Pergerakan Tanah Rusak 8 Rumah

Rabu, 07 Januari 2015 - 08:54 WIB
Pergerakan Tanah Rusak...
Pergerakan Tanah Rusak 8 Rumah
A A A
MAJALENGKA - Pergerakan tanah kembali terjadi di Blok Babakan, Desa Cibeureum, Kecamatan Talaga, Kabupaten Majalengka. Akibatnya delapan rumah retak-retak dan 28 unit rumah warga lainnya terancam kondisi serupa.

Peristiwa yang terjadi sejak Minggu (4/1) hingga sekarang itu merupakan kejadian yang kedua kalinya, setelah sebelumnya pergerakan tanah di lokasi yang sama terjadi pada Desember 2014 lalu. “Benar, di Blok Babakan terjadi pergerakan tanah sudah terjadi setiap hari, sampai sekarang pun masih terjadi dengan pergerakan yang lambat,” ujar Ketua BPBD Kabupaten Majalengka Tatang Rahmat, ke marin.

Tatang menjelaskan, pergerakan tanah bermula dari areal sawah yang terleak di perbukitan. Pergerakan tanah itu ke mudian merembet pada delapan rumah warga yang ada di bawahnya hingga mengalami retak-retak sepanjang 3 – 5 cm. “Kebetulan delapan rumah warga itu terletak pada jalur patahan. Kami juga sudah mengimbau agar warga khususnya yang berada di delapan rumah tersebut mengungsi ke tempat yang lebih aman lagi,” terang Tatang.

Tatang khawatir, pergerakan tanah semakin besar dan menyebabkan longsor, terutama saat hujan turun dengan deras. “Hujan deras disertai angin kencang masih sering terjadi. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, lebih baik warga yang tinggal di delapan rumah itu mengungsi,” katanya lagi.

Menurut Tatang, pihaknya bersama petugas geologi sedang terjun ke lokasi untuk menilai kondisi pergerakan tanah. Jika ternyata hasil penilaian menyebut kan pergerakan tanahnya cepat, maka warga yang tinggal di de lapan rumah tersebut harus direlokasi ke tempat yang lebih aman. “Sampai sekarang relokasi per manen belum dilakukan, masih menunggu hasil rekomendasi dari geologi,” kata Tatang.

Tak hanya warga yang tinggal di delapan rumah tersebut, Tatang pun mengingatkan warga yang tinggal di 28 rumah lain di sekitarnya untuk selalu siaga dan was pada. Jika hujan turun dengan deras, mereka pun diimbau untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Salah seorang warga Somantri mengaku, suda mengungsi sejak Minggu, tepatnya saat pergerakan tanah terjadi.

“Antisipasi saja. Apalagi di sini lokasi rumah sebagian berada di bibir tebing, sementara cuaca saat ini sedang musim hujan, bisa saja menimbulkan longsor,” kata Somantri, kemarin. Dengan posisi rumah di wilayah tersebut yang sebagian berada di bibir tebing sebagian lagi berada di bawah tebing sehingga sangat rentan terbawa arus longsor atau tertimpa longsor an tanah, terlebih kondisi tanah di wilayah tersebut kini retak-retak.

“Retakan tanah di sini sudah terjadi untuk kedua kalinya. Sebelumnya terjadi pada Desember 2014 lalu. Namun ketika itu sebagian kembali tertutup hujan,” kata dia. Kondisi retakan tanah saat ini sudah mencapai sekitar 3-10 cm, memanjang dan ada pula yang vertikal kearah tebing. “ Desember kemarin pernah terjadi hal serupa, namun sebagian kembali tertutup setelah hujan deras, sebagian justru bertambah besar, warga yang mengkhawatirkan terjadi longsor telah mengungsi,” ungkap Somantri.

Sebagian warga menduga, retakan tanah tersebut dipicu oleh gundulnya hutan, akibatnya air langsung meresap kedalam tanah yang kebetulan kontur tanah di wilayah tersebut sangat lembek. Selain itu, retakan juga dipicu oleh adanya penambangan batu di bagian atas permukiman penduduk.

Semula, lahan tersebut bebatuan disertai pepohonan kini yang tersisa batu-batu besar yang terus dieksploitasi. Batu-batu tersebut dikirim ke pabrik-pabrik penggilingan batu, sementara batu belahnya dipergunakan untuk bahan bangunan.

Ade Nurjanah
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.5014 seconds (0.1#10.140)