Pemakaman Longsor, 23 Jenazah Hanyut

Selasa, 03 Februari 2015 - 13:20 WIB
Pemakaman Longsor, 23 Jenazah Hanyut
Pemakaman Longsor, 23 Jenazah Hanyut
A A A
SUBANG - Sebanyak 23 jenazah yang telah menjadi tengkorak dan kerangka hanyut terbawa arus sungai menyusul longsor menggerus Tempat Pemakaman Umum (TPU) Cikaranginang, Kampung Cikaranginang Kelurahan Cigadung Kecamatan Subang.

Peristiwa longsor pemakaman yang terletak persis di atas tepi Sungai Cikaranginang itu berlangsung bertahap sejak sepekan terakhir akibat guyuran hujan deras. “Setiap hari ada dua hingga tiga makam yang tergerus longsor lalu masuk ke sungai sehingga beberapa jenazah hanyut. Kejadian ini berlangsung terus menerus sejak seminggu terakhir. Total ada 23 makam yang hilang karnea longsor. Dari total 23 jenazah yang hanyut, baru tujuh yang kami temukan lalu kami makamkan kembali,” kata penjaga TPU Cikarang inang Ujang Gondrong kepada KORAN SINDO kemarin.

Menurut dia, TPU Cikaranginang merupakan makam tertua di Subang. Akibat lokasinya di pinggir sungai, areal pemakaman rawan tergerus longsor. Bahkan, pascalongsor sepanjang 100 meter, lebar 15 meter dengan ketinggian 30 meter, yang menggerus 23 makam, ratusan makam lain yang berada di areal TPU tersebut juga terancam tergerus jika terjadi longsor susulan.

Saat ini, ujar dia, pihaknya masih mencari puluhan kerangka dan tulang belulang jenazah yang hilang terbawa arus Sungai Cikaranginang. Kerangka dan tulang belulang itu perkirakan hanyut hingga Pintu Uyuh dan Sungai Cigadung. “Hari ini (kemarin) merupakan pencarian hari kelima. Namun baru beberapa kerangka saja yang ditemukan. Masih banyak kerangka jenazah lain yang hilang,” tutur dia.

Warga sekitar makam, Sudianah, 45, membenarkan, tebing yang diatasnya terdapat ratusan makam tua dan lokasinya persis di atas sungai, mengalami longsor dan menggusur puluhan makam. Longsor dipicu guyuran hujan deras yang berlangsung selama beberapa hari dalam waktu sepekan terakhir. “Areal pemakaman ini memang sudah harus diperbaiki, sebab tebingnya memang rawan longsor. Harusnya tebing itu diperkuat pakai bangunan TPT,”pungkasnya.

Warga Kampung Cikaranginang Kelurahan Cigadung Kecamatan Subang menunjukkan sejumlah makam di TPU Cikaranginang yang rusak tergerus longsor dan menyebabkan jenazah didalamnya hanyut terbawa arus sungai, kemarin. Sementara itu, ribuan hektare sawah milik petani di Desa Sukawera, Leuweunghapit, dan Majasari Kecamatan Ligung dan Lojikobong, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka terendam banjir, kemarin.

Kondisi itu terjadi karena Sungai Cikamangi, Kecamatan Ligung meluap. Akibatnya para petani mengalami kerugian ratusan juta rupiah. Salah seorang petani Casidi mengatakan, jika musim hujan tiba Sungai Cikamangi pasti meluap dan tanaman padi terendam banjir. Masalah banjir tersebut terjadi setiap tahun dan air baru surut setelah empat hari.

Namun, pemerintah daerah maupun instansi terkait lain nya belum menangani masalah klasik ini. Dirinya sudah berulangkali meminta bantuan dari Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWSC) untuk mengatasi persoalan itu. Tapi hingga saat ini, permintaan para petani tidak pernah digubris. “Sudah bosan dengan janjijanji petugas BBWSC, katanya mau menangani masalah meluapnya Sungai Cikamangi. Tapi hingga detik ini belum ada aksi nyata, hanya sebatas omongan belaka,” tutur dia kesal.

Pergerakan Tanah

Puluhan warga korban longsor akibat pergerakan tanah di Kampung/Desa Cikancana, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, panik saat tiba-tiba longsor susulan datang. Warga yang tengah membereskan beberapa barang mereka di sekitar perkampungan terdampak longsor, langsung berhamburan mencari tempat aman. Warga tidak menyangka pergerakan tanah kembali terjadi setelah sebelumnya sempat terhenti.

Besar kemungkinan, pergerakan tanah yang kembali meratakan rumah milik warga, terjadi akibat hujan yang dengan intensitas tinggi kembali mengguyur kawasan daerah longsor sejak Sabtu (31/1) sore. “Awalnya kami ingin menyelamatkan beberapa barang yang masih tersimpan di dalam rumah. Namun tiba-tiba tanah kem bali bergerak dan membuat kami panik serta kembali ke tempat pengungsian di sekolah,” kata Jajang, 43, salah seorang warga.

Jajang menambahkan, pergerakan tanah terjadi sekitar pukul 14.00 WIB, saat hujan besar tiba-tiba mengguyur kawasan pemukiman. Tanah langsung ambles dan bergeser cepat ke bawah. Ada dua rumah yang tiba-tiba ambruk.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur Asep Suhara mengatakan, pihaknya telah memperingatkan warga untuk tidak kembali ke lokasi rumah mereka sementara ini karena kondisi pergerakan tanah masih terjadi.

“Kalau hujan dengan intenistas tinggi masih mengguyur lokasi perkampungan, tentu kemungkinan akan terjadinya longsor susulan sangat besar. Pasalnya, tekstur tanah di sekitar lokasi longsor sangat lempung sehingga mudah terjadi pergerakan,” kata Asep.

Usep Husaeni/ Ade Nurjanah/ Ricky Susan
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7318 seconds (0.1#10.140)