Ditolak 3 Rumah Sakit, Pasien DBD Meninggal
A
A
A
BREBES - Nasib tragis dialami balita penderita demam berdarah dengue (DBD), Tiar Ahmad Alfarizi, warga RT 03/RW 06 Desa Tegalglagah, Kecamatan Bulakamba, Brebes. Nyawa balita berusia delapan bulan ini tak tertolong setelah ditolak dirawat sejumlah rumah sakit.
Keluarga korban harus bersusah payah mencari rumah sakit di Kabupaten Brebes dan Kota Tegal agar bisa segera mendapatkan penanganan. Dari empat rumah sakit yang didatangi, tiga rumah sakit di antaranya menolak dengan alasan ruang perawatan anak penuh pasien.
Menurut salah satu kerabat korban, Subhan, anak pasangan Warja, 38, dan Kartika, 28, itu awalnya dibawa ke Poliklinik Mahmudah di Kecamatan Larangan oleh orang tuanya karena demam tinggi, Rabu (28/1) pagi. Poliklinik tak mampu menangani karena tak memiliki ruang ICU, dia kemudian dirujuk ke rumah sakit.
Keluarga lalu membawa ke RSUD Brebes agar bisa segera mendapatkan penanganan. Namun oleh pihak rumah sakit, korban ditolak karena bangsal perawatan anak sedang penuh pasien. Penolakan serupa juga diterima saat korban dibawa ke RS Bakti Asih yang berjarak sekitar 5 kilometer dari RSUD Brebes.
Keluarga akhirnya memutuskan membawanya ke RSUD Kardinah, Kota Tegal. Di rumah sakit milik pemerintah ini, lagilagi korban mendapat penolakan dengan alasan bangsal perawatan anak sedang penuh dan disarankan ke RS Islam Harapan Anda, yang juga berada di Kota Tegal. Korban akhirnya dibawa ke rumah sakit swasta tersebut dan baru mendapatkan penanganan medis. “Akhirnya baru bisa masuk rumah sakit Rabu sore,” papar Subhan kemarin.
Namun karena kondisi penyakit yang sudah parah, keesokan harinya sekitar pukul 03.00 WIB, korban dinyatakan meninggal oleh dokter. Keluarga akhirnya membawa kembali pulang ke rumah untuk dimakamkan kemarin pagi sekitar pukul 09.00 WIB. Subhan kecewa dengan kondisi itu.
Menurutnya, jika cepat mendapatkan penanganan di rumah sakit, nasib korban yang berasal dari keluarga tidak mampu mungkin lain. Sejak dua bulan terakhir, sudah tiga anak di Desa Tegalglagah yang meninggal karena penyakit DB. Ayah korban, Warja, mengaku tidak bisa berbuat banyak ketika anaknya ditolak dirawat karena alasan pasien penuh. “Tidak tahu kenapa, katanya penuh,” ujarnya pria yang sehari- hari berprofesi sebagai petani itu.
Direktur RSUD Brebes Oo Suprana saat dikonfirmasi tak membantah adanya penolakan dari rumah sakit yang dipimpinnya. Dia menyatakan rumah sakit terpaksa menolak karena kondisi bangsal perawatan anak memang sedang penuh pasien. “Bukan karena mereka punya BPJS, karena kapasitas saja yang tidak memungkinkan untuk merawat,” ucapnya kepada wartawan kemarin.
Hingga Kamis (29/1), jumlah pasien DB yang dirawat mencapai 59 orang. Dari jumlah tersebut, tiga pasien meninggal karena terlambat dibawa ke rumah sakit. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes Sri Gunadi mengaku sudah mendapat laporan tersebut.
Dia berharap rumah sakit tidak sampai menolak pasien karena ruang perawatan penuh. “Harus dilihat dulu pasiennya. Kalau darurat, ya mestinya ditangani dulu tanpa melihat ruang perawatan,” tandasnya saat dihubungi kemarin.
Farid Firdaus
Keluarga korban harus bersusah payah mencari rumah sakit di Kabupaten Brebes dan Kota Tegal agar bisa segera mendapatkan penanganan. Dari empat rumah sakit yang didatangi, tiga rumah sakit di antaranya menolak dengan alasan ruang perawatan anak penuh pasien.
Menurut salah satu kerabat korban, Subhan, anak pasangan Warja, 38, dan Kartika, 28, itu awalnya dibawa ke Poliklinik Mahmudah di Kecamatan Larangan oleh orang tuanya karena demam tinggi, Rabu (28/1) pagi. Poliklinik tak mampu menangani karena tak memiliki ruang ICU, dia kemudian dirujuk ke rumah sakit.
Keluarga lalu membawa ke RSUD Brebes agar bisa segera mendapatkan penanganan. Namun oleh pihak rumah sakit, korban ditolak karena bangsal perawatan anak sedang penuh pasien. Penolakan serupa juga diterima saat korban dibawa ke RS Bakti Asih yang berjarak sekitar 5 kilometer dari RSUD Brebes.
Keluarga akhirnya memutuskan membawanya ke RSUD Kardinah, Kota Tegal. Di rumah sakit milik pemerintah ini, lagilagi korban mendapat penolakan dengan alasan bangsal perawatan anak sedang penuh dan disarankan ke RS Islam Harapan Anda, yang juga berada di Kota Tegal. Korban akhirnya dibawa ke rumah sakit swasta tersebut dan baru mendapatkan penanganan medis. “Akhirnya baru bisa masuk rumah sakit Rabu sore,” papar Subhan kemarin.
Namun karena kondisi penyakit yang sudah parah, keesokan harinya sekitar pukul 03.00 WIB, korban dinyatakan meninggal oleh dokter. Keluarga akhirnya membawa kembali pulang ke rumah untuk dimakamkan kemarin pagi sekitar pukul 09.00 WIB. Subhan kecewa dengan kondisi itu.
Menurutnya, jika cepat mendapatkan penanganan di rumah sakit, nasib korban yang berasal dari keluarga tidak mampu mungkin lain. Sejak dua bulan terakhir, sudah tiga anak di Desa Tegalglagah yang meninggal karena penyakit DB. Ayah korban, Warja, mengaku tidak bisa berbuat banyak ketika anaknya ditolak dirawat karena alasan pasien penuh. “Tidak tahu kenapa, katanya penuh,” ujarnya pria yang sehari- hari berprofesi sebagai petani itu.
Direktur RSUD Brebes Oo Suprana saat dikonfirmasi tak membantah adanya penolakan dari rumah sakit yang dipimpinnya. Dia menyatakan rumah sakit terpaksa menolak karena kondisi bangsal perawatan anak memang sedang penuh pasien. “Bukan karena mereka punya BPJS, karena kapasitas saja yang tidak memungkinkan untuk merawat,” ucapnya kepada wartawan kemarin.
Hingga Kamis (29/1), jumlah pasien DB yang dirawat mencapai 59 orang. Dari jumlah tersebut, tiga pasien meninggal karena terlambat dibawa ke rumah sakit. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes Sri Gunadi mengaku sudah mendapat laporan tersebut.
Dia berharap rumah sakit tidak sampai menolak pasien karena ruang perawatan penuh. “Harus dilihat dulu pasiennya. Kalau darurat, ya mestinya ditangani dulu tanpa melihat ruang perawatan,” tandasnya saat dihubungi kemarin.
Farid Firdaus
(ftr)