Kisah Polisi yang Tinggal di Bangunan Bekas Kandang Sapi
A
A
A
TIDAK semua anggota polisi memiliki latar belakang kehidupan dari keluarga yang berkecukupan. Salah satunya, Bripda Muhammad Taufiq Hidayat, anggota Sabhara Polda DIY.
Tidak ada yang menyangka, Taufiq yang masuk anggota Polri tahun 2014 itu tinggal di bangunan bekas kandang sapi. Di situ, dia tinggal bersama keluarganya.
Taufiq yang lahir pada 25 Maret 1995 itu merupakan anak sulung dari empat bersaudara. Setelah mengikuti pendidikan dari SPN Selopamioro, Imogiri, Bantul pada akhir Desember 2014 lalu, Taufiq menjalani karier pertamanya di Direktorat Sabhara Polda DIY.
Karena tak memiliki motor, untuk berangkat dinas sehari-hari dia menumpang angkutan umum. Bahkan, saat belum mendapatkan gaji pertamanya, tak jarang Taufiq harus jalan kaki dari rumahnya di Dusun Jongke Tengah RT 04/23, Sendangadi, Mlati, Sleman.
Bila beruntung, dia membonceng temannya yang kebetulan melintas satu arah. Meski dalam kondisi semacam itu, Taufiq tetap tak mengeluh dan terus menjalani pekerjaannya dengan bangga.
Seiring berjalannya waktu, kehidupan keseharian Taufiq pun terkuak. Itu berawal saat Taufiq terlambat masuk dinas. Keterlambatan itu pun dilaporkan ke atasannya. Setelah mendengar alasan Taufiq terlambat, sang atasan menugaskan bawahannya untuk membuktikan alasan Taufiq.
Tempat tinggal Taufiq pun dicek. Begitu tahu kondisi kehidupan Taufiq, sontak semua menjadi prihatin, bahkan tidak ada yang menyangka.
Direktur Sabhara Polda DIY Kombes Pol Zulsa Sulaiman bersama Kabid Humas AKBP Anny Pudjiastuti dan beberapa anggota Sabhara lain berkunjung ke rumah Taufiq, kemarin.
Bangunan yang ditempati keluarga Taufiq terlihat sangat kecil dan kumuh. Ukurannya pun antara 2,5m x 5m. Itu pun hanya bisa digunakan setengah ruangan sehingga di dalam hanya ada satu tempat tidur dan lemari baju. Tempat memasak berada di luar rumah.
Sekeliling bangunan yang ditempati Taufiq dan keluarganya juga merupakan kandang sapi yang dikelola kelompok masyarakat setempat. Di jalan masuk ke lokasi rumah terdapat satu unit mobil bak terbuka yang biasa digunakan Bapak Taufiq untuk bekerja bila ada warga yang meminta jasa mengantar barang.
"Bangunan (yang digunakan untuk tempat tinggal) ini dulunya kandang sapi juga, terus disewa setahun Rp170 ribu untuk isi kas kelompok," ucap Taufiq saat diminta menunjukkan tempat tinggalnya, Rabu (14/1/2015).
Bangunan bekas kandang sapi yang menjadi rumah singgahnya pun hanya ditempati ayah dan kedua adiknya yang masih duduk di bangku SD. Karena keterbatasan tempat, satu saudaranya diminta tinggal di rumah kerabatnya. "Adik saya yang nomor dua tinggal di rumah Si Mbah," terang Taufiq.
Taufiq pun menceritakan secara terbuka kisah kehidupannya. Taufiq beserta adik-adiknya dan bapaknya sudah dua tahun menempati bangunan bekas kandang sapi tersebut. Hal itu dimulai sejak orangtuanya bercerai. Rumah yang dimiliki dijual oleh ibunya. Sejak perceraian orangtuanya itu, Taufiq dan ketiga adiknya lebih memilih ikut bapaknya. Meski berat, mereka tetap tegar.
Berasal dari keluarga sederhana, Taufiq yang merupakan lulusan SMK Negeri 1 Seyegan, Sleman itu pun mengaku memiliki cita-cita menjadi polisi. Sejak sekolah dia sudah mengikuti ekstra Saka Bhayangkara. Dari situ itu dia mendapatkan ilmu kedisiplinan.
Begitu lulus sekolah pada tahun 2013, Taufiq diangkat menjadi pegawai tidak tetap untuk menjadi staf perpustakaan sekolahnya. Menjelang pendaftaran anggota Polri tahun 2014, oleh temannya Taufiq didukung untuk mendaftar. "Pas daftar itu saya jalan kaki, Bapak tidak tahu," ungkapnya.
Setelah mengikuti berbagai tes dan saat mengetahui dirinya diterima, dalam sidang terbuka penerimaan brigadir Taufiq mulai mengajak bapaknya untuk ikut. Saat itu, menurut Taufiq, bapaknya pun masih belum yakin dan penasaran apa benar anaknya diterima.
Mereka pun berangkat ke Polda DIY dengan meminjam motor dari bengkel. "Kebetulan daftar sekali langsung diterima dan itu benar-benar gratis. Saya bangga jadi polisi. Mudah-mudahan bisa menjadi motivasi bagi adik-adik saya, dengan kondisi terpuruk sekalipun kita harus berani bangkit, jangan sampai justru semakin terpuruk," pungkasnya.
Direktur Sabhara Polda DIY Kombes Pol Zulsa Sulaiman mengaku bangga dengan anggotanya itu. Taufiq dinilai dapat menjadi motivator bagi orang lain terutama teman-teman satu angkatan.
"Saya bangga dengan Taufiq. Saya berharap Taufiq ke depannya tetap lebih baik, jenjang kariernya lebih baik ke depan," katanya.
Supaya tidak terlambat lagi, kini Taufiq tinggal di rumah Wadir Sabhara Polda DIY AKBP Prihartono. "Dia pun disuruh memakai motor milik Wadir Sabhara," pungkasnya.
Tidak ada yang menyangka, Taufiq yang masuk anggota Polri tahun 2014 itu tinggal di bangunan bekas kandang sapi. Di situ, dia tinggal bersama keluarganya.
Taufiq yang lahir pada 25 Maret 1995 itu merupakan anak sulung dari empat bersaudara. Setelah mengikuti pendidikan dari SPN Selopamioro, Imogiri, Bantul pada akhir Desember 2014 lalu, Taufiq menjalani karier pertamanya di Direktorat Sabhara Polda DIY.
Karena tak memiliki motor, untuk berangkat dinas sehari-hari dia menumpang angkutan umum. Bahkan, saat belum mendapatkan gaji pertamanya, tak jarang Taufiq harus jalan kaki dari rumahnya di Dusun Jongke Tengah RT 04/23, Sendangadi, Mlati, Sleman.
Bila beruntung, dia membonceng temannya yang kebetulan melintas satu arah. Meski dalam kondisi semacam itu, Taufiq tetap tak mengeluh dan terus menjalani pekerjaannya dengan bangga.
Seiring berjalannya waktu, kehidupan keseharian Taufiq pun terkuak. Itu berawal saat Taufiq terlambat masuk dinas. Keterlambatan itu pun dilaporkan ke atasannya. Setelah mendengar alasan Taufiq terlambat, sang atasan menugaskan bawahannya untuk membuktikan alasan Taufiq.
Tempat tinggal Taufiq pun dicek. Begitu tahu kondisi kehidupan Taufiq, sontak semua menjadi prihatin, bahkan tidak ada yang menyangka.
Direktur Sabhara Polda DIY Kombes Pol Zulsa Sulaiman bersama Kabid Humas AKBP Anny Pudjiastuti dan beberapa anggota Sabhara lain berkunjung ke rumah Taufiq, kemarin.
Bangunan yang ditempati keluarga Taufiq terlihat sangat kecil dan kumuh. Ukurannya pun antara 2,5m x 5m. Itu pun hanya bisa digunakan setengah ruangan sehingga di dalam hanya ada satu tempat tidur dan lemari baju. Tempat memasak berada di luar rumah.
Sekeliling bangunan yang ditempati Taufiq dan keluarganya juga merupakan kandang sapi yang dikelola kelompok masyarakat setempat. Di jalan masuk ke lokasi rumah terdapat satu unit mobil bak terbuka yang biasa digunakan Bapak Taufiq untuk bekerja bila ada warga yang meminta jasa mengantar barang.
"Bangunan (yang digunakan untuk tempat tinggal) ini dulunya kandang sapi juga, terus disewa setahun Rp170 ribu untuk isi kas kelompok," ucap Taufiq saat diminta menunjukkan tempat tinggalnya, Rabu (14/1/2015).
Bangunan bekas kandang sapi yang menjadi rumah singgahnya pun hanya ditempati ayah dan kedua adiknya yang masih duduk di bangku SD. Karena keterbatasan tempat, satu saudaranya diminta tinggal di rumah kerabatnya. "Adik saya yang nomor dua tinggal di rumah Si Mbah," terang Taufiq.
Taufiq pun menceritakan secara terbuka kisah kehidupannya. Taufiq beserta adik-adiknya dan bapaknya sudah dua tahun menempati bangunan bekas kandang sapi tersebut. Hal itu dimulai sejak orangtuanya bercerai. Rumah yang dimiliki dijual oleh ibunya. Sejak perceraian orangtuanya itu, Taufiq dan ketiga adiknya lebih memilih ikut bapaknya. Meski berat, mereka tetap tegar.
Berasal dari keluarga sederhana, Taufiq yang merupakan lulusan SMK Negeri 1 Seyegan, Sleman itu pun mengaku memiliki cita-cita menjadi polisi. Sejak sekolah dia sudah mengikuti ekstra Saka Bhayangkara. Dari situ itu dia mendapatkan ilmu kedisiplinan.
Begitu lulus sekolah pada tahun 2013, Taufiq diangkat menjadi pegawai tidak tetap untuk menjadi staf perpustakaan sekolahnya. Menjelang pendaftaran anggota Polri tahun 2014, oleh temannya Taufiq didukung untuk mendaftar. "Pas daftar itu saya jalan kaki, Bapak tidak tahu," ungkapnya.
Setelah mengikuti berbagai tes dan saat mengetahui dirinya diterima, dalam sidang terbuka penerimaan brigadir Taufiq mulai mengajak bapaknya untuk ikut. Saat itu, menurut Taufiq, bapaknya pun masih belum yakin dan penasaran apa benar anaknya diterima.
Mereka pun berangkat ke Polda DIY dengan meminjam motor dari bengkel. "Kebetulan daftar sekali langsung diterima dan itu benar-benar gratis. Saya bangga jadi polisi. Mudah-mudahan bisa menjadi motivasi bagi adik-adik saya, dengan kondisi terpuruk sekalipun kita harus berani bangkit, jangan sampai justru semakin terpuruk," pungkasnya.
Direktur Sabhara Polda DIY Kombes Pol Zulsa Sulaiman mengaku bangga dengan anggotanya itu. Taufiq dinilai dapat menjadi motivator bagi orang lain terutama teman-teman satu angkatan.
"Saya bangga dengan Taufiq. Saya berharap Taufiq ke depannya tetap lebih baik, jenjang kariernya lebih baik ke depan," katanya.
Supaya tidak terlambat lagi, kini Taufiq tinggal di rumah Wadir Sabhara Polda DIY AKBP Prihartono. "Dia pun disuruh memakai motor milik Wadir Sabhara," pungkasnya.
(zik)