Menikmati Lukisan Alam Berbingkai Jendela Gerbong
A
A
A
AMBARAWA - Musim libur sekolah, Natal, dan Tahun Baru 2015 kali cukup istimewa. PT KAI Daop IV/Semarang membuka layanan kereta api wisata dari Stasiun Ambarawa-Tuntang PP.
Sepanjang perjalanan, wisatawan akan dibawa ke zaman lampau lengkap dengan landscape Rawapening berlatar pegunungan. Bunyi klakson terdengar menggema di kompleks Stasiun Ambarawa menjadi penanda awal keberangkatan kereta wisata.
Berjalan perlahan, sekitar 5 km per jam, tiga gerbong kereta yang ditarik loko diesel kuno bernomor D 70124, menyeruak di tengah keramaian jalan dan perkampung di lingkungan Temenggungan, Kelurahan Lohdoyong, Ambarawa. Lepas dari hiruk-pikuk aktivitas manusia, pemandangan hijau persawahan mulai menghampar menjadi obat lelahnya mata. Sejumlah petani terlihat tengah membajak tanah sawahnya.
Ada yang menggunakan cangkul, mesin traktor hingga alat bajak yang memanfaatkan tenaga kerbau. Klakson kereta sesekali masih berbunyi menjadi penanda ketika melintasi perlintasan sebidang. Seiring perjalanan kereta, pemandangan alam yang bisa dinikmati makin lengkap. Jauh memandang, putihnya perairan Rawapening berpadu-padan dengan birunya Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan pegunungan lain.
Karya alam ini dapat dinikmati melalui jendelajendela terbuka yang ada di sisi kanan kiri gerbong. Jika dicermati lebih seksama, suguhan indahnya landscape ini membentang bagai lukisan yang berbingkai jendela gerbong. Sejumlah penumpang tak mau melewatkan suguhan alam nan memesona ini. Mereka pun bernarsis ria bersama keluarga dan pasangannya menggunakan kamera DSLR, poket hingga handphone .
Bahkan, tidak sedikit yang membekali diri dengan tongsis (tongkat narsis). “Pemandangannya keren, sayang kalau tidak diabadikan,” ujar Budi Wahyu Putra,14, warga Selokan Jeruk Kabupaten Bandung.
Siswa kelas VIII SMP ini sengaja liburan ke Ambarawa untuk menikmati kereta wisata bersama delapan rekannya dari Komunitas Edan Sepur. Tak hanya pemandangan, ketertarikan Budi dan rekanrekan komunitasnya datang ke Ambarawa juga didorong oleh banyaknya koleksi kereta yang ada di Museum Kereta atau Stasiun Ambarawa. “Banyak kereta-kereta kuno yang bisa kami eksplor, baik dari sisi sejarah maupun keunikan bentuknya,” ujarnya.
Tiga gerbong kereta wisata yang ditumpanginya juga tak luput dari perhatian komunitas ini. “Bentuk gerbongnya masih asli, terlihat unik, mengingatkan kami akan zaman perjuangan dulu,” kata remaja tanggung yang sudah kenal dunia perkeretaapian sejak umur tiga tahun. Indahnya pemandangan yang bisa dinikmati dari kereta wisata juga diakui keluarga besar Ria Apriono, 34, asal Cirebon menjadi daya tarik tersendiri.
“Refreshing buat anak-anak, mumpung lagi libur sekolah. Bisa lebih mendekatkan anak-anak ke alam dan belajar sejarah,” ujarnya. Datang bersama 11 anggota keluarganya, Ria menilai harga tiket Rp50.000 per tempat duduk sepadan dengan pengalaman wisata yang didapat. “Tapi kalau bisa, mereka yang datang berombongan, dalam jumlah tertentu, bisa mendapat diskon harga tiket,” ucapnya.
Manajer Humas PT KAI Daop IV Semarang Suprapto mengatakan pembukaan paket kereta wisata demi menarik wisatawan domestik maupun mancanegara di masa libur sekolah, sekaligus Natal dan Tahun Baru. “Kami buka secara reguler tiga kali sehari, dari Ambarawa ke Tuntang PP, mulai 28 Desember 2014 hingga 5 Januari 2015,” kata dia.
Paket wisata sepanjang 12 km pulang pergi ini dibuka dalam tiga sesi keberangkatan, yakni pukul 09.00 WIB, 11.00 WIB, dan 13.00 WIB. “Kereta dapat menampung 150 penumpang. Kami berharap paket wisata ini dapat menampung animo masyarakat yang ingin merasakan perjalanan wisata kereta api,” ucapnya.
Agus Joko
Sepanjang perjalanan, wisatawan akan dibawa ke zaman lampau lengkap dengan landscape Rawapening berlatar pegunungan. Bunyi klakson terdengar menggema di kompleks Stasiun Ambarawa menjadi penanda awal keberangkatan kereta wisata.
Berjalan perlahan, sekitar 5 km per jam, tiga gerbong kereta yang ditarik loko diesel kuno bernomor D 70124, menyeruak di tengah keramaian jalan dan perkampung di lingkungan Temenggungan, Kelurahan Lohdoyong, Ambarawa. Lepas dari hiruk-pikuk aktivitas manusia, pemandangan hijau persawahan mulai menghampar menjadi obat lelahnya mata. Sejumlah petani terlihat tengah membajak tanah sawahnya.
Ada yang menggunakan cangkul, mesin traktor hingga alat bajak yang memanfaatkan tenaga kerbau. Klakson kereta sesekali masih berbunyi menjadi penanda ketika melintasi perlintasan sebidang. Seiring perjalanan kereta, pemandangan alam yang bisa dinikmati makin lengkap. Jauh memandang, putihnya perairan Rawapening berpadu-padan dengan birunya Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan pegunungan lain.
Karya alam ini dapat dinikmati melalui jendelajendela terbuka yang ada di sisi kanan kiri gerbong. Jika dicermati lebih seksama, suguhan indahnya landscape ini membentang bagai lukisan yang berbingkai jendela gerbong. Sejumlah penumpang tak mau melewatkan suguhan alam nan memesona ini. Mereka pun bernarsis ria bersama keluarga dan pasangannya menggunakan kamera DSLR, poket hingga handphone .
Bahkan, tidak sedikit yang membekali diri dengan tongsis (tongkat narsis). “Pemandangannya keren, sayang kalau tidak diabadikan,” ujar Budi Wahyu Putra,14, warga Selokan Jeruk Kabupaten Bandung.
Siswa kelas VIII SMP ini sengaja liburan ke Ambarawa untuk menikmati kereta wisata bersama delapan rekannya dari Komunitas Edan Sepur. Tak hanya pemandangan, ketertarikan Budi dan rekanrekan komunitasnya datang ke Ambarawa juga didorong oleh banyaknya koleksi kereta yang ada di Museum Kereta atau Stasiun Ambarawa. “Banyak kereta-kereta kuno yang bisa kami eksplor, baik dari sisi sejarah maupun keunikan bentuknya,” ujarnya.
Tiga gerbong kereta wisata yang ditumpanginya juga tak luput dari perhatian komunitas ini. “Bentuk gerbongnya masih asli, terlihat unik, mengingatkan kami akan zaman perjuangan dulu,” kata remaja tanggung yang sudah kenal dunia perkeretaapian sejak umur tiga tahun. Indahnya pemandangan yang bisa dinikmati dari kereta wisata juga diakui keluarga besar Ria Apriono, 34, asal Cirebon menjadi daya tarik tersendiri.
“Refreshing buat anak-anak, mumpung lagi libur sekolah. Bisa lebih mendekatkan anak-anak ke alam dan belajar sejarah,” ujarnya. Datang bersama 11 anggota keluarganya, Ria menilai harga tiket Rp50.000 per tempat duduk sepadan dengan pengalaman wisata yang didapat. “Tapi kalau bisa, mereka yang datang berombongan, dalam jumlah tertentu, bisa mendapat diskon harga tiket,” ucapnya.
Manajer Humas PT KAI Daop IV Semarang Suprapto mengatakan pembukaan paket kereta wisata demi menarik wisatawan domestik maupun mancanegara di masa libur sekolah, sekaligus Natal dan Tahun Baru. “Kami buka secara reguler tiga kali sehari, dari Ambarawa ke Tuntang PP, mulai 28 Desember 2014 hingga 5 Januari 2015,” kata dia.
Paket wisata sepanjang 12 km pulang pergi ini dibuka dalam tiga sesi keberangkatan, yakni pukul 09.00 WIB, 11.00 WIB, dan 13.00 WIB. “Kereta dapat menampung 150 penumpang. Kami berharap paket wisata ini dapat menampung animo masyarakat yang ingin merasakan perjalanan wisata kereta api,” ucapnya.
Agus Joko
(ftr)