Belajar dari Jawa, Kini Berbalik Ajari Jawa

Sabtu, 31 Januari 2015 - 11:17 WIB
Belajar dari Jawa, Kini...
Belajar dari Jawa, Kini Berbalik Ajari Jawa
A A A
YOGYAKARTA - Inovasi yang dilakukan Pemerintah Kota Kendari, Sulawesi Tenggara layak diacungi jempol. Pemkot setempat sukses menyulap sampah menjadi energi listrik untuk dimanfaatkan masyarakat.

Hebatnya lagi, masyarakat bisa menikmatinya secara cuma-cuma. Inovasi ini dilakukan di TPST TPA Pu’uwatu. Di areal seluas 13 hektare ini, Pemkot Kendari melalui Dinas Kebersihan mengoptimalkan pengelolaan sampah menjadi energi listrik. Inovasi yang dikembangkanini dipelajari di Jawa, persisnya Malang, Jawa Timur. Tapi kini, mereka menjadi rujukan studi bahkan tim dari Jawa.

Inovasi yang dilakukan di tempat ini memang jauh dari bayangan. Alih-alih membutuhkan investasi besar dengan memanfaatkan teknologi super canggih, inovasi justru hanya dilakukan dengan cara yang sangatsederhana. Tapi hasilnya sungguh luar biasa. Gas metan dari sampah ditangkap dan diubah menjadi listrik. Seperti daerah lain, awalnya TPST ini pun memberlakukan sistem open dumping dalam pengelolaan sampah.

Dengan sistem ini, penutupan sampah tidak terjadwal rapi. Akibatnya, tumpukan sampah menimbulkan bau tak sedap. Tapi sejak 2008, sistem ini tidak lagi digunakan. Metode control landfille menjadi pilihan karena tidak menimbulkan bau. Mula-mula di areal yang akan digunakan untuk membuang sampah disiapkan membran berukuran 17x30x6 meter.

Membran berfungsi menahan cairan sampah agar tidak mencemari tanah. Sampah yang dihasilkan dan telah dipilah kemudian langsung ditimbun agar tidak menimbulkan bau. Dari 1.035 meter kubik sampah per hari, 70% di antaranya masuk ke TPST ini. Gas metan yang dihasilkankemudian ditangkap melalui pipa sederhana dan digunakan menggerakkan mesin.

Mesin yang tersedia saat ini berkapasitas 40.000 watt, 14.000 watt, dan 7.000. Semua mesin itu kemudian menghasilkan energi listrik hingga 25.000 KVa. Listrik kemudian dialirkan ke 126 kepala keluarga (KK) yang tinggal di kampung mandiri energi. Di lokasi ini, warga bisa menikmati listrik gratis. Tak hanya itu, untuk memasak pun warga tak perlu repot karena memanfaatkan gas dari TPA Pu’uwatu.

Gas ke rumah-rumah warga ini cukup dialirkan melalui pipa plastik. ”Kita sebisa mungkin meminimalisasi sampah yang masuk TPST. Karena itu, metode ini juga kami duplikasi di tempat lain agar sampah yang dihasilkan bisa langsung diolah terutama sampah organik,” ucap Kepala Dinas Kesehatan, Tin Farida.

Menurut Tin, warga memang dibebaskan memanfaatkan gas yang dihasilkan. Warga juga bisa langsung datang ke TPST jika ingin mengisi gas yang dihasilkan dari TPST Pu’watu ini. Wali Kota Kendari H Asrun mengungkapkan, metode landfillememiliki banyak manfaat. Metode ini juga menghadirkan banyak penghargaan bagi Kota Kendari termasuk Piala Adipura 2008.

Pada 2013 AMPL Award, dan Adipura Kencana pada 2014 lalu. Dia menyebut, metode sanitary landfillebisa menghasilkan gas metan dalam kurun waktu tiga bulan dan bertahan kurang lebih hingga 15 tahun. Jika gas metan sudah habis, maka sampah bisa kembali diambiluntuk kompos.

”Ke depan kami akan wajibkan pengembang perumahan untuk menyediakan salah satu fasilitas umumnya untuk pengolahan sampah. Kami ingin terus bangun TPA komunal di perumahan maupun tempat lain,” ucapnya.

Sodik
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1970 seconds (0.1#10.140)