Koordinasi Penanganan Kebencanaan di RSUD Masih Kacau
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Upaya melakukan simulasi kebencanaan terus dilakukan pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari.
Namun, dari hasil simulasi kebakaran gedung laboratorium kemarin, terlihat masih kacaunya sistem koordinasi untuk evakuasi pasien. Kacaunya instruksi terlihat jelas begitu petugas membawa pasien keluar dari pintu rumah sakit. Titik kumpul yang semestinya menuju area parkir berubah arah menjadi masuk kesalahsatu ruang di rumah sakit tersebut. Sebagian lagi, sudah sesuai dengan instruksi awal titik kumpul.
Agenda simulasi ini dimulai dengan kejadian kebakaran di ruang laboratorium. Lantaran angin membesar, kebakaran mengancam ruang pasien dan membuat pasien serta pengunjung panik. Tanda bahaya berupa sirene yang terpasang di RSUD berbunyi membuat tim penanggulangan bencana yang sudah terbentuk di RSUD Wonosari bergegas melakukan evakuasi kepada pasien serta korban kebakaran yang berada didalam laboratorium.
Tim bencana yang telah memiliki perencanaan penyiagaan bencana rumah sakit (Hospital Disaster Plan) kemudian berhasil menyelamatkan dokumen penting, serta harta benda yang berada di ruang laboratorium. Sedangkan para pasien segera dibawa keluar dari area berbahaya menuju titik aman di areal parkir RSUD.
Asisten Konsultan Pusat Kebijakan Manajemen Pelayanan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Magdalena Ariyani mengatakan, simulasi ini merupakan kelanjutan dari pembentukan Hospital Disaster Plan yang sudah dibentuk dengan berbagai perubahan dokumen yang menyesuaikan perubahan gedung- gedung di RSUD. Agenda kemudian dilanjutkan dengan simulasi.
Diakuinya, sesuai dokumen semestinya arah titik kumpul hanya satu. Namun, simulasi belum sesuai dengan instruktur dan dokumen.“ Jadi memang sedikit ada kekacauan dalam penanganan kali ini. Nanti ini akan dievaluasi,” ungkapnya. Ketua Tim Penanggulangan Bencana RSUD Wonosari Triyani Heni Astuti mengakui masih adanya kekacauan penanganan pasien saat simulasi.
Untuk itu, ini menjadi kesempatan pembenahan sehingga kedepan, tim kebencanaan RSUD siap dan sudah memiliki alur koordinasi yang jelas. “Ini kami rencanakan, namun ternyata masih kacau,” ucapnya. Diakuinya, sejak Tim Hospital Disaster Planter bentuk pada 2010 lalu, baru kemarin menggelar simulasi kebencanaan berupa terbakarnya gedung laboratorium.
"Di dalam prosedur operasional standar (POS) Hospital Disater, ada metode penanganan yang harus dilakukan, seperti memindah pasien saat rumah sakit mengalami kebakaran. POS ini terus kami update setiap tahunnya menyesuaikan dengan pembangunan rumah sakit," katanya. Sesuai dengan dokumen, kata dia, seluruh perawat dan orang yang terlibat dalam penanganan bencana harus memahami POS kebencanaan, termasuk kebakaran.
Kode-kode tertentu akan diumumkan agar karyawan mengetahui serta dapat mengambil tindakan yang diperlukan tanpa membuat panik pasien dan pengunjung rumah sakit. "Nah, kami langsung evaluasi dan akan kami gunakan untuk perbaikan dalam simulasi berikutnya,” tandasnya.
Suharjono
Namun, dari hasil simulasi kebakaran gedung laboratorium kemarin, terlihat masih kacaunya sistem koordinasi untuk evakuasi pasien. Kacaunya instruksi terlihat jelas begitu petugas membawa pasien keluar dari pintu rumah sakit. Titik kumpul yang semestinya menuju area parkir berubah arah menjadi masuk kesalahsatu ruang di rumah sakit tersebut. Sebagian lagi, sudah sesuai dengan instruksi awal titik kumpul.
Agenda simulasi ini dimulai dengan kejadian kebakaran di ruang laboratorium. Lantaran angin membesar, kebakaran mengancam ruang pasien dan membuat pasien serta pengunjung panik. Tanda bahaya berupa sirene yang terpasang di RSUD berbunyi membuat tim penanggulangan bencana yang sudah terbentuk di RSUD Wonosari bergegas melakukan evakuasi kepada pasien serta korban kebakaran yang berada didalam laboratorium.
Tim bencana yang telah memiliki perencanaan penyiagaan bencana rumah sakit (Hospital Disaster Plan) kemudian berhasil menyelamatkan dokumen penting, serta harta benda yang berada di ruang laboratorium. Sedangkan para pasien segera dibawa keluar dari area berbahaya menuju titik aman di areal parkir RSUD.
Asisten Konsultan Pusat Kebijakan Manajemen Pelayanan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Magdalena Ariyani mengatakan, simulasi ini merupakan kelanjutan dari pembentukan Hospital Disaster Plan yang sudah dibentuk dengan berbagai perubahan dokumen yang menyesuaikan perubahan gedung- gedung di RSUD. Agenda kemudian dilanjutkan dengan simulasi.
Diakuinya, sesuai dokumen semestinya arah titik kumpul hanya satu. Namun, simulasi belum sesuai dengan instruktur dan dokumen.“ Jadi memang sedikit ada kekacauan dalam penanganan kali ini. Nanti ini akan dievaluasi,” ungkapnya. Ketua Tim Penanggulangan Bencana RSUD Wonosari Triyani Heni Astuti mengakui masih adanya kekacauan penanganan pasien saat simulasi.
Untuk itu, ini menjadi kesempatan pembenahan sehingga kedepan, tim kebencanaan RSUD siap dan sudah memiliki alur koordinasi yang jelas. “Ini kami rencanakan, namun ternyata masih kacau,” ucapnya. Diakuinya, sejak Tim Hospital Disaster Planter bentuk pada 2010 lalu, baru kemarin menggelar simulasi kebencanaan berupa terbakarnya gedung laboratorium.
"Di dalam prosedur operasional standar (POS) Hospital Disater, ada metode penanganan yang harus dilakukan, seperti memindah pasien saat rumah sakit mengalami kebakaran. POS ini terus kami update setiap tahunnya menyesuaikan dengan pembangunan rumah sakit," katanya. Sesuai dengan dokumen, kata dia, seluruh perawat dan orang yang terlibat dalam penanganan bencana harus memahami POS kebencanaan, termasuk kebakaran.
Kode-kode tertentu akan diumumkan agar karyawan mengetahui serta dapat mengambil tindakan yang diperlukan tanpa membuat panik pasien dan pengunjung rumah sakit. "Nah, kami langsung evaluasi dan akan kami gunakan untuk perbaikan dalam simulasi berikutnya,” tandasnya.
Suharjono
(ftr)