Kapal Baruna Jaya I Fokus Cari Badan AirAsia
A
A
A
JAKARTA - Setelah menemukan seorang korban, Kapal Riset Baruna Jaya I milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) kembali memfokuskan pencarian badan pesawat AirAsia QZ8501.
Jumat (2/1/2015) pukul 14.25 waktu setempat, Kapal Baruna Jata I (BJ I) sedang melego jangkar di Teluk Kumai untuk berlindung dari badai. Selain berlindung dari badai, saat ini tim BJ I juga sedang mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk mencari pesawat Air Asia.
Tim ekspedisi BJ I akan kembali bergerak ke lokasi pencarian yg berjarak 7 jam perjalanan dari Teluk Kumai dengan kecepatan 9-10 knot per jam.
"Mudah-mudahan kondisi badai di lokasi pencarian sudah mulai reda. Apabila masih terjadi badai, tim akan tetap bekerja dengan maksimal," ungkap Rahardian, ketua tim ekspedisi BJ I, seperti tertuang dalam rilis Humas BPPT, Jumat (2/1/2015).
Rahardian juga menuturkan bahwa kemarin (1/1/2015), tim ekspedisi BJ I BPPT tetap bertahan di tengah badai yang ombaknya mencapai 5 meter untuk menunggu Kapal Malaysia mengevakuasi jenazah yang ditemukan tim ekspedisi BJ I BPPT.
Hingga Jumat siang, ujar dia, cuaca di perairan Selat Karimata buruk dengan tinggi gelombang 2-3 meter, sehingga kapal BJ I memilih berlindung ke Teluk Kumai, Pangkalan Bun.
"Jumat siang ini kegiatan dilanjutkan dengan pencarian di lokasi yang dibuat berdasarkan model hidrodinamika daerah SAR yang dibuat berdasarkan lokasi temuan objek dan jenazah dibandingkan dengan waktu QZ8501 hilang kontak dan pola arus setempat," terangnya.
Kapal Riset BJ I, katanya, telah dibekali empat peralatan yakni, "multi beam echo sounder" yang berfungsi untuk melakukan pemetaan biometri dalam laut.
Kedua, "side scan sonar" yang juga berfungsi memetakan dengan jangkauan yang lebih tajam.
Ketiga, "megato meter" atau alat deteksi logam yang dipakai apabila hasil yang didapat oleh kedua tes awal menunjukkan indikasi adanya objek di dasar laut.
"Yang keempat adalah ROV (remote operated vehicle) yang berfungsi menampilkan visual real (gambar video) dari dasar laut. Keempat alat tersebut akan bekerja secara bergantian. Dengan begitu, data yang didapat sudah terkonfirmasi kebenarannya," katanya.
Dirinya menambahkan, BJ I akan selalu berkoordinasi dengan pihak Badan SAR Nasional (Basarnas) selaku koordinator tim pencarian dan evakuasi pesawat AirAsia yang hilang.
"Di tengah cuaca yang tidak menentu saat ini, mudah-mudahan BJ I dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, dan menemukan pesawat AirAsia yang hilang," ujar Rahardian.
Jumat (2/1/2015) pukul 14.25 waktu setempat, Kapal Baruna Jata I (BJ I) sedang melego jangkar di Teluk Kumai untuk berlindung dari badai. Selain berlindung dari badai, saat ini tim BJ I juga sedang mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk mencari pesawat Air Asia.
Tim ekspedisi BJ I akan kembali bergerak ke lokasi pencarian yg berjarak 7 jam perjalanan dari Teluk Kumai dengan kecepatan 9-10 knot per jam.
"Mudah-mudahan kondisi badai di lokasi pencarian sudah mulai reda. Apabila masih terjadi badai, tim akan tetap bekerja dengan maksimal," ungkap Rahardian, ketua tim ekspedisi BJ I, seperti tertuang dalam rilis Humas BPPT, Jumat (2/1/2015).
Rahardian juga menuturkan bahwa kemarin (1/1/2015), tim ekspedisi BJ I BPPT tetap bertahan di tengah badai yang ombaknya mencapai 5 meter untuk menunggu Kapal Malaysia mengevakuasi jenazah yang ditemukan tim ekspedisi BJ I BPPT.
Hingga Jumat siang, ujar dia, cuaca di perairan Selat Karimata buruk dengan tinggi gelombang 2-3 meter, sehingga kapal BJ I memilih berlindung ke Teluk Kumai, Pangkalan Bun.
"Jumat siang ini kegiatan dilanjutkan dengan pencarian di lokasi yang dibuat berdasarkan model hidrodinamika daerah SAR yang dibuat berdasarkan lokasi temuan objek dan jenazah dibandingkan dengan waktu QZ8501 hilang kontak dan pola arus setempat," terangnya.
Kapal Riset BJ I, katanya, telah dibekali empat peralatan yakni, "multi beam echo sounder" yang berfungsi untuk melakukan pemetaan biometri dalam laut.
Kedua, "side scan sonar" yang juga berfungsi memetakan dengan jangkauan yang lebih tajam.
Ketiga, "megato meter" atau alat deteksi logam yang dipakai apabila hasil yang didapat oleh kedua tes awal menunjukkan indikasi adanya objek di dasar laut.
"Yang keempat adalah ROV (remote operated vehicle) yang berfungsi menampilkan visual real (gambar video) dari dasar laut. Keempat alat tersebut akan bekerja secara bergantian. Dengan begitu, data yang didapat sudah terkonfirmasi kebenarannya," katanya.
Dirinya menambahkan, BJ I akan selalu berkoordinasi dengan pihak Badan SAR Nasional (Basarnas) selaku koordinator tim pencarian dan evakuasi pesawat AirAsia yang hilang.
"Di tengah cuaca yang tidak menentu saat ini, mudah-mudahan BJ I dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, dan menemukan pesawat AirAsia yang hilang," ujar Rahardian.
(zik)