BRT Koridor III Sepi Peminat

Jum'at, 02 Januari 2015 - 11:28 WIB
BRT Koridor III Sepi Peminat
BRT Koridor III Sepi Peminat
A A A
SEMARANG - Sejak diresmikan pada awal November 2014, peminat bus rapid transit (BRT) Trans Semarang Koridor III Pelabuhan Tanjung Mas-Akademi Kepolisian (Akpol) belum begitu terlihat. Dari beberapa bus yang melayani rute tersebut terlihat sepi atau kosong.

Pantauan KORAN SINDO di lapangan, sejumlah shelter di jalur yang dilintasi BRT koridor III mulai dari Jalan Imam Bonjol hingga Akpol Semarang sepi penumpang. Bahkan, beberapa bus BRT yang melintas tidak berhenti di shelter karena tidak ada penumpang yang menunggu. Selain itu, kondisi bus juga tak kalah sepi, yakni hanya mengangkut beberapa orang.

Kepala Badan Layanan Umum (BLU) BRT Trans Semarang Bambang Kuntarso saat dikonfirmasi membenarkan bahwa koridor III masih sepi peminat. Penyebabnya masih baru dan belum lama diluncurkan. “Dibanding dengan koridor lainnya, koridor III ini memang masih sepi peminatnya. Tapi kami yakin, kalau masyarakat sudah mengerti pasti akan ramai seperti koridor lainnya. Ini hanya masalah waktu saja,” katanya.

Sepinya peminat tidak membuat pelayanan di koridor itu terhenti. Selama ini, BLU telah mengoperasikan 10 bus BRT dengan cadangan dua bus yang siap mem-backup ketika terjadi masalah.

Bahkan, pihaknya berencana menambah bus untuk pelayanan rute tersebut. Rencananya akan mengajukan penambahan sebanyak 10 bus baru. “Penambahan kami lakukan agar pelayanan menjadi lebih baik. Kalau armadanya banyak, maka jangka waktu tunggu penumpang tidak terlalu lama,” tuturnya.

Pengamat transportasi Kota Semarang Djoko Setijowarno mengatakan, sepinya peminat BRT koridor III karena pemkot salah dalam memilih rute. Sebab rute yang diberikan tidak menyentuh masyarakat secara langsung. “Itu karena salah pemilihan rute, harusnya BRT lebih menyentuh ke perumahan-perumahan di Kota Semarang,” kata dia.

Kota Semarang menurut data dari Dinas Tata Kota dan Perumahan, ada sekitar 115 kawasan perumahan di Kota Semarang. Seharusnya pemkot lebih menyasar perumahan-perumahan itu untuk mengembangkan transportasi publik seperti BRT. “Selama ini BRT hanya melayani rute jalan-jalan protokol saja, seharusnya ke perumahan agar lebih efektif.

Bukankah pengendara kendaraan yang memenuhi jalanan di Kota Semarang itu berasal dari perumahan- perumahan tersebut,” katanya. Lebih lanjut Djoko menambahkan, sepinya penumpang di koridor III dapat menjadi pembelajaran bagi Pemkot Semarang. Pihaknya mendesak pemkot segera mengevaluasi dan mengubah rute pelayanan koridor tersebut.

“Kalau dibiarkan terus seperti ini kan sayang, harus segera diubah. Kalau tidak, Pemkot Semarang akan rugi karena menghambur- hamburkan uang APBD. Buat apa banyak koridor BRT kalau sepi penumpangnya,” katanya.

Andika Prabowo
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6815 seconds (0.1#10.140)