Isi Elpiji 3 Kg Tak Sesuai Takaran
A
A
A
BANTUL - Kenaikan harga elpiji non subsidi 12 kilogram (kg) mengakibatkan banyaknya pengguna 12 kg yang memilih menggunakan 3 kg karena lebih murah.
Namun, ada beberapa pihak yang tak bertanggung jawab justru melakukan praktek curang dengan mengurangi isi elpiji jenis melon tersebut. Di satu sisi ternyata ada masyarakat yang mulai mengeluhkan kualitas gas 3 kg pasca kenaikan gas 12 kg.Yanti, 32, seorang pedagang mie ayam yang sering mangkal didepan Mapolres Bantul mengeluhkan kelangkaan elpiji 3 Kg.
Bahkan, dia dan suaminya harus rela berkeliling satu kelurahan untuk mendapatkan elpiji. Harganya pun sudah melonjak tinggi, dibanding harga sebelum kenaikan elpiji 12 Kg. Selain itu, dia juga mengeluhkan kualitas nyala api elpiji jenis melon yang semakin jelek. Nyala api yang dihasilkan saat ini seperti nyala minyak tanah yang banyak jelaganya. Akibatnya, perabotan atau peralatan memasak miliknya cepat kotor dan susah untuk dibersihkan.
Dia menolak jika penyebab jeleknya nyala api tersebut akibat kompor. Sebab, hal serupa juga terjadi di tempat ibunya yang juga berprofesi sama. “Di tempat ibu saya, wajan dan lainnya juga jadi cepatgosong,”terangnya. Yang lebih mengecewakan, kata dia, isi elpiji 3 Kg pasca kenaikan harga elpiji 12 Kg diduga banyak berkurang.
Menurutnya, sebelum ada kenaikan harg, elpiji 3 bisa untuk memasak mie sebanyak 5 Kg atau habis sekitardua hari. Saat ini, elpiji 3 kg yang dibelinya lebih cepat habis, yakni hanya bisa digunakan sehari dengan kapasitas masakan yang serupa dengan hari-hari sebelumnya. Kondisi ini, kata dia, sangat merugikan usahanya karena dia harus mencadangkan kebutuhan elpiji dua kali lipat dari biasanya.
Sementara, untuk menaikkan harga jual mie ayam bukan persoalanyang gampang. Hal senada juga dialami Supriyono, pedagang soto di depan kompleks perkantoran Parasamya. Gas melon yang dia dapat cepat habis dan sudah untuk mendapatkannya.
Beberapa hari yang lalu, dirinya sampai mencari gas dalam tiga hari untuk mendapatkan gas 3 kg. Dia baru mendapatkan gas 3 kg setelah berkeliling sampai ke wilayah Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak. “Kalau harganya kemarin saya dapat Rp 19.000,”tuturnya.
Kepala Seksi Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri (Disperindagkop) Bantul, Agus Suharja mengklaim jika isi elpiji 3Kg yang berkurang tersebut bukan dari saluran distribusi yang resmi. Dia menengarai elpiji yang isinya berkurang tersebut berasal dari pedagang elpiji 3 Kg keliling. Biasanya pedagang elpiji keliling tersebut menggunakan kendaraan roda tiga ataupun mobil pick up. “Itu mungkin dari kelilingan,” tuturnya.
Namun, lanjutnya, peluang untuk melakukan kecurangan dengan menyuntik tabung elpiji 3 Kg ke 12 Kg memang semakin besar untuk saat ini, terlebih disparitas harga kini semakin besar. Namun, pihaknya belum menemukan praktek tersebut. Dia meminta kepada masyarakat yang menemukan hal tersebut untuk segera melapor ke dirinya.
Dia menjamin kerahasiaan pelapor. “Kami ada tim pengawas yang terdiri dari berbagai instansi. Diantaranya dari Polres dan Sat Pol PP Bantul,”tandasnya.
Erfanto Linangkung
Namun, ada beberapa pihak yang tak bertanggung jawab justru melakukan praktek curang dengan mengurangi isi elpiji jenis melon tersebut. Di satu sisi ternyata ada masyarakat yang mulai mengeluhkan kualitas gas 3 kg pasca kenaikan gas 12 kg.Yanti, 32, seorang pedagang mie ayam yang sering mangkal didepan Mapolres Bantul mengeluhkan kelangkaan elpiji 3 Kg.
Bahkan, dia dan suaminya harus rela berkeliling satu kelurahan untuk mendapatkan elpiji. Harganya pun sudah melonjak tinggi, dibanding harga sebelum kenaikan elpiji 12 Kg. Selain itu, dia juga mengeluhkan kualitas nyala api elpiji jenis melon yang semakin jelek. Nyala api yang dihasilkan saat ini seperti nyala minyak tanah yang banyak jelaganya. Akibatnya, perabotan atau peralatan memasak miliknya cepat kotor dan susah untuk dibersihkan.
Dia menolak jika penyebab jeleknya nyala api tersebut akibat kompor. Sebab, hal serupa juga terjadi di tempat ibunya yang juga berprofesi sama. “Di tempat ibu saya, wajan dan lainnya juga jadi cepatgosong,”terangnya. Yang lebih mengecewakan, kata dia, isi elpiji 3 Kg pasca kenaikan harga elpiji 12 Kg diduga banyak berkurang.
Menurutnya, sebelum ada kenaikan harg, elpiji 3 bisa untuk memasak mie sebanyak 5 Kg atau habis sekitardua hari. Saat ini, elpiji 3 kg yang dibelinya lebih cepat habis, yakni hanya bisa digunakan sehari dengan kapasitas masakan yang serupa dengan hari-hari sebelumnya. Kondisi ini, kata dia, sangat merugikan usahanya karena dia harus mencadangkan kebutuhan elpiji dua kali lipat dari biasanya.
Sementara, untuk menaikkan harga jual mie ayam bukan persoalanyang gampang. Hal senada juga dialami Supriyono, pedagang soto di depan kompleks perkantoran Parasamya. Gas melon yang dia dapat cepat habis dan sudah untuk mendapatkannya.
Beberapa hari yang lalu, dirinya sampai mencari gas dalam tiga hari untuk mendapatkan gas 3 kg. Dia baru mendapatkan gas 3 kg setelah berkeliling sampai ke wilayah Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak. “Kalau harganya kemarin saya dapat Rp 19.000,”tuturnya.
Kepala Seksi Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri (Disperindagkop) Bantul, Agus Suharja mengklaim jika isi elpiji 3Kg yang berkurang tersebut bukan dari saluran distribusi yang resmi. Dia menengarai elpiji yang isinya berkurang tersebut berasal dari pedagang elpiji 3 Kg keliling. Biasanya pedagang elpiji keliling tersebut menggunakan kendaraan roda tiga ataupun mobil pick up. “Itu mungkin dari kelilingan,” tuturnya.
Namun, lanjutnya, peluang untuk melakukan kecurangan dengan menyuntik tabung elpiji 3 Kg ke 12 Kg memang semakin besar untuk saat ini, terlebih disparitas harga kini semakin besar. Namun, pihaknya belum menemukan praktek tersebut. Dia meminta kepada masyarakat yang menemukan hal tersebut untuk segera melapor ke dirinya.
Dia menjamin kerahasiaan pelapor. “Kami ada tim pengawas yang terdiri dari berbagai instansi. Diantaranya dari Polres dan Sat Pol PP Bantul,”tandasnya.
Erfanto Linangkung
(ftr)