Hujan Deras, Tanggul Sorowajan Jebol
A
A
A
BANTUL - Dua rumah, enam kambing, lima ton ikan dari 21 kolam, hanyut terbawa arus Sungai Gajahwong setelah tanggul Sorowajan Baru RT 20/12 Kecamatan Banguntapan, Bantul jebol. Tak ada korban jiwa dalam kejadian ini, namun kerugian mencapai miliaran rupiah.
Saat ini, upaya yang dilakukan yakni dengan membangun tanggul memakai bronjong. Tindakan darurat ini dipilih agar lahan pertanian dan kolam-kolam ikan milik warga yang biasa memanfaatkan aliran dari tanggul tersebut tetap bisa mendapatkan air. Akibat dari jebolnya tanggul di kawasan Sorowajan ini membuat aliran air irigasi persawahan di sekitar Banguntapan terputus.
Kepala Desa Banguntapan Putut Damarjati mengatakan, akibat tanggul yang jebol tersebut, aliran air di saluran irigasi sepanjang lima kilometer menjadi terhenti. Setidaknya ada 70 kolam dan 30 hektare lahan pertanian yang biasa menggantungkan pengairannya dari aliran tanggul tersebut, kini tak bisa mendapatkan pasokan air.
Dia khawatir, jika tanggul tersebut tidak segera diperbaiki, petani dan pembudi daya ikan tidak bisa melakukan aktivitasnya lagi. “Kalau sekarang kan mu sim hujan, jadi tidak terlalu bermasalah bagi petani. Akan tetapi bermasalah bagi pemilik kolam,” ungkapnya kemarin.
Komisi C DPRD DIY, Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral (DPUP-ESDM), serta Balai Be sar Wilayah Serayu-Opak (BBWSO) Yogyakarta langsung mengunjungi lokasi kejadian, kemarin. Untuk penanganan sementara, akan dibangun brojong di pinggir sungai agar luapan air tidak meluas ke rumah warga.
Kepala BBWSO Yogyakarta Agus Suprapto mengungkapkan, belum mengetahui secara pasti penyebab tanggul jebol. "Dugaan penyebab belum tahu persis. Tapi yang jelas, hujan besar yang menyebabkan banjir dan bangunan (tanggul) juga sudah tua," katanya. Menurut dia, penanganan terdekat yang bisa dilakukan adalah membentengi bantaran sungai dengan kawat bronjong. "Langkah terdekat mungkin dipasangi bronjong, agar luapan air tidak meluas," katanya.
Sekretaris Komisi C DPRD DIY Agus Subagyo mengatakan, langkah paling mendesak yang perlu dilakukan adalah me nutup aliran sungai yang me le wati tanggul tersebut. "Agar arus sungai lurus lagi, tidak menyebar ke mana-mana," katanya.
Menurut dia, ada anggaran dari Pemda DIY untuk penanganan bencana berupa pos tidak terduga (PTT). "Karena ini masuk kategori bencana alam, bisa dianggarkan lewat dana PTT. Kalau tidak bisa permanen, bisa semipermanen dulu," kata politikus Partai Golkar.
Selain itu, dia juga meminta kepada Pemda DIY juga memperhatikan korban atas kejadian ini. "Warga yang terkena dam pak ini harus diperhatikan. Ada rumah yang hancur dan ternak yang hanyut. Kolam (ikan) juga harus diperbaiki, karena sudah menjadi sumber penghasilan sehari-hari," paparnya.
Pemkab Bantul belum akan melakukan relokasi terhadap dua warga yang terdampak jebolnya tanggul Sungai Gajahwong, Dusun Sorowajan Baru, Desa Banguntapan, Kecamatan Banguntapan tersebut. Sebab, kedua rumah ini tinggal di wilayah yang dilarang, yaitu di bantaran sungai dan di tanah wedi kengser (tanah negara).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul Dwi Dar yanto mengatakan, dua orang warga masing-masing Hidayat dan Sahono tinggal di tanah wedi kengser dan letaknya membuat aliran sungai berbelok. Jika terus dibiarkan tinggal di rumah mereka saat ini, sebenarnya pihaknya khawatir bencana rusaknya rumah mereka akibat terjangan air sungai setelah tang gul jebol akan terulang. “Kami belum tahu akan relokasi apa tidak,” ujarnya.
Dua orang yang tinggal di bantaran tersebut sebenarnya sudah tahu risiko tinggal di kawasan tersebut, karena salah satunya justru merupakan juru pengawas tanggul yang jebol tersebut. Dwi mengungkapkan, kemungkinan untuk melak sanakan relokasi bisa saja dila kukan, tetapi pihaknya masih harus berkoordinasi dengan ber bagai pihak.
Untuk sementara, BPBD telah mengirim bantuan untuk konsumsi dan alat tidur mereka. Bupati Bantul Sri Suryawida ti mengatakan, ia sudah mendapat laporan dan sudah mengunjungi kawasan bencana tanggul yang jebol tersebut. Untuk perbaikan, pihaknya masih berkoordinasi dengan provinsi dan juga Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu-Opak.
Karena merekalah yang memiliki dana lebih besar dibanding dngan dana dari daerah sehingga penanganannya bisa lebih cepat. “Sebenarnya ada dana tak terduga sekitar Rp3 miliar untuk bencana. Akan tetapi jumlah itu terlalu kecil untuk membangun tanggul,” paparnya.
Sebelumnya, talud di Perumahan Azzahra Garden yang terletak di Pandes II Wonokromo, Kecamatan Pleret, Bantul juga ambrol. Pemicunya juga karena hujan deras serta banjir yang melintasi anak Sungai Code. Pihak pengembang sementara ini baru melakukan penanganan membersihkan puing-puing talud yang ada di dasar sungai.
Ridwan Anshori/ Erfanto Linangkung
Saat ini, upaya yang dilakukan yakni dengan membangun tanggul memakai bronjong. Tindakan darurat ini dipilih agar lahan pertanian dan kolam-kolam ikan milik warga yang biasa memanfaatkan aliran dari tanggul tersebut tetap bisa mendapatkan air. Akibat dari jebolnya tanggul di kawasan Sorowajan ini membuat aliran air irigasi persawahan di sekitar Banguntapan terputus.
Kepala Desa Banguntapan Putut Damarjati mengatakan, akibat tanggul yang jebol tersebut, aliran air di saluran irigasi sepanjang lima kilometer menjadi terhenti. Setidaknya ada 70 kolam dan 30 hektare lahan pertanian yang biasa menggantungkan pengairannya dari aliran tanggul tersebut, kini tak bisa mendapatkan pasokan air.
Dia khawatir, jika tanggul tersebut tidak segera diperbaiki, petani dan pembudi daya ikan tidak bisa melakukan aktivitasnya lagi. “Kalau sekarang kan mu sim hujan, jadi tidak terlalu bermasalah bagi petani. Akan tetapi bermasalah bagi pemilik kolam,” ungkapnya kemarin.
Komisi C DPRD DIY, Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral (DPUP-ESDM), serta Balai Be sar Wilayah Serayu-Opak (BBWSO) Yogyakarta langsung mengunjungi lokasi kejadian, kemarin. Untuk penanganan sementara, akan dibangun brojong di pinggir sungai agar luapan air tidak meluas ke rumah warga.
Kepala BBWSO Yogyakarta Agus Suprapto mengungkapkan, belum mengetahui secara pasti penyebab tanggul jebol. "Dugaan penyebab belum tahu persis. Tapi yang jelas, hujan besar yang menyebabkan banjir dan bangunan (tanggul) juga sudah tua," katanya. Menurut dia, penanganan terdekat yang bisa dilakukan adalah membentengi bantaran sungai dengan kawat bronjong. "Langkah terdekat mungkin dipasangi bronjong, agar luapan air tidak meluas," katanya.
Sekretaris Komisi C DPRD DIY Agus Subagyo mengatakan, langkah paling mendesak yang perlu dilakukan adalah me nutup aliran sungai yang me le wati tanggul tersebut. "Agar arus sungai lurus lagi, tidak menyebar ke mana-mana," katanya.
Menurut dia, ada anggaran dari Pemda DIY untuk penanganan bencana berupa pos tidak terduga (PTT). "Karena ini masuk kategori bencana alam, bisa dianggarkan lewat dana PTT. Kalau tidak bisa permanen, bisa semipermanen dulu," kata politikus Partai Golkar.
Selain itu, dia juga meminta kepada Pemda DIY juga memperhatikan korban atas kejadian ini. "Warga yang terkena dam pak ini harus diperhatikan. Ada rumah yang hancur dan ternak yang hanyut. Kolam (ikan) juga harus diperbaiki, karena sudah menjadi sumber penghasilan sehari-hari," paparnya.
Pemkab Bantul belum akan melakukan relokasi terhadap dua warga yang terdampak jebolnya tanggul Sungai Gajahwong, Dusun Sorowajan Baru, Desa Banguntapan, Kecamatan Banguntapan tersebut. Sebab, kedua rumah ini tinggal di wilayah yang dilarang, yaitu di bantaran sungai dan di tanah wedi kengser (tanah negara).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul Dwi Dar yanto mengatakan, dua orang warga masing-masing Hidayat dan Sahono tinggal di tanah wedi kengser dan letaknya membuat aliran sungai berbelok. Jika terus dibiarkan tinggal di rumah mereka saat ini, sebenarnya pihaknya khawatir bencana rusaknya rumah mereka akibat terjangan air sungai setelah tang gul jebol akan terulang. “Kami belum tahu akan relokasi apa tidak,” ujarnya.
Dua orang yang tinggal di bantaran tersebut sebenarnya sudah tahu risiko tinggal di kawasan tersebut, karena salah satunya justru merupakan juru pengawas tanggul yang jebol tersebut. Dwi mengungkapkan, kemungkinan untuk melak sanakan relokasi bisa saja dila kukan, tetapi pihaknya masih harus berkoordinasi dengan ber bagai pihak.
Untuk sementara, BPBD telah mengirim bantuan untuk konsumsi dan alat tidur mereka. Bupati Bantul Sri Suryawida ti mengatakan, ia sudah mendapat laporan dan sudah mengunjungi kawasan bencana tanggul yang jebol tersebut. Untuk perbaikan, pihaknya masih berkoordinasi dengan provinsi dan juga Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu-Opak.
Karena merekalah yang memiliki dana lebih besar dibanding dngan dana dari daerah sehingga penanganannya bisa lebih cepat. “Sebenarnya ada dana tak terduga sekitar Rp3 miliar untuk bencana. Akan tetapi jumlah itu terlalu kecil untuk membangun tanggul,” paparnya.
Sebelumnya, talud di Perumahan Azzahra Garden yang terletak di Pandes II Wonokromo, Kecamatan Pleret, Bantul juga ambrol. Pemicunya juga karena hujan deras serta banjir yang melintasi anak Sungai Code. Pihak pengembang sementara ini baru melakukan penanganan membersihkan puing-puing talud yang ada di dasar sungai.
Ridwan Anshori/ Erfanto Linangkung
(ftr)