Produksi Padi Jateng Ditarget Naik 2 Juta Ton

Minggu, 01 Februari 2015 - 11:10 WIB
Produksi Padi Jateng...
Produksi Padi Jateng Ditarget Naik 2 Juta Ton
A A A
SUKOHARJO - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada petani di Jawa Tengah untuk meningkatkan produksi padi hingga 2 juta ton.

Penambahan produksi ini diharapkan bisa menyokong program swasembada pangan Nasional pada tiga tahun mendatang. Hal tersebut disampaikan Jokowi saat menyerahkan bantuan seribuan unit traktor di Kelurahan Sonorejo, Kecamatan/- Kabupaten Sukoharjo, kemarin sore. Jokowi datang didampingi Ibu Negara Iriana dan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Hadir juga Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya.

Sebelum di Sukoharjo, Jokowi mengunjungi Ngawi, Jawa Timur, untuk keperluan yang sama. Di Desa Keras Wetan, Kecamatan Geneng, Ngawi, Jokowi membagikan bantuan alat pertanian berupa 852 traktor tangan dan 377 pompa air. “Untuk Jateng, jumlah bantuan traktor mencapai 6.082 unit. Namun, karena keterbatasan barang, yang sampai hari ini (kemarin) baru seribu unit lebih sedikit,” kata Jokowi.

Kekurangan traktor itu rencananya diserahkan bulan depan. Pemberian bantuan traktor itu tidak gratis. Presiden memberikan target terkait produktivitas padi hingga 2 juta ton. Jokowi berjanji akan mengawasi dan mengecek langsung progres pencapaian produksi padi. “Petaninya awas, Pak Gubernurnya awas. kepala dinasnya awas Pak Bupatinya awas. Kalau tidak naik, tidak akan saya beri traktor satu pun. Rumah saya dekat dengan Sukoharjo sehingga akan saya cek terus,” ujarnya.

Ketika target tercapai, Jokowi berjanji menambah bantuan traktor, bendungan dan memperbaiki irigasi. Beragam bantuan, pembangunan, dan perbaikan infrastruktur pertanian di seluruh Indonesia dilakukan sebagai bagian dari program swasembada pangan Nasional yang diharapkan tercapai tiga tahun ke depan.

“Saya tidak ingin impor beras lagi. Malu pada Vietnam yang terus menawari saya untuk impor beras,” kata Jokowi. Jokowi meminta kepada pemangku kebijakan untuk ikut memastikan kebutuhan petani tercukupi dan tersedia. Dia tidak ingin ada lagi kasus pupuk terlambat sampai pada petani.

“Saya sudah ngomong ke BUMN, kalau masih terlambat, direktur yang mengurusi distribusi pupuk saya pastikan dicopot. Bukan diganti, tapi dicopot. Kalau tidak begini, pasti kondisinya akan seperti ini terus. Padahal, semua petani di Indonesia ratarata mengeluhkan pupuk selalu terlambat,” ujarnya. Sementara itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, bantuan yang diberikan pemerintah pusat untuk petani di Indonesia merupakan terbesar dalam sejarah.

Untuk itu, dia berharap bantuan dapat dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan produktivitas padi. Dia mengatakan, khusus untuk Jateng, pemerintah juga memberikan bantuan perbaikan irigasi untuk 172.000 hektare. Belum lagi bantuan yang lain, seperti mesin panen, mesin tanam padi, dan bantuan lainnya. Mentan juga mengatakan, kekurangan bantuan traktor untuk Jateng diusahakan akan diberikan bulan depan.

“Bantuan ini sangat besar. Untuk itu, harus dioptimalkan agar target pemerintah tercapai,” ujarnya. Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya mengatakan, khusus untuk Sukoharjo nilai bantuan yang diberikan Kementerian Pertanian sangat besar. Tahun ini, Sukoharjo mendapatkan 134 unit traktor, 21 mesin panen, 20 mesin tanam, perbaikan irigasi untuk 3.500 hektare, serta bantuan pupuk lokal Ciunik untuk 5.000 hektare.

Produktivitas Padi Jateng Turun 707.850 Ton

Pemberian bantuan traktor dan alat pertanian lainnya sangat tepat untuk meningkatkan kembali produksi padi di Jawa Tengah. Sebab, produktivitas padi pada 2014 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, yakni mencapai 707.850 ton atau 6,84%. Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Jateng Sri Puryono mengatakan, produktivitas padi pada 2013 mencapai 10,34 juta ton, sementara hasil panen padi hingga akhir Desember 2014 hanya sekitar 9,64 juta ton.

“Ini karena di beberapa daerah ada yang gagal panen,” katanya di Semarang, kemarin. Penurunan produksi padi tersebut juga disebabkan berkurangnya lahan tanam dan luas panen karena kondisi iklim yang ekstrem. Meski demikian, pada akhir rencana panjang jangka menengah daerah (RPJMD) 2018 nanti, produktivitas padi ditargetkan bisa menembus 10,35 juta ton.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng, pada 2013 luas panen mencapai 1,84 juta hektare, untuk 2014 turun menjadi 1,79 juta hektare. Karena itu, perkiraan angka produktivitas 2014 sebesar 53,70 kuintal/hektare atau lebih rendah 2,35 kuintal/hektare dibanding 2013 yang angka produktivitasnya 56,06 kuintal/ hektare. Meski mengalami penurunan produksi padi, namun persediaan pangan di Jateng dipastikan aman, bahkan masih surplus.

Dengan jumlah penduduk di Jawa Tengah sebanyak 33 juta jiwa, maka kebutuhan konsumsinya hanya 3,22 juta ton. Di samping itu, produktivitas hasil pertanian lain mengalami peningkatan. Seperti jagung, pada 2013 produksinya 2,93 juta ton, tapi akhir 2014 meningkat menjadi 3,02 juta ton. Begitu juga kedelai pada 2013 hanya 99,32 ribu ton, dan pada akhir 2014 mencapai 129,10 ribu ton.

“Peningkatan produksi jagung dan kedelai karena dukungan peningkatan luas tanam dan peningkatan produktivitas,” kata dia. Anggota Komisi B DPRD Jateng, Ferry Firmawan, mengatakan, nilai tukar petani (NTP) di Jateng pada September 2014 berada di angka 101,15. Angka itu berarti usaha pertanian masih berada di bawah kelayakan. Angka kelayakan NTP mencapai 142. “Artinya, usaha tersebut saat ini sudah pada taraf in high risk (risiko tinggi),” kata dia.

Tak pelak, terjadi alih fungsi lahan pertanian dan alih fungsi profesi petani. Sebab, usaha pertanian dianggap tidak menguntungkan. “Ujung-ujungnya, pertanian yang identik dengan pedesaan selalu menjadi basis kemiskinan,” kata politikus Partai Demokrat Jaeng ini.

Sumarno/ amin fauzi
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0947 seconds (0.1#10.140)