Meski Sakit, Piki Memaksa Ikut Pendidikan Menwa
A
A
A
YOGYAKARTA - Kendati dalam kondisi sakit, Piki Puspitasari, mahasiswa jurusan Fisika UGM yang meninggal saat mengikuti pendidikan dasar Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Resimen Mahasiswa (Menwa), tetap memaksa agar diizinkan mengikuti semua kegiatan Menwa.
Hal inilah yang diungkapkan Direktur Kemahasiswaan UGM Dr Senawi kepada sindonews.com, Selasa (20/1/2014). Menurut Senawi, Piki meninggal dunia pada Senin (19/1/2014) sore. Sebelum pingsan dan akhirnya meninggal, Piki masih sempat beristirahat makan siang dan melaksanakan sholat Dhuhur.
"Menurut keterangan yang saya dapat, Piki terus memaksa untuk diperbolehkan terus bisa ikut kegiatan. Setelah beristirahat siang, peserta diklat kemudian diminta berkumpul kembali di lapangan untuk melanjutkan kegiatan. Tapi kegiatan sore belum juga dimulai, Piki pingsan," ujarnya.
Dikatakan Senawi, pihaknya merasa sangat kehilangan karena Piki termasuk mahasiswa yang aktif, baik di kelas maupun di kegiatan mahasiswa. Ia pun bangga Piki memiliki kemauan keras untuk menjadi pemimpin masa depan.
"Musibah ini jelas tidak diharapkan akan terjadi. Namun kami merasa bangga memiliki mahasiswa seperti Piki yang memiliki prinsip dan komitmen," imbuhnya.
Menanggapi keinginan keluarga Piki yang meminta visum dilakukan, Senawi menuturkan, hal tersebut merupakan hak keluarga Piki. Namun, dia meyakini tidak ada kejadian atau tindakan kekerasan pada kegiatan Menwa.
Senawi pun mengaku telah bertemu keluarga Piki dan keluarga menyatakan keikhlasannya. "Keluarga tahu kalau Piki akan mengikuti kegiatan Menwa seharian karena Piki memang pamitnya seperti itu, sebelum berangkat," tuturnya.
Berdasarkan informasi, Piki sempat mengalami pingsan 3 kali selama mengikuti kegiatan pendidikan dasar Menwa. Sayangnya, tak berapa lama usai pingsan yang ketiga Piki menghembuskan nafas terakhirnya.
Hal inilah yang diungkapkan Direktur Kemahasiswaan UGM Dr Senawi kepada sindonews.com, Selasa (20/1/2014). Menurut Senawi, Piki meninggal dunia pada Senin (19/1/2014) sore. Sebelum pingsan dan akhirnya meninggal, Piki masih sempat beristirahat makan siang dan melaksanakan sholat Dhuhur.
"Menurut keterangan yang saya dapat, Piki terus memaksa untuk diperbolehkan terus bisa ikut kegiatan. Setelah beristirahat siang, peserta diklat kemudian diminta berkumpul kembali di lapangan untuk melanjutkan kegiatan. Tapi kegiatan sore belum juga dimulai, Piki pingsan," ujarnya.
Dikatakan Senawi, pihaknya merasa sangat kehilangan karena Piki termasuk mahasiswa yang aktif, baik di kelas maupun di kegiatan mahasiswa. Ia pun bangga Piki memiliki kemauan keras untuk menjadi pemimpin masa depan.
"Musibah ini jelas tidak diharapkan akan terjadi. Namun kami merasa bangga memiliki mahasiswa seperti Piki yang memiliki prinsip dan komitmen," imbuhnya.
Menanggapi keinginan keluarga Piki yang meminta visum dilakukan, Senawi menuturkan, hal tersebut merupakan hak keluarga Piki. Namun, dia meyakini tidak ada kejadian atau tindakan kekerasan pada kegiatan Menwa.
Senawi pun mengaku telah bertemu keluarga Piki dan keluarga menyatakan keikhlasannya. "Keluarga tahu kalau Piki akan mengikuti kegiatan Menwa seharian karena Piki memang pamitnya seperti itu, sebelum berangkat," tuturnya.
Berdasarkan informasi, Piki sempat mengalami pingsan 3 kali selama mengikuti kegiatan pendidikan dasar Menwa. Sayangnya, tak berapa lama usai pingsan yang ketiga Piki menghembuskan nafas terakhirnya.
(lis)