Diajak Nonton Video Porno, Putri TKI Diperkosa

Senin, 02 Februari 2015 - 15:39 WIB
Diajak Nonton Video Porno, Putri TKI Diperkosa
Diajak Nonton Video Porno, Putri TKI Diperkosa
A A A
KENDAL - Seorang bocah berusia lima tahun di Kabupaten Kendal, diperkosa pamannya sendiri, selama ibunya bekerja di luar negeri sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Hongkong, dan bapaknya menjadi Anak Buah Kapal (ABK) di Kalimantan.

Berdasarkan informasi yang terhimpun, peristiwa itu terungkap ketika ibu korban HKS pulang dari Hongkong, sekitar dua bulan lalu. Saat itu, dia melihat tingkah laku anaknya yang aneh.

"Dia suka memperagakan adegan seks di hadapan kami, sambil menunjukkan handphone yang ada video pornonya. Akhirnya kami tanyakan langsung kepada anak saya, ternyata dia bercerita telah diperkosa pamannya sendiri," kata HKS, kepada wartawan, Senin (2/2/2015).

Ditambahkan dia, paman korban merupakan kakak iparnya sendiri yang berisial BK. Kelakuan BK menurutnya sudah keterlaluan. Sebab, selain memperkosa, BK juga tega melakukan tindakan sodomi kepada korban.

“Dubur anak saya pernah mengeluarkan cairan, dan juga pernah muntah-muntah,” paparnya.

Dari pengakuan korban, kata HKS, pelaku mempertontonkan video porno kepada anaknya melalui handphonde. Selanjutnya, anaknya diminta untuk menirukan adegan seperti yang ada dalam video porno tersebut.

“Saya sudah melaporkan ini ke polisi awal tahun ini, tapi diminta visum dulu. Namun, saya sanksi dengan hasil visum di rumah sakit, karena hasilnya tidak ada apa-apa. Hari ini (kemarin) saya cek lagi di Puskesmas Brangsong, ternyata selaputnya robek. Hasil ini akan saya jadikan dasar laporan ke polisi kembali,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Tata Usaha Puskesmas Brangsong Satryo Doni mengatakan, pihaknya hanya melakukan pengecekan terhadap korban, bukan visum. “Karena ada keterangan dari orangtua korban, kami melakukan cek terhadap korban. Kami temukan selaput dara sudah robek,” ujarnya.

Kendati demikian, pihaknya tidak menemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada korban. “Selain itu, memang kejadiannya sudah cukup lama, kata orangtuanya sekitar empat bulan lalu. Jadi, kami agak kesulitan untuk mendeteksi apakah ada kekerasan atau tidak,” tukasnya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3998 seconds (0.1#10.140)