sekitar jam 14.00 WIB selama empat jam. Saking derasnya, Sungai Gembong meluap dan air mulai masuk ke jalan raya dan permukiman warga,” kata Kismani, 40, warga Desa Duwet.
Dia mengungkapkan, ketinggian air mencapai 50-90 cm sehingga akses jalan dari jalur pantura menuju pusat kota di Kabupaten Pekalongan lumpuh total. “Ini mungkin yang paling besar dibanding tahun tahun sebelumnya. Air menutup jalan dari Jembatan Gembong ke utara sepanjang sekitar 600 meter sehingga akses jalan dari Kajen menuju Wiradesa atau sebaliknya lumpuh,” katanya.
Salah satu korban banjir, Awal Ba’do, 34, warga Desa Wonokerto, Kecamatan Wonokerto, mengaku motornya mogok saat berusaha menerobos genangan air. “Saya kerja di SMA 1 Kajen mau pulang ke Wonokerto, tapi terhadang banjir. Karena takut kemalaman, jadi saya nekat menerjang banjir, nggak tahunya semakin ke utara ternyata semakin tinggi airnya. Jadi motor saya mogok di tengah-tengah banjir,” kata staf di SMA 1 Kajen itu.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pekalongan Bambang Sujatmiko membenarkan empat desa di dua kecamatan terendam air. “Di Kecamatan Bojong yang terendam adalah Desa Wangandowo, Desa Duwet, dan Desa Randumukti Wareng. Sedangkan di Kecamatan Karanganyar yang terkena banjir adalah Desa Kayuguritan,” katanya.
Dia mengungkapkan, banjir bandang itu merendam sekitar 150 rumah warga ke empat desa itu. Bahkan tiga di antara rumah warga di Desa Wangandowo hanyut terbawa air. Sementara di Jepara, banjir kembali merendam wilayah Desa Tegalsambi, Kecamatan Tahunan, dini hari kemarin.
Lebih dari 20 kepala keluarga (KK) yang ada di dua rukun tetangga (RT) terpaksa dievakuasi petugas SAR gabungan dari rumahnya untuk diamankan di tempat lain. Wilayah yang terendam air banjir, yakni RT 9 dan RT 10/RW I Desa Tegalsambi. Dua RT itu dihuni sekitar 225 KK.
Banjir mulai merendam kawasan ini sekitar pukul 03.00 WIB. Banjir diakibatkan luapan sungai atau Kali Cilik yang melintas di Desa Tegalsambi. Kedalaman air bervariasi antara 60cm hingga 1 meter. Petugas SAR pun langsung mengevakuasi warga yang rumahnya berada di titik-titik cekungan.
Warga yang dievakuasi itu dipindah ke sejumlah tempat yang lokasinya lebih tinggi. “Ada yang dibawa ke musala, rumah kerabat, atau lainnya. Ada lebih dari 20 KK yang kita ungsikan,” kata Kepala BPBD Jepara Lulus Suprayetno, kemarin.
Namun, evakuasi tak berlangsung lama. Sebab banjir di dua RT itu terus menyusut. Pukul 07.00 WIB, ketinggian air banjir hanya sekitar mata kaki orang dewasa. Menurut Lulus, kawasan Tegalsambi dan sekitarnya sebenarnya tak diguyur hujan dengan intensitas tinggi. Justru yang diguyur hujan deras adalah kawasan di lereng Pegunungan Muria yang ada di Kabupaten Jepara, seperti daerah Batealit, Bawu, dan sekitarnya.
Air hujan itu tak semuanya masuk ke tanah lantaran titik-titik tangkapan air di kawasan atas dalam kondisi rusak. Karena itu, air hujan langsung masuk ke sungai. Termasuk sejumlah sungai yang mengarah ke Kecamatan Tahunan, seperti Kali Gede, Kali Jrakah, hingga Kali Cilik.
Seperti Desa Mantingan, Tegalsambi, Tlatar, Demangan, Mangunan, Semat, hingga Teluk awur. Rupanya Kali Cilik yang melintas di Desa Tegalsambi tak mampu menampung air di sungai itu. Kondisi ini diperparah lokasi Desa Tegalsambi yang memang berada di titik cekungan sehingga air sungai pun meluap dan menggenangi rumah, jalan, dan sejumlah fasilitas publik lainnya.
Kepala Desa Tegalsambi, Agus Santoso, berharap Pemkab Jepara segera bergerak cepat agar banjir tak lagi merendam wilayahnya. Sebab banjir kali ini merupakan peristiwa ketiga dalam tiga bulan terakhir.
Banjir pertama terjadi pada awal Desember 2014. Lalu banjir kedua menggenangi ratus-an rumah warganya terjadi Januari 2015.
Prahayuda Febrianto/ Muhammad Oliez
(ftr)