IKM Siap Masuki Pasar Ritel
A
A
A
PALEMBANG - Guna memperluas pemasaran, banyak Industri Kecil dan Menengah (IKM) aktif memanfaatkan jasa reseller di lingkungan masyarakat.
Namun, tidak sedikit juga yang berusaha untuk bisa masuk ke pasar ritel modern dengan memenuhi segala persyaratan. Seperti yang dituturkan Zani, pencetus dan pemilik Bawang Goreng Sriwijaya (BGS). Diakuinya, dia selama ini memasarkan produk bawang pedasnya melalui jasa reseller. Menurutnya, arus perputaran pendapatan lebih cepat dirasakan perharinya melalui rese ller.
Targetnya satu lusin untuk bisa dapat harga reseller. Dengan begitu, dia bisa mengatur permodalan juga dengan cepat. Sebab, untuk produksi 50-100 toples per hari dia membutuhkan bahan baku yang cukup banyak. Seperti bawang merah sebanyak 25 kg per hari dan cabai merah 70 kg per hari
“Modalnya memang tidak besar tapi harus selalu ada. Jasa reseller sangat membantu untuk itu. Saat ini sudah ada sekitar 25 reselleryang tersebar di Palembang dan beberapa kota lain di Jawa dan Kalimantan,” ujar Zani yang tercatat sebagai lima besar wirausaha muda pilihan Bank Indonesia ini.
Kendati jasa reseller sudah memadai, mahasiswa Manajemen Pascasarjana UMP ini berkeinginan untuk memasarkan produknya agar bisa masuk ke Carrefour. Dia menargetkan tahun ini bisa terwujud sebab persyaratan sudah dipenuhi, diantaranya kemasan yang bernilai jual dan izin kesehatan.
Sementara, Local Buyer Carrefour Palembang, Nicolaas Bam bang mengatakan, pihaknya menerima produk IKM lokal dan menempatkan konter khusus yang dinamakan Pojok Rakyat.
Selama ini, Pojok Rakyat memang sudah ramai dikunjungi. Sedikitnya ada 30 merek dari pemasok lokal untuk produk kerajinan khas Palembang, kaos bertema Palembang, dan tentu kuliner Palembang.
Yulia Savitri
Namun, tidak sedikit juga yang berusaha untuk bisa masuk ke pasar ritel modern dengan memenuhi segala persyaratan. Seperti yang dituturkan Zani, pencetus dan pemilik Bawang Goreng Sriwijaya (BGS). Diakuinya, dia selama ini memasarkan produk bawang pedasnya melalui jasa reseller. Menurutnya, arus perputaran pendapatan lebih cepat dirasakan perharinya melalui rese ller.
Targetnya satu lusin untuk bisa dapat harga reseller. Dengan begitu, dia bisa mengatur permodalan juga dengan cepat. Sebab, untuk produksi 50-100 toples per hari dia membutuhkan bahan baku yang cukup banyak. Seperti bawang merah sebanyak 25 kg per hari dan cabai merah 70 kg per hari
“Modalnya memang tidak besar tapi harus selalu ada. Jasa reseller sangat membantu untuk itu. Saat ini sudah ada sekitar 25 reselleryang tersebar di Palembang dan beberapa kota lain di Jawa dan Kalimantan,” ujar Zani yang tercatat sebagai lima besar wirausaha muda pilihan Bank Indonesia ini.
Kendati jasa reseller sudah memadai, mahasiswa Manajemen Pascasarjana UMP ini berkeinginan untuk memasarkan produknya agar bisa masuk ke Carrefour. Dia menargetkan tahun ini bisa terwujud sebab persyaratan sudah dipenuhi, diantaranya kemasan yang bernilai jual dan izin kesehatan.
Sementara, Local Buyer Carrefour Palembang, Nicolaas Bam bang mengatakan, pihaknya menerima produk IKM lokal dan menempatkan konter khusus yang dinamakan Pojok Rakyat.
Selama ini, Pojok Rakyat memang sudah ramai dikunjungi. Sedikitnya ada 30 merek dari pemasok lokal untuk produk kerajinan khas Palembang, kaos bertema Palembang, dan tentu kuliner Palembang.
Yulia Savitri
(ftr)