Bawa Pusham Unimed Dikenal Penggiat HAM Dunia
A
A
A
MEDAN - Permasalahan Hak Asasi Manusia (HAM) bukan hanya terjadi di Indonesia. Hampir seluruh negara maju, seperti Inggris, Norwegia, Taiwan, bahkan Amerika Serikat sekalipun masih mengalami persoalan dalam penegakan HAM.
Itulah yang dirasakan Kepala Pusat Studi HAM (Pusham) Universitas Negeri Medan (Unimed) Majda El Muhtaj saat mengikuti berbagai workshop maupun konferensi terkait HAM di forum internasional. Karena itu, suatu keharusan baginya untuk menjelaskan tahapan, capaian, dan kemajuan penegakan HAM berikut kendala-kendalanya ke masyarakat internasional.
Tujuannya, agar ada klarifikasi yang benar dan bisa dipertanggungjawabkan untuk menghindari kesimpulan yang berlebihan tentang Indonesia. Itulah yang menjadi misinya selama ini di berbagai forum internasional.
“Saya terlibat di berbagai konferensi HAM dunia dalam kapasitas sebagai pembicara dan menyampaikan presentasi yang beragam, di antaranya pendidikan HAM, Ranham Indonesia, demokrasi dan HAM, anti-korupsi dan HAM, polisi dan HAM, bisnis dan HAM. Akhir tahun ini akan mempresentasikan topik jurnalisme berbasis HAM di Santiago, Chile,” kata pria yang kini didaulat menjadi Penasihat Serikat Pengajar HAM (SEPAHAM) Indonesia berpusat di Universitas Airlangga, Surabaya.
Menurut pria kelahiran Medan, 3 Maret 1973, forum konferensi internasional adalah media akademis yang penting dalam menguji dan menjelaskan perkembangan HAM di Indonesia melalui pendekatan ilmiah, dialog kritis dan konstruktif.
Dosen di Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Unimed yang sudah malang melintang menjadi pembicara HAM di beberapa negara tersebut menceritakan sebuah pengalaman menarik ketika dirinya menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia pada konferensi HAM yang diikuti lebih 50 negara di American University, Washington College of Law, Washington DC, pada Desember 2014.
Saat itu ia mempresentasikan tentang Polri dan HAM, termasuk reformasi birokrasi dan rekrutmen Polri serta komitmen dan pendidikan HAM di lingkungan kepolisian dalam upaya pemolisian HAM (human rights policing ), ternyata mendapat banyak respons positif dari akademisi berbagai negara.
Majda kini sudah membawa Pusham Unimed dikenal di kalangan penggiat HAM dunia. Sejak 2011, lembaga yang didirikan bersama rekanrekannya tersebut kini telah bergabung dalam organisasi jejaring akademisi di Asia Tenggara dalam forum South East Asia for Human Rights Studies Network (SEAHRN) yang berpusat di Universitas Mahidol, Bangkok, Thailand.
Meski sudah memiliki segudang pengalaman di forum internasional, Majda tetap merasa harus belajar lebih banyak lagi dalam menggali pengalaman dari banyak guru, senior, dan koleganya. Baginya, semua proses dan capaian yang sedang dijalaninya adalah ibadah.
M Rinaldi Khair
Itulah yang dirasakan Kepala Pusat Studi HAM (Pusham) Universitas Negeri Medan (Unimed) Majda El Muhtaj saat mengikuti berbagai workshop maupun konferensi terkait HAM di forum internasional. Karena itu, suatu keharusan baginya untuk menjelaskan tahapan, capaian, dan kemajuan penegakan HAM berikut kendala-kendalanya ke masyarakat internasional.
Tujuannya, agar ada klarifikasi yang benar dan bisa dipertanggungjawabkan untuk menghindari kesimpulan yang berlebihan tentang Indonesia. Itulah yang menjadi misinya selama ini di berbagai forum internasional.
“Saya terlibat di berbagai konferensi HAM dunia dalam kapasitas sebagai pembicara dan menyampaikan presentasi yang beragam, di antaranya pendidikan HAM, Ranham Indonesia, demokrasi dan HAM, anti-korupsi dan HAM, polisi dan HAM, bisnis dan HAM. Akhir tahun ini akan mempresentasikan topik jurnalisme berbasis HAM di Santiago, Chile,” kata pria yang kini didaulat menjadi Penasihat Serikat Pengajar HAM (SEPAHAM) Indonesia berpusat di Universitas Airlangga, Surabaya.
Menurut pria kelahiran Medan, 3 Maret 1973, forum konferensi internasional adalah media akademis yang penting dalam menguji dan menjelaskan perkembangan HAM di Indonesia melalui pendekatan ilmiah, dialog kritis dan konstruktif.
Dosen di Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Unimed yang sudah malang melintang menjadi pembicara HAM di beberapa negara tersebut menceritakan sebuah pengalaman menarik ketika dirinya menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia pada konferensi HAM yang diikuti lebih 50 negara di American University, Washington College of Law, Washington DC, pada Desember 2014.
Saat itu ia mempresentasikan tentang Polri dan HAM, termasuk reformasi birokrasi dan rekrutmen Polri serta komitmen dan pendidikan HAM di lingkungan kepolisian dalam upaya pemolisian HAM (human rights policing ), ternyata mendapat banyak respons positif dari akademisi berbagai negara.
Majda kini sudah membawa Pusham Unimed dikenal di kalangan penggiat HAM dunia. Sejak 2011, lembaga yang didirikan bersama rekanrekannya tersebut kini telah bergabung dalam organisasi jejaring akademisi di Asia Tenggara dalam forum South East Asia for Human Rights Studies Network (SEAHRN) yang berpusat di Universitas Mahidol, Bangkok, Thailand.
Meski sudah memiliki segudang pengalaman di forum internasional, Majda tetap merasa harus belajar lebih banyak lagi dalam menggali pengalaman dari banyak guru, senior, dan koleganya. Baginya, semua proses dan capaian yang sedang dijalaninya adalah ibadah.
M Rinaldi Khair
(ftr)